EKONOMI JATIM : Cari Substitusi Bahan Impor, Jatim Roadshow ke 10 Provinsi

EKONOMI JATIM : Cari Substitusi Bahan Impor, Jatim Roadshow ke 10 Provinsi Kawasan Industri Surabaya Industrial Estate Rungkut (SIER) (sitr.jatimprov.go.id)

    Ekonomi Jatim perlu menyeimbangkan neraca perdagangannya yang terus defisit.

    Madiunpos.com, SURABAYA — Guna menyeimbangkan neraca perdagangan ekonomi Jatim yang terus defisit, Pemerintah Provinsi Jawa Timur berencana melakukan roadshow dagang ke 10 provinsi lain guna mencari peluang substitusi bahan baku industri yang selama ini masih diimpor.

    Gubernur Jatim Soekarwo memaparkan sepanjang 2015, para pengusaha di daerahnya mengalami tekanan yang cukup berat akibat situasi ekonomi global saat ini. Salah satu penyebabnya adalah ketergantungan yang tinggi terhadap bahan baku dari luar negeri.

    Kondisi tersebut, lanjutnya, berdampak langsung pada lesunya geliat industri pengolahan di Jatim. Akibatnya, mulai banyak pelaku usaha di provinsi tersebut yang redup motivasinya dan berencana alih profesi.

    Demi mengatasi hal tersebut, Pemprov jatim bersama Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Jatim berencana menghelat pameran dagang di 10 provinsi lain. Tujuannya adalah mencari dan menutupi kekurangan bahan baku dan penolong dari suplai dalam negeri.

    “Yang selalu menjadi masalah adalah impor bahan baku dan penolong [industri di Jatim] sangat besar. Dalam waktu dekat, kami dan Kadin akan melakukan transaksi dagang bersama 26 provinsi perwakilan dagang,” jelasnya, Minggu (29/6/2015) petang.

    Nilai Impor Turun
    Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Jatim, nilai impor secara kumulatif (Januari-Mei) provinsi tersebut menyentuh US$8,61 miliar atau turun 17,71% dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Adapun, pada Mei, jenis barang yang banyak diimpor mencakup bahan baku dan penolong seperti bungkil industri makanan senilai US$87,83 juta, plastik dan barang plastik US$86,22 juta, serta besi dan baja US$80,21 juta.

    Berbanding terbalik, ekspor Jatim secara tahun kalender (Januari-Mei) 2015 hanya mencapai US$7,87 miliar, turun 2,95% dari periode yang sama 2014. Itu berarti, Jatim masih menorehkan defisit sekitar US$0,74 miliar.

    Gubernur yang akrab disapa Pakde Karwo itu mengatakan perekonomian Jatim terus melambat ke level 5,18% sepanjang triwulan I/2015. Bagaimanapun, capaian itu masih di atas rerata pertumbuhan nasional pada level 4,71%.

    Adapun, kontributor utama perekonomian Jatim adalah sektor industri dengan total 29,76%. Sektor perdagangan besar dan eceran, serta repasari mobil dan sepeda motor menyumbang 17,51%. Pertanian berkontribusi 14,54%.

    Total sumbangsih ketiga sektor tersebut terhadap produk domestik regional bruto (PDRB) Jatim adalah 61,87%. Soekarwo berpendapat di antara ketiga sektor itu, perdagangan antarprovinsi adalah yang paling memungkinkan untuk bisa lebih dikembangkan.

    Panacea Neraca
    Pemprov Jatim memproyeksikan perdagangan antarprovinsi dapat menjadi panacea bagi neraca perdagangan provinsi tersebut. Diperkirakan angkanya menguat sekitar Rp60 triliun, atau dari Rp400 triliun periode sebelumnya menjadi Rp460 triliun tahun ini.

    “Jadi, kami memohon kepada pengusaha terutama Kadin, agar sektor industri tidak berubah menjadi pedagang. Sebab, peluang yang paling bagus untuk berwirausaha ya ada di Jatim. Krisis ekonomi dunia saat ini hanya riak kecil dalam bisnis dan diyakini segera berakhir.”

    Di lain pihak, Ketua Kadin Jatim La Nyala Mattalitti mengakui pebisnis di provinsi tersebut menghadapi tantangan yang cukup berat dalam menghadapi akhir 2015, saat era Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) tiba.

    “Saat ini ekonomi dunia yang melambat berimbas pada ekonomi nasional, sehingga harga komoditas turun dan memukul perekonomian. Kadin Jatim akan terus bersinergi dengan pemprov untuk menjaga agar laju pertumbuhan tidak terus melemah,” tuturnya.

    Dalam waktu dekat, lanjutnya, Kadin Jatim berencana melakukan konsolidasi, baik dari segi organisasi dan kelembagaan maupun dari sisi wawasan dalam menjalankan fungsi secara efektif dan komunikatif dengan dunia usaha di Jatim.

    Sejalan dengan itu, jelas La Nyala, Kadin juga mengupayakan percepatan pendidikan pengusaha muda dan UMKM melalui Kadin Institute. “Semua ini diharapkan bermuara pada penguatan dan nilai tambah bagi pertumbuhan ekonomi Jatim.”

     



    Editor : Rahmat Wibisono

    Get the amazing news right in your inbox

    Berita Terpopuler

    0 Komentar

    Belum ada komentar, jadilah yang pertama untuk menanggapi berita ini.

    Komentar Ditutup.