OLEH-OLEH MADIUN : Permintaan Brem Melonjak, Perajin Kurang Bahan

OLEH-OLEH MADIUN : Permintaan Brem Melonjak, Perajin Kurang Bahan Industri rumahan brem Madiun di Mejayan, Rabu (24/6/2015). (JIBI/Solopos/Antara/Fikri Yusuf)

    Oleh-oleh Madiun berupa penganan brem diminati menjelang Lebaran 2015.

    Solopos.com, MADIUN — Produksi brem yang merupakan makanan khas Kabupaten Madiun, Jawa Timur meningkat signifikan, menjelang Lebaran 2015. Hal itu diakui para perajin di sentra industri rumah tangga brem Desa Kaliabu, Kecamatan Mejayan, dan Desa Bacong, Kecamatan Wonoasri, Kabupaten Madiun.

    "Permintaan brem saat Ramadan dan Lebaran selalu naik setiap tahunnya. Diperkirakan kenaikannya hingga lima kali lipat dari hari biasa," ujar seorang perajin brem di Desa Kaliabu, Ny. Jairah, kepada wartawan, Kamis (25/6/2015).

    Menurut dia, pada hari biasa pihaknya memproduksi 1.000 bungkus brem. Akan tetapi, sejak awal Ramadan 2015 hingga Lebaran 2015 mendatang, ia bisa memproduksi hingga 5.000 bungkus per hari.

    Brem-brem itu merupakan pesanan dari sejumlah toko oleh-oleh di kota dan Kabupaten Madiun. Pesanan juga datang dari luar kota, seperti Ngawi, Kediri, Nganjuk, dan Jombang.

    Kurang Bahan
    Meskipun pesanan sedang tinggi, masih terdapat kendala yang dihadapi oleh para perajin, yakni ketersediaan bahan baku baku brem, berupa sari tape beras ketan.

    "Kami terkendala pembuatan bahan. Sebelum dijadikan brem, beras ketan itu kami jadikan sari tape terlebih dahulu," ungkapnya.

    Perajin brem lainnya, Sulastri, mengatakan, masih ada sekitar 100 perajin brem yang tetap bertahan di Kabupaten Madiun. Industri rumah tangga tersebut sebagian berada di Desa Kaliabu, Kecamatan Mejayan, dan sebagian di Desa Bancong, Kecamatan Wonoasri.

    "Kami sudah membuat brem secara turun-temurun sejak zaman nenek buyut. Permintaan brem memang ramai saat menjelang lebaran seperti sekarang ini," tutur Sulastri.

    1 Kuintal/Hari
    Menurut dia, pada saat seperti ini, produksi brem bisa mencapai 1 kuintal per harinya. Hal itu didukung dengan kondisi cuaca yang banyak sinar matahari, sehingga brem yang dicetak kotak-kotak cepat mengering.

    Adapun untuk harga, brem tersebut dijual bervariasi, mulai dari Rp5.000 hingga Rp20.000 per bungkus. Tergantung dari ukuran besar dan kecilnya kotak kemasan.

     

    KLIK dan LIKE di sini untuk lebih banyak berita Madiun Raya



    Editor : Rahmat Wibisono

    Get the amazing news right in your inbox

    Berita Terpopuler

    0 Komentar

    Belum ada komentar, jadilah yang pertama untuk menanggapi berita ini.

    Komentar Ditutup.