Jatim Deflasi 0,09% Dipicu Panen Raya dan Tarif Pulsa

Jatim Deflasi 0,09% Dipicu Panen Raya dan Tarif Pulsa Ilustrasi inflasi atau deflasi. (academyft.com)

    Jawa Timur mengalami deflasi 0,09%.

    Madiunpos.com, SURABAYA – Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Jawa Timur menyatakan perkembangan indeks harga konsumen (IHK) pada Maret 2017 mengalami penurunan atau deflasi 0,09% yang salah satunya dipicu oleh adanya panen raya padi.

    “Pengendalian inflasi yang penting ini ada di komoditas beras, tetapi selama ketersediaan stok beras dijaga dengan baik, kami yakin inflasi akan stabil,” kata Kepala BPS Jatim, Teguh Pramono, saat paparan Berita Resmi Statistik (BRS), Senin (3/4/2017).

    Teguh menambahkan meski sedang musim panen raya sehingga produksi beras melimpah, tetapi secara kualitas produksi beras diperkirakan kurang bagus lantaran sempat mengalami curah hujan tinggi.

    Dia menjelaskan kelompok pengeluaran yang mengalami inflasi tertinggi yakni kelompok sandang yakni 0,45%, sedangkan inflasi terendah yakni kelompok pendidikan, rekreasi, olahraga, dan kesehatan yakni masing-masing 0,19%.

    Sedangkan kelompok pengeluaran yang mengalami deflasi tinggi yakni kelompok bahan makanan sebesar 1,19%, sedangkan deflasi terendah yakni kelompok transportasi, komunikasi, dan jasa keuangan.

    “Jadi selain beras, komoditas lain yang memicu terjadinya deflasi adalah tarif pulsa, dan cabai rawit, daging ayam, telur ayam, jagung dan semen. Sedangkan komoditas yang memberikan andil besar dalam terjadinya inflasi adalah angkutan, tarif listrik, wortel, dan bahan bakar minyak,” jelas Teguh.

    Adapun deflasi terjadi di seluruh kota IHK di Jatim. Kota Probolinggo memiliki deflasi paling tinggi yakni 0,29%, sedangkan deflasi terendah terjadi di Kota Surabaya dan Madiun yakni sebesar 0,06%.

    Berdasarkan catatan BPS Jatim, selama tahun berjalan (Januari-Maret 2017), Jatim telah mengalami inflasi 1,68%, lebih tinggi dibandingkan periode yang sama 2016 yakni hanya 0,59%. Sedangkan laju inflasi dari tahun ke tahun di Jatim pada Maret 2017 mencapai 3,85%, atau lebih tinggi dibandingkan inflasi pada Maret 2016 yakni 3,71%.

    Meski mengalami deflasi, tetapi Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Jatim terus berupaya untuk menjaga inflasi hingga akhir tahun ini, terutama yang dipicu oleh kelompok bahan makanan yang mudah bergejolak akibat kebijakan reformasi subsidi energi oleh pemerintah.

    Sejumlah program TPID Jatim yang digarap tahun ini adalah memperkuat data pangan, melakukan operasi pasar, memberikan bantuan ongkos angkut komoditas untuk mengantisipasi lonjakan harga pada saat Hari Besar keagamaan. Melalui berbagai program tersebut, Pemprov Jatim pun menargetkan tingkat inflasi Jatim tahun ini yakni berada di level 4+-1%.



    Editor : Rohmah Ermawati

    Get the amazing news right in your inbox

    Berita Terpopuler

    0 Komentar

    Belum ada komentar, jadilah yang pertama untuk menanggapi berita ini.

    Komentar Ditutup.