Mitos Masyarakat Jawa Tentang Lintang Kemukus, Peneliti: Tidak Ada Hubungannya
Penampakan lintang kemukus di Tuban dan Bojonegoro Jawa Timur membuat geger warga. Peneliti menyebut, fenomena ini tidak mengandung bahaya dan tidak ada hubungannya dengan mitos-mitos yang beredar di masyarakat.
Madiunpos.com, MADIUN – Sebuah penampakan cahaya di langit Tuban dan Bojonegoro, Jawa Timur pada Sabtu malam (10/10/2020) ramai-ramai diperbincangkan masyarakat. Fenomena ini diberi nama lintang kemukus. Tak sedikit yang mengunggahnya ke media sosial twitter dan Instagram.
Salah satu akun instagram yaitu @ndorobeii juga mengunggah penampakan lintang kemukus ini pada Sabtu (10/10/2020). Dengan membubuhkan sebuah caption bertuliskan “Area tuban apakah kalian melihatnya, apakah itu,” postingan itu pun langsung membuat geger netizen.
“Kata orang tua jaman dulu itu pertanda sebuah negeri dalam bahaya,” tulis @saefulohsafitri.
“Aku tadi lihat sumpah, bentar banget lewatnya, di Karawang.. huhu aku kira petir. Emang apa ini min?” tanya @lianidian.
Enam Jenis Asupan Ini Perlu Dihindari Penderita Asam Lambung
Dikutip dari berbagai sumber, masyarakat Jawa sering mengaitkan kemunculan lintang kemukus dengan pertanda akan terjadi sesuatu yang berhubungan dengan kekuasaan atau kepemimpinan suatu wilayah. Pemaknaan ini berbeda sesuai arah jatuhnya lintang kemukus.
Sumber lain menyebutkan, lintang kemukus dipercaya sebagai hantu pembawa maut berwujud bola arwah. Terkadang ia muncul sebagai rombongan prajurit ganas yang bisa membunuh manusia ketika mereka tertidur.
Hantu bernama lampor itu kerap menimbulkan suara gaduh. Suara itu berasal dari iringan kereta kuda dan derap kaki pasukan.
Warkop di Nganjuk Sediakan Layanan Esek-Esek, Ada Bilik di Belakang Warung
Bintang Berekor
Menanggapi kejadian tersebut, peneliti memberikan jawabannya. Dalam istilah ilmiah, lintang kemukus ini sebenarnya adalah bintang berekor atau komet.
“Fenomena lintang kemukus itu adalah istilah Jawa untuk bintang berekor. Kebetulan memang beberapa hari terakhir itu sedang musim hujan meteor Draconid, jadi itu bisa jadi bagian dari fenomena hujan meteor tersebut,” kata Peneliti dari Pusat Sains Antariksa (Pussainsa) LAPAN, Emanuel Sungging Mumpuni saat dihubungi detik.com, Minggu (11/10/2020).
Selain itu, Sungging menyebut lintang kemukus sebagai fenomena alamiah yang tidak mengandung bahaya. “Tidak ada dampaknya,” ujarnya.
Ini Alasan Gadis di Surabaya Terlibat Aksi Begal HP
Selama ini, di masyarakat Jawa lintang kemukus kerap dikaitkan dengan mitos ramalan berakhirnya wabah atau datangnya bencana.
“Itu kan mitos di masyarakat, secara astronomi tidak berhubungan,” kata Emanuel Sungging Mumpuni.
Mitos ini bahkan sempat diangkat oleh sastrawan Ahmad Tohari menjadi novel terkenal berjudul “Lintang Kemukus Dini Hari”
Jadi Desa Tangap Bencana Terbaik Se-Jatim, Begini Profil Desa Durenan Madiun
Kendati mitos itu hidup di masyarakat, LAPAN menegaskan bahwa hal ini tidak ada hubungannya secara astronomi.
“Tidak ada hubungannya. Sama seperti tempo hari katanya bintang Tsuraya tanda wabah berakhir, ternyata wabah masih terjadi sampai sekarang,” ungkapnya.
Editor : Haryono Wahyudiyanto
Baca Juga
- Waduh, Lurah di Jombang Minta Parsel Lebaran ke para Pengusaha
- Sedih, Kisah Anak Kru KRI Nanggala-402 di Pasuruan Kunci Ayahnya di Kamar Agar Tak Berangkat
- Ngabuburit, Remaja di Probolinggo Malah Tawuran
- Pedagang dan Petani Diperiksa Polisi, Belum Ada Tersangka Kasus Cabai Dicat di Banyuwangi
- Tanpa Bantuan Nakes, Warga Bersalin di Teras Puskesmas di Mojokerto
- Video Viral, Polisi Selidiki Cabai Dicat di Banyuwangi
- Viral dan Bikin Heboh! Video Cabai Dicat di Banyuwangi
0 Komentar
Belum ada komentar, jadilah yang pertama untuk menanggapi berita ini.