Apakah Henti Jantung Sama Dengan Serangan Jantung?

Henti jantung dan seragan jantun merupakan dua kondisi gangguan kesehatan yang berbeda.

Apakah Henti Jantung Sama Dengan Serangan Jantung? Ilustrasi serangan jantung. (freepik)

    Madiunpos.com, MADIUN -- Penyanyi campursari asal Solo, Jawa Tengah, yang tengah melejit, Didi Kempot, meninggal dunia Selasa (5/5/2020) sempat mengalami henti jantung. Pihak RS Kasih Ibu Solo mengonfirmasi hal itu.

    Henti jantung yang dialami The God Father of Broken Heart itu ternyata berbeda dengan serangan jantung. Meski sama-sama menyebabkan jantung tidak dapat bekerja normal, henti jantung dan serangan jantung sebenarnya merupakan dua kondisi yang berbeda.

    Sseperti dikutip Madiunpos.com dari halodoc.com, Selasa (5/5/2020), berikut perbedaan-perbedaannya henti jantung dan serangan jantung:

    Kabar Duka! Didi Kempot Meninggal Dunia

    1. Definisi

    Perbedaan antara henti jantung dan serangan jantung dimulai dari definisi keduanya secara medis. Henti jantung atau cardiac arrest adalah kondisi ketika jantung berhenti berdetak secara tiba-tiba karena adanya gangguan gaya listrik pada otot jantung. Kondisi ini membuat jantung tidak dapat berdetak dengan normal dan memicu terjadinya aritmia.

    Akibatnya, distribusi darah ke seluruh tubuh akan mengalami gangguan. Pada kondisi yang parah, risiko kematian bisa sangat tinggi dan dapat terjadi dalam hitungan menit, karena organ-organ vital lainnya (seperti otak) tidak menerima pasokan darah yang cukup.

    Sementara itu, serangan jantung atau heart attack merupakan kondisi fatal yang terjadi ketika jantung tidak menerima pasokan oksigen yang cukup dari aliran darah yang menuju jantung. Kondisi ini dapat terjadi karena adanya aterosklerosis atau penyumbatan pembuluh darah arteri, yang menyebabkan jantung kekurangan asupan darah yang kaya oksigen.

    Didi Kempot Sempat Bertelepon Dengan Wali Kota Solo Sebelum Meninggal

    Berbeda dengan henti jantung, serangan jantung dapat terjadi dalam waktu yang lebih panjang, yaitu hitungan jam. Selama terjadinya serangan jantung, bagian jantung yang tidak menerima oksigen akan terus mengalami kerusakan berupa kematian otot jantung. Jika tidak segera mendapat penanganan, kondisi ini dapat menyebabkan kematian. Namun berbeda dengan henti jantung, ketika mengalami serangan, jantung tidak berhenti berdetak.

    2. Gejala

    Dari segi gejala yang dialami, henti jantung dan serangan jantung juga memiliki perbedaan. Gejala henti jantung adalah:

    • Napas terputus atau tidak bernapas sama sekali.
    • Pupil mata masuk ke dalam tengkorak kepala.
    • Lemas secara tiba-tiba.
    • Tidak sadarkan diri.
    • Warna kulit menjadi pucat kebiruan.
    • Denyut nadi atau detak jantung tidak dapat ditemukan.

    Didi Kempot Dikabarkan Meninggal Akibat Code Blue Asthma, Ini Penjelasannya

    Sementara itu, serangan jantung dapat terjadi dalam durasi yang lebih panjang, dengan gejala-gejala yang kurang spesifik, seperti:

    • Sesak napas.
    • Sakit perut yang dapat disertai dengan mual dan muntah.
    • Merasa sangat lemas.
    • Keringat dingin.
    • Detak jantung tidak beraturan.
    • Pusing atau kepala terasa ringan.
    • Kontraksi otot di sekitar dada, leher, dan lengan.
    • Rasa nyeri pada perut atas (diafragma), dada, tangan, rahang atau di sekitar tulang belikat pada punggung bagian atas.

    Ponpes di Kediri Bikin Jamu Tangkal Corona, Dibagikan Gratis Kepada Warga

    Baik henti jantung maupun serangan jantung merupakan kondisi gawat darurat. Segeralah ke rumah sakit jika mengalami berbagai gejala yang telah disebutkan tadi. Jangan sepelekan juga gangguan kesehatan lain yang mungkin terjadi, jika kamu merasa sakit atau mengalami gejala tertentu, jangan ragu untuk memeriksakan diri ke dokter.

    3. Penyebab

    Pada kebanyakan kasus, henti jantung terjadi karena adanya aritmia yang berasal dari bilik jantung, atau yang juga dikenal dengan nama fibrilasi ventrikel. Kondisi ini terjadi akibat adanya gangguan kelistrikan otot jantung, yang membuat aliran darah ke seluruh tubuh dan jantung dapat terhenti.

    Namun, aritmia yang terjadi juga bisa berasal dari serambi jantung sebelah kanan atau fibrilasi atrial. Kondisi ini menyebabkan gangguan sinyal untuk memompa darah pada otot bilik jantung yang berakibat pada terjadinya henti jantung.

    Selain itu, risiko henti jantung juga lebih besar pada orang yang memiliki jantung yang tidak sempurna, akibat kelainan bawaan atau kerusakan serius. Seperti pada pengidap jantung koroner. Kerusakan serius pada jantung juga bisa terjadi karena trauma mendadak. Misalnya tersetrum, overdosis obat, aktivitas fisik terlalu berat, kehilangan banyak darah, penyumbatan saluran napas, tenggelam, kecelakaan, dan hipotermia.

    Pulang dari RS, Pasien Positif Covid-19 Madiun yang Sembuh Disambut Lantunan Selawat

    Sementara itu, serangan jantung umumnya disebabkan adanya penyumbatan arteri jantung secara progresif akibat penyakit kardiovaskuler. Penyumbatan ini dapat dipicu oleh tumpukan lemak darah atau kolesterol, yang kemudian meningkatkan tekanan darah yang menggerus dinding pembuluh darah. Sehingga, terjadi luka dan penumpukan darah beku dari inflamasi. Risiko serangan jantung dapat meningkat akibat gaya hidup tidak sehat, riwayat penyakit kardiovaskular, dan sindrom metabolik pada usia lanjut.



    Editor : Kaled Hasby Ashshidiqy

    Get the amazing news right in your inbox

    Berita Terpopuler

    0 Komentar

    Belum ada komentar, jadilah yang pertama untuk menanggapi berita ini.

    Komentar Ditutup.