Jamie Vardy, Peraih Sepatu Emas Tertua di Liga Inggris

Madiunpos.com, LEICESTER -- Musim ini bukan musim yang bagus bagi Leicester City. Mereka dipastikan gagal tampil di Liga Champions musim depan setelah di laga pamungkas Liga Premier Inggris mereka dikalahkan Manchester United 2-0, Minggu (26/7/2020) malam.

Namun tidak dengan pemainnya, Jamie Vardy. Meski gagal meraih trofi juara Liga Premier Inggris, ia masih bisa membawa pulang trofi top scorer musim ini. Trofi ini melengkapi capaian gemilang Vardy setelah lebih dulu meraih trofi juara Liga Premier Inggris beberapa musim lalu. Torehan luar biasa bagi pemain yang 10 tahun lalu masih di liga amatir.

Vardy yang mengemas 23 gol mengalahkan Pierre-Emerick Aubameyang (Arsenal) dan Danny Ings (Southampton) dalam perburuan sepatu emas. Aubameyang dan Ings sama-sama mencetak 22 gol.

PSG Juarai Piala Prancis Berkat Gol Tunggal Neymar

Dikutip dari Opta, Vardy tercatat sebagai top scorer tertua dalam sejarah Premier League dengan usai 33 tahun. Gelar top skor ini juga melengkapi capaian Vardy di Premier League yang sebelumnya pernah mengantarkan Leicester menjadi juara sekaligus dinobatkan sebagai pemain terbaik pada 2015/2016.

"Ini pencapaian individu yang luar biasa. Kami tidak akan berada di posisi ini tanpa kualitas dan golnya," ujar manajer Leicester, Brendan Rodgers, mengenai Vardy dikutip dari BBC.

"Dia menikmati kerja kerasnya, memiliki mental dan kualitas yang luar biasa. Ini adalah penghargaan yang sangat besar dan kami semua senang untuknya," sambung dia seperti dilansir detik.com.

Raihan ini terasa luar biasa karena Vardy bisa dibilang telat bersinar. Ia baru merasakan bermain di Premier League pada 2014/2015 saat usianya sudah 27 tahun. Ia bahkan 10 tahun yang lalu masih bermain di liga amatir.

Sembuh Cepat, Marc Marquez Siap Balapan Lagi

Sempat Terbuang

Dikutip dari berbagai sumber, Vardy yang terbuang dari akademi Sheffield Wednesday bergabung dengan Stocksbridge Park Steels FC yang bermain di divisi tujuh. Ia bermain di sana dari 2007-2010.

Vardy hanya digaji 30 pounds per pertandingan sehingga harus juga bekerja sebagai buruh di pabrik serat karbon untuk menyambung hidup. Dari Stocksbridge Park Steels FC, ia berpetualang di tim-tim di divisi bawah semacam Halifax dan Fleetwood Town.

Barulah di tahun 2012, Leicester yang masih berkutat di Championship Division datang untuk meminangnya. Si Rubah kemudian mengubah nasib Vardy untuk berada di puncak karier hingga saat ini.

Pepatah "tidak ada kata terlambat" tampaknya dipegang teguh oleh Vardy. Ia bersyukur masih sangat bugar di usia 33 tahun dan bisa meraih gelar top skor Premier League.

"Untungnya, saya tidak merasakan masalah soal usia dan kaki saya. Semuanya masih baik-baik saja dan ini adalah berkah. Saya juga tidak mengalami banyak cedera," tegas Vardy usai meraih gelar top skor dikutip dari Fox Sports.