Jadi Objek Prank Tak Manusiawi Ferdian Paleka, Waria Ternyata Berjasa Dalam Sejarah Kemerdekaan

Seorang waria berjasa dalam perjuangan Panglima Besar Jenderal Sudirman.

Jadi Objek Prank Tak Manusiawi Ferdian Paleka, Waria Ternyata Berjasa Dalam Sejarah Kemerdekaan Si Putih, Waria penunjuk jalan Jenderal Soedirman. (historia.id)

    Madiunpos.com, BANDUNG -- Ketika tak ada yang berani, seorang waria menawarkan diri menjadi penunjuk jalan rombongan gerilya Panglima Besar Jenderal Soedirman.

    Jagat media sosial tengah di ramaikan dengan seorang Youtuber Indonesia asal Bandung, Ferdian Paleka. Dalam aksi yang diunggah di laman Youtubenya, Ferdian Paleka bersama dua temannya melakukan prank kepada waria di Bandung, Jawa Barat.

    Ia membuat prank bermodus membagi-bagikan sembako kepada waria. Namun, bukan sembako yang diberikan, Ferdian dan dua temannya justru memasukkan sampah dan batu ke dalam dus mie instan. Sontak hal tersebut menuai berbagai kecaman para netizen.

    Update Covid-19 Madiun! 1 Pasien Positif Sembuh, Kini Tinggal 1 Pasien yang Dirawat

    Meskipun minoritas, waria tidak layak jadi bahan lelucon apalagi lelucon tak manusiawi seperti itu. Waria juga manusia yang harus dihormati.

    Apalagi dalam sejarah kemerdekaan bangsa Indonesia, waria juga mengambil peran yang tak kalah penting. Saat tak ada yang berani, muncul seorang waria yang menawarkan diri menjadi petunjuk jalan bagi pasukan gerilya Panglima Besar Jenderal Sudirman.

    Seperti dikutip dari historia.id, pada 24 Januari 1949 malam, Kapten Tjokropranolo, pengawal Soedirman, memutuskan jalan dari Desa Jambu menuju Warungbung. Penduduk setempat menyarankan agar paginya sudah harus berangkat ke tempat lain karena ternyata rombongan bergerak mendekati markas Belanda di Kasugihan, yang jaraknya kurang lebih 1,5 kilometer.

    PLN Bilang Tarif Listrik Tak Naik, Netizen Justru Mengeluh Tagihan Melonjak

    Tandu dibuat dan pemanggul disiapkan malam itu juga. Benar saja, setelah mereka sampai di Desa Gunungtukul pada 25 Januari 1949, deru kendaraan militer Belanda begitu dekat sehingga rombongan terus melanjutkan perjalanan.

    Sewaktu hendak memotong jalan Ponorogo-Trenggalek pada 26 Januari 1949, Tjokropranolo seperti biasa mencari seorang penunjuk jalan. “Di daerah itu oleh penduduk setempat saya diperkenalkan kepada seorang penunjuk jalan bernama Putih [kemungkinan besar bukan nama sebenarnya],” kata Tjokropranolo dalam "Panglima Besar TNI Jenderal Soedirman, Pemimpin Pendobrak Terakhir Penjajahan di Indonesia".

    Tawarkan Diri

    Namun, menurut "Soedirman Prajurit TNI Teladan", orang itu - yakni Putih- penduduk Desa Jambu di Trenggalek, yang menawarkan diri menjadi penunjuk jalan. Dengan tetap waspada, tawaran itu diterima dengan senang hati.

    Dua Pasien Covid-19 di Jombang Didemo Warga, Diminta Angkat Kaki

    Mula-mula, Tjokropranolo merasa aneh mengapa justru si Putih yang berperawakan kecil, berkulit putih, berperangai lembut tapi gerakannya lincah, dipilih sebagai penunjuk jalan. Sedangkan di sekelilingnya banyak orang lain yang postur badannya besar dan kukuh.

    Rupanya, kata Tjokropranolo, tidak ada orang yang berani menjadi penunjuk jalan karena rombongan sudah dekat dengan pasukan Belanda. Tapi si Putih berani.

    “Tanpa bertanya lagi saya terima saja si Putih sebagai penunjuk jalan. Dalam perjalanan dari desa Gunungtukul ke desa Ngideng, si Putihlah yang menjadi penunjuk jalan,” kata Tjokropranolo.

    Tega! Warga Pacitan Larang 2 Tenaga Medis Pulang Karena Takut Tertular Corona

    Dua hari dua malam si Putih berjalan. Sesampainya di Desa Ngideng, rombongan menginap di rumah seorang penduduk yang cukup berada. Mereka dilayani dengan baik. Rumahnya tidak jauh dari sungai yang cukup deras, sehingga mereka lebih senang mandi di sungai daripada di sumur.

    Tjokropranolo curiga terhadap si Putih karena tidak mau mandi bersama-sama dan memilih mandi di tempat lain yang lebih jauh. Dia pun memerintahkan seorang anggota rombongan, Mustafa, mengikuti si Putih. Dia khawatir si Putih sudah tahu siapa yang ditandu dan melaporkannya kepada pasukan Belanda di Ponorogo.

    Setelah mengamati si Putih, Mustafa dengan tertawa lebar melaporkan kepada Tjokropranolo bahwa si Putih adalah "seorang wanita yang bertabiat kelaki-lakian."

    Bertambah 77 Kasus, Jatim Lampaui Jabar Dalam Jumlah Kasus Covid-19 Terbanyak

    Bisa saja dia tomboy, namun Tjokropranolo menyebutnya waria. “Saya sendiri engga mengira. Sifat-sifatnya persis laki-laki. Legalah hati saya, setelah mengetahui bahwa si Putih itu ternyata seorang waria. Dia tentunya akan selalu menghindar mandi bersama kita,” kata Tjokropranolo.

    Kendati Tjokropranolo tidak mengira telah dituntun oleh seorang waria, namun dia mengakui peranannya. “Sungguh enggak ngira. Pokoknya kita selamat, " ujarnya.

     



    Editor : Kaled Hasby Ashshidiqy

    Get the amazing news right in your inbox

    Berita Terpopuler

    0 Komentar

    Belum ada komentar, jadilah yang pertama untuk menanggapi berita ini.

    Komentar Ditutup.