Batu Langka Dari Masa Majapahit Ditemukan di Situs Kumitir

Batu yang dia temukan ini tergolong langka. Karena belum pernah ditemukan benda serupa di situs purbakala lainnya.

Batu Langka Dari Masa Majapahit Ditemukan di Situs Kumitir Batu penopang tiang bendera pada masa Majapahit atau Singasari. (Detik.com)

    Madiunpos.com, MOJOKERTO -- Arkeolog Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Jatim menemukan sebuah batu langka di situs Kumitir, Mojokerto. Batu yang belum pernah ditemukan sebelumnya ini diduga sebagai penopang tiang bendera pada masa Majapahit atau Singasari.

    Batu ini ditemukan saat tim dari BPCB Jatim melakukan kegiatan pra-ekskavasi di talud sisi barat situs Kumitir. Tepatnya saat menggali di lubang uji TP 3, Dusun Bendo, Desa Kumitir, Kecamatan Jatirejo.

    Benda cagar budaya berbahan batu andesit ini ditemukan di atas struktur talud. Posisinya sudah terguling sehingga lubangnya menghadap ke samping. Batu ini setinggi 28 cm, lebar tapak bawah 17 cm, lebar tapak atas 13 cm, diameter lubang 6,5 cm.

    "Kami mendapatkan temuan menarik di kotak uji TP 3. Ada batu berbentuk seperti umpak [alas tiang bangunan berbahan batu andesit]. Uniknya, batu ini mempunyai lubang di tengahnya," kata Arkeolog BPCB Jatim Wicaksono Dwi Nugroho, Kamis (2/7/2020).

    Berdasar Mimpi, Pria di Jember Temukan Susunan Batu Bata Diduga Bernilai Sejarah

    Batu yang dia temukan ini tergolong langka. Karena pihaknya belum pernah menemukan benda serupa di situs purbakala lainnya.

    "Belum ada temuan yang sama di tempat lain. Biasanya kalau umpak tidak ada lubangnya. Tiang bangunan juga bisanya tidak ditancapkan ke dalam umpak," terang Wicaksono seperti diberitakan Detik.com.

    Landasan Tiang Bendera

    Ia menduga, batu ini menjadi tempat menancapkan tiang panji-panji. Atau hiasan dari janur kuning pada masa Majapahit, atau bahkan pada masa Singasari. Prediksi ini dia kaitkan dengan hipotesis talud sisi barat situs Kumitir menjadi pintu masuk ke candi tempat pendarmaan Raja Singasari.

    "Batu ini menyerupai landasan tiang bendera. Perkiraan kami, batu ini untuk menancapkan tiang untuk umbul-umbul atau janur kuning yang dipasang di depan situs Kumitir pada acara-acara tertentu," terangnya.

    Maling Terlalu, Kursi Ruang Tunggu Puskesmas di Mojokerto Disikat

    Untuk membuktikan hipotesis tersebut, pihaknya akan menggelar ekskavasi skala besar Agustus nanti. Penggalian arkeologis tersebut salah satunya untuk menyingkap semua bagian talud yang mengelilingi situs Kumitir. Dinding penguat tanah kuno itu diperkirakan mempunyai panjang 312,3 meter, sedangkan lebarnya 193,6 meter.

    "Kalau memang batu ini untuk menancapkan tiang umbul-umbul, pasti ada beberapa batu lainnya yang bentuknya sama. Itu akan terungkap setelah kita ekskavasi semua bagian talud," jelas Wicaksono.

    Pada masa lalu, lanjut Wicaksono, sudah ada tradisi memasang panji-panji Majapahit pada acara-acara ritual keagamaan tertentu. Hanya saja belum bisa dipastikan bendera kerajaan kala itu dikibarkan pada tiang bambu atau kayu. Menurut dia, tradisi tersebut terus diterapkan hingga zaman modern.

    Waduh, Di Daerah Ini 60 Persen Pedagangnya Pakai Penglaris

    "Seperti di Bali ketika Nyepi, Galungan memasang janur kuning dan umbul-umbul. Ini (situs Kumitir) bangunan suci tempat pendarmaan Raja Singasari. Tentunya di hari-hari tertentu ramai dikunjungi umat. Bayangan kami tidak jauh berbeda dengan ritual saat ini. Tentu ritual saat ini warisan budaya masa lalu," ungkapnya.

    Terlebih lagi, naskah Negarakertagama menyebutkan adanya tradisi mengibarkan panji-panji Majapahit pada momen tertentu. Salah satunya pada pentas rakyat di malam purnama.

    "Kemudian saat perjalanan Raja Hayam Wuruk, panji-panji Majapahit dipasang di pinggir jalan. Apakah bambu atau kayu tiangnya, kami belum menemukan buktinya," tandasnya.

    Talud di situs Kumitir dipercaya mengelilingi kompleks bangunan suci berupa candi. Berdasarkan naskah Negarakertagama dan Pararaton, Raja Mahesa Cempaka yang wafat 1268 masehi didarmakan di Kumeper bersama Wisnu Wardhana. Keduanya merupakan penguasa Kerajaan Singasari. Nama Kumeper diyakini menjadi Kumitir pada masa modern.

    Warga di Kediri Lepas Hewan Liar, Kenapa Ya?

    Candi tersebut dibangun 12 tahun setelah wafatnya Raja Mahesa Cempaka. Yaitu tahun 1280 masehi. Saat itu Singasari dipimpin Raja Kertanegara. Hingga pada masa Majapahit, candi di situs Kumitir menjadi ujung timur kota raja.

    Bangunan suci itu juga diperkirakan pernah diperbaiki pada masa pemerintahan Raja Hayam Wuruk. Sehingga candi tetap difungsikan pada zaman Majapahit.

    Tempat Pendarmaan

    Mahesa Cempaka merupakan putra Ken Arok dan Ken Dedes. Dia juga kakek dari Raden Wijaya, raja pertama Majapahit. Sedangkan Wisnu Wardhana putra Tunggul Ametung dan Ken Dedes. Semasa hidupnya, Mahesa Cempaka dan Wisnu Wardhana menjadi Raja Singasari secara bersama-sama.

    Kedua raja ini menjadi ahli waris karena sama-sama menjadi keturunan Ken Dedes dari ayah yang berbeda.

    Hipotesis adanya candi tempat pendarmaan dua raja Singasari juga diperkuat dengan penemuan sejumlah batu komponen candi di makam umum Dusun Bendo. Yakni berupa dua batu pipi tangga candi dengan dimensi masing-masing 130 cmx 100 cm x 100 cm, batu antefiks sebagai hiasan atas candi, serta balok batu yang menjadi komponen badan dan kaki candi.

    Lima Aplikasi Yang Buat Hobi Bersepeda Anda Lebih Maksimal

    Batu pipi tangga candi ditemukan tepat di sebelah barat dan timur makam umum Dusun Bendo. Oleh sebab itu, candi di situs Kumitir ini diperkirakan mengadap ke barat. Candi yang menghadap ke barat pada masa kerajaan Hindu berfungsi sebagai tempat pendarmaan raja. Sementara candi untuk pemujaan atau sembahyang pada umumnya menghadap ke timur.

    Candi suci tersebut dibangun dengan memadukan bahan batu andesit dan bata merah. Bata merah digunakan pada konstruksi bagian tengah candi. Sedangkan bagian kelilingnya menggunakan batu andesit. Struktur candi runtuh diduga akibat gempa bumi.

    Pecahan keramik yang ditemukan dalam proses ekskavasi talud timur tahun lalu. Sekitar makam Dusun Bendo juga memberi petunjuk berdirinya bangunan suci di situs Kumitir. Pecahan keramik yang ditemukan dari 3 dinasti kerajaan China. Mulai dari keramik Dinasti Song dari abad 11-12 masehi, Dinasti Yuan abad 12-14 masehi, serta Dinasti Ming abad 15-17 masehi.



    Editor : Arif Fajar Setiadi

    Get the amazing news right in your inbox

    Berita Terpopuler

    0 Komentar

    Belum ada komentar, jadilah yang pertama untuk menanggapi berita ini.

    Komentar Ditutup.