Ingin Mandiri, Wanita Lansia Asal Ponorogo Pilih Bekerja Mencari Kayu

Ingin Mandiri, Wanita Lansia Asal Ponorogo Pilih Bekerja Mencari Kayu Samitun, 86, nenek yang hidup bersama tiga ekor kambingnya memberi makan seekor kambingnya di depan rumah, Jumat (21/4/2017). (Abdul Jalil/JIBI/Madiunpos.com)

    Kisah unik, nenek Samitun memilih hidup mandiri bersama tiga ekor kambingnya.

    Madiunpos.com, PONOROGO — Meski sudah lanjut usia, Samitun, 86, tidak ingin menggantungkan hidupnya kepada orang lain, termasuk keluarganya. Ia lebih memilih hidup sendiri di rumah yang bisa dikatakan tidak layak huni di RT 001/RW 003, Dusun Brangkal, Desa Biting, Kecamatan Badegan, Ponorogo.

    Saat ini, Samitun hidup bersama tiga ekor kambing yang sudah dianggap menjadi anak dan bagian dari hidupnya di rumah sederhana itu. (baca: Tak Punya Anak, Wanita Lansia Asal Ponorogo Hidup dengan 3 Kambing)

    Aktivitas Samitun setiap hari mencari rumput untuk pakan ketiga kambingnya dan mencari kayu bakar untuk dijual. Terkadang ia juga menjual kotoran kambing yang telah dikumpulkan kepada petani di Desa Biting.

    “Ini tadi habis mencari kayu bakar di hutan,” kata Samitun saat berbincang dengan Madiunpos.com di rumahnya, Jumat (21/4/2017).

    Dia menuturkan satu ikat kayu bakar biasanya dijual dengan harga Rp10.000. Sedangkan kotoran kambing dijual Rp10.000 per karung. Kotoran kambing tersebut biasanya dibeli petani untuk dibuat pupuk.

    Uang hasil berjualan kayu bakar dan kotoran kambing dia gunakan untuk membeli makan atau beras. Meski berpenghasilan sangat pas-pasan, Samitun sangat anti meminta belas kasihan kepada orang lain.

    Namun, karena usianya yang telah senja, beberapa kerabat dan tetangga kerap memberikan bantuan berupa sembako maupun makanan. “Saya sehari biasanya habis Rp10.000, itu untuk beli makan. Saya jarang masak. Kalau mau masak paling cuma masak nasi, sayurnya beli di warung,” terang dia.

    Meski makan dan tinggal di tempat seadanya, ia mengaku jarang sakit parah. Sakit terakhir yang ia alami yaitu demam karena terlalu lelah bekerja.

    Untuk membawa rumput dan kayu yang beratnya bisa sampai 10 kg dari hutan ke rumah, ia mengaku masih kuat. Menurut dia, mencari rumput dan mengangkat kayu menjadi salah satu olahraga yang membuat badannya menjadi bugar.

    “Gigi saya masih utuh dan sehat. Badan juga jarang sakit. Mungkin karena sering ngangkut kayu,” jawabnya sambil terkekeh.

    Keras Kepala

    Kemandirian Samitun ini diakui keponakannya, Misiran, 49. Misiran yang rumahnya bergandengan dengan rumah Samitun mengaku mengetahui kehidupan sehari-hari budenya itu.

    Misiran menceritakan Samitun merupakan kakak dari ibunya, Wagiyem. Sejak suaminya meninggal dunia puluhan tahun lalu, Samitun kemudian memilih hidup dan tinggal di rumah yang saat ini ditinggali.

    “Sebenarnya rumah saya dengan Mbah Samitun jadi satu. Namun, karena Mbah Samitun ingin mandiri sehingga memutuskan tinggal di belakang,” kata dia.

    Menurut dia, Samitun merupakan sosok perempuan yang keras kepala. Dia pun kerap kali mengajak budenya itu untuk tinggal bersamanya. Namun, ajakan tersebut selalu ditolak dan lebih memilih tinggal di rumah yang hanya bertembok anyaman bambu bersama tiga ekor kambingnya.

    Tidak hanya dirinya, beberapa kerabat juga kerap mengajaknya untuk berpindah ke tempat yang lebih layak. Tetapi ajakan tersebut tetap ditolak Samitun. “Ingin hidup mandiri dan tidak mau merepotkan orang lain. Begitu jawabnya kalau diajak untuk pindah,” kata dia.

    Untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, ujar Misiran, budenya itu menjual kayu bakar dan kotoran kambing. Terkadang, ia pun memberikan makanan kepadanya.

    Meski usianya sudah senja, kondisi kesehatan Samitun diakui masih baik. Samitun jarang sakit keras yang harus dilarikan ke rumah sakit.

    “Saya selama tinggal bersama Mbah Samitun baru sekali menggendongnya karena sakit parah saat mencari rumput di hutan, setelah itu tidak pernah lagi,” terang pria yang membuka bengkel sepeda motor di depan rumahnya itu.

    Misiran menuturkan kemandirian Samitun memang sudah ada sejak masih muda. Saat masih muda, Samitun kerap ke luar daerah untuk bekerja dan berbisnis. Beberapa tahun lalu, budenya itu sempat berjualan makanan di depan rumah.

    “Dulu sempat membuka warung di depan rumah, tetapi karena berbagai hal akhirnya tutup. Sebenarnya, nalar bisnis Mbah Samitun masih jalan, karena dari kecil memang sudah kerap berjualan,” jelas bapak yang memiliki satu anak ini.

     



    Editor : Rohmah Ermawati

    Get the amazing news right in your inbox

    Berita Terpopuler

    0 Komentar

    Belum ada komentar, jadilah yang pertama untuk menanggapi berita ini.

    Komentar Ditutup.