ARTIKEL MAULID NABI : Gara-Gara Sebut Perayaan Maulid Nabi Musyrik, Warga Geruduk STAI

ARTIKEL MAULID NABI : Gara-Gara Sebut Perayaan Maulid Nabi Musyrik, Warga Geruduk STAI ilustrasi masyarakat cinta sholawat

    Artikel Maulid Nabi Muhammad yang dikeluarkan sekolah tinggi di Surabaya ini ibarat menyulut api dalam sekam. Warga pun tak terima dan mengeruduk sekolah tersebut.

    Madiunpos.com, SURABAYA –Ratusan warga Sidotopo Kidul mendatangi Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) Ali bin Abi Thalib di Jalan Sidotopo Kidul 51. Warga tersinggung dengan pelarangan Maulid Nabi Muhammad SAW yang tertulis dalam buletin yang diterbitkan sekolah Islam tersebut.

    "Perayaan maulid nabi kok dilarang, ini harus diluruskan," kata koordinator aksi Adras Irwan kepada wartawan di lokasi, Sabtu (7/2/2015).

    Sambil terus berorasi, warga juga membawa poster yang berisi tuntutan untuk menutup sekolah tersebut. Warga juga membawa buletin terbitan sekolah tersebut yang berisi pelarangan merayakan Maulid Nabi Muhammad.

    Buletin dakwah tersebut adalah Al Islam. Buletin nomor 9, edisi 205, tahun ke-5 bulan Rabiul Awal 1436 H itu dibagikan pada Jumat (16/1/2015) kemarin. Ada salah satu artikel dalam buletin itu yang menyinggung warga.

    Artikel itu adalah 'Bolehkah Merayakan Maulid Nabi Muhammad SAW?'. Dalam artikel itu tertulis kalimat 'Merayakan Maulidan adalah sarana yang dapat menjerumuskan seseorang ke dalam perbuatan kesyirikan, karena di dalam acara tersebut terdapat pujian-pujian yang berlebihan terhadap Rasulullah, sehingga mendudukan beliau dalam kedudukan Tuhan'.

    Kalimat itulah yang memicu kemarahan warga. Warga merasa tidak nyaman karena kalimat itu secara tidak langsung telah menuduh warga berbuat syirik. Tidak ada maksud dari warga untuk mendudukkan nabi sebagai Tuhan dengan perayaan maulid nabi.

    "Warga gelisah dan tidak nyaman. Manajemen dan pengelola sekolah harus menjelaskan ini," lanjut Adras

    Ratusan warga Sidotopo Kidul mendatangi Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) Ali bin Abi Thalib di Jalan Sidotopo Kidul 51. Warga tersinggung dengan pelarangan Maulid Nabi Muhammad SAW yang tertulis dalam buletin yang diterbitkan sekolah Islam tersebut.

    "Perayaan maulid nabi kok dilarang, ini harus diluruskan," kata koordinator aksi Adras Irwan kepada wartawan di lokasi, Sabtu (7/2/2015).

    Sambil terus berorasi, warga juga membawa poster yang berisi tuntutan untuk menutup sekolah tersebut. Warga juga membawa buletin terbitan sekolah tersebut yang berisi pelarangan merayakan Maulid Nabi Muhammad.

    Buletin dakwah tersebut adalah Al Islam. Buletin nomor 9, edisi 205, tahun ke-5 bulan Rabiul Awal 1436 H itu dibagikan pada Jumat (16/1/2015) kemarin. Ada salah satu artikel dalam buletin itu yang menyinggung warga.

    Artikel itu adalah 'Bolehkan Merayakan Maulid Nabi Muhammad SAW?'. Dalam artikel itu tertulis kalimat 'Merayakan Maulidan adalah sarana yang dapat menjerumuskan seseorang ke dalam perbuatan kesyirikan, karena di dalam acara tersebut terdapat pujian-pujian yang berlebihan terhadap Rasulullah, sehingga mendudukan beliau dalam kedudukan Tuhan'.

    Kalimat itulah yang memicu kemarahan warga. Warga merasa tidak nyaman karena kalimat itu secara tidak langsung telah menuduh warga berbuat syirik. Tidak ada maksud dari warga untuk mendudukkan nabi sebagai Tuhan dengan perayaan maulid nabi.

    "Warga gelisah dan tidak nyaman. Manajemen dan pengelola sekolah harus menjelaskan ini," lanjut Adras.
    Menanggapi protes warga, Wakil Ketua Yayasan STAI Ali bin Abi Thalib Syaiful Hasan mengatakan bahwa artikel dalam buletin tersebut merupakan sebuah kekeliruan. Tulisan dalam artikel itu diterbitkan oleh salah satu mahasiswa tanpa seizin dan sepengetahuan dosen penanggung jawab yang bertugas mengedit isi artikel.

    "Kami mohon maaf kepada warga yang merasa tersinggung atas isi buletin tersebut. Hal itu bukan merupakan suatu kesengajaan, tetapi murni kesalahan," ujar Syaiful.

    Syaiful menambahkan, kesalahan tersebut telah mengajarkan STAI dan pihak manajemen agar lebih berhati-hati. STAI, kata Syaiful, selalu ingin mewujudkan ketenangan dan kedamaian bagi semua pihak, khususnya warga sekitar.

    "Sejak 10 tahun berdiri di Sidotopo, STAI ingin terus memelihara hubungan baik dengan warga sekitar," tandas Syaiful.



    Editor : Aries Susanto

    Get the amazing news right in your inbox

    Berita Terpopuler

    0 Komentar

    Belum ada komentar, jadilah yang pertama untuk menanggapi berita ini.

    Komentar Ditutup.