PENDIDIKAN PONOROGO : Pengelola Ogah SLB Krida Wiyata Dijadikan Sekolah Negeri

PENDIDIKAN PONOROGO : Pengelola Ogah SLB Krida Wiyata Dijadikan Sekolah Negeri Siswa SLB Krida Wiyata Slahung Ponorogo, Tri Mahati, 13, belajar membuat kerajinan tangan di ruang kelas, Kamis (2/2/2017). (Abdul Jalil/JIBI/Madiunpos.com)

    Pendidikan Ponorogo, pengelola SLB Krida Wiyata berkukuh mengelola SLB tanpa campur tangan pemerintah.

    Madiunpos.com, PONOROGO — Pengelola Sekolah Luar Biasa Krida Wiyata yang berada di Desa/Kecamatan Slahung, mengaku enggan menerima tawaran dari Dinas Pendidikan Ponorogo yang akan menjadikan SLB Krida Wiyata sebagai sekolah negeri.

    Wakil Kepala SLB Krida Wiyata, Amar Maruf, 30, mengatakan pihaknya sempat mendapat tawaran dari Dinas Pendidikan Ponorogo untuk menjadikan SLB tersebut dikelola pemerintah.

    Namun, tawaran tersebut kemudian ditolak dengan berbagai pertimbangan.

    SLB Krida Wiyata, kata dia, dibangun dari keperihatinan empat orang yang menganggap di Ponorogo bagian selatan belum memiliki sekolah khusus bagi anak berkebutuhan khusus. (baca: SLB Krida Wiyata, Secercah Harapan Bagi Difabel di Ponorogo Selatan)

    Atas keprihatinan yang sama itulah, keempat orang tersebut membangun sekolah itu dengan tujuan memberi bekal dan ilmu pengetahuan kepada anak-anak difabel, khususnya bagi yang tidak mampu.

    Amar menjelaskan alasan pengelola menolak tawaran tersebut karena saat merintis sekolah tersebut dari dinas tidak ada yang mau memberikan tempat untuk digunakan sebagai ruang kelas SLB itu. Selain itu, pengelola juga enggan dikendalikan oleh dinas.

    “Kami juga tidak mau kalau sukarelawan yang sudah berjuang dari awal membangun SLB ini tiba-tiba diberhentikan dan diganti orang lain. Karena yang mengelola dinas bukan kami,” jelas Amar kepada Madiunpos.com di ruang kerjanya, Kamis (2/2/2017).

    Lebih lanjut, dia menuturkan saat ini pihaknya juga sedang mengurus pembuatan pendirian yayasan yang akan menaungi SLB itu. Ia beserta para guru beserta sejumlah sukarelawan telah mengumpukan dana Rp5 juta untuk proses notaries yayasan.

    Menurut dia, pendirian sekolah ini hanya untuk memberikan wadah bagi anak-anak difabel. Karena selama ini sebagian dari mereka dikeluarkan dari sekolah umum karena dinilai tidak bisa menerima pelajaran seperti anak pada umumnya.

    Selain itu, SLB yang ada sangat jauh jangkauannya dan memberatkan orang tua yang sebagian besar kurang mampu.

    “Saat ini SLB di Ponorogo hanya ada di wilayah kota dan Badegan, padahal tempatnya itu jauh sekali. Kami hanya ingin mewadahi anak-anak itu supaya mendapatkan pendidikan yang layak,” kata dia.

    Salah satu guru di SLB Krida Wiyata, Dewi Ratih, 38, mengatakan sangat senang dengan keberadaan sekolah ini karena bisa menjadi wadah bagi anak difabel di Ponorogo bagian selatan. Dia mengaku sejak awal ikut mendirikan sekolah tersebut.

    Dewi menuturkan selain mengajar di SLB Krida Wiyata, dirinya juga mengajar di MTs Al-Istiqomah Slahung dan SDN Tugurejo 2.

    “Saya ngajar di SLB ini pada hari Rabu, Kamis, dan Sabtu. Namun, terkadang ketika selesai ngajar di SD, saya juga langsung datang ke SLB,” ujar dia.

    Warga RT 003/RW 001, Desa Slahung, ini menyampaikan selama mengajar di SLB Krida Wiayata tidak pernah mendapat gaji.

    Dia mengaku mengajar di SLB untuk mengabdi dan membantu anak-anak difabel dalam meniti masa depan. “Saya senang saja bisa membantu dan ikut berkumpul bersama anak-anak ini,” kata Dewi.



    Editor : Rohmah Ermawati

    Get the amazing news right in your inbox

    Berita Terpopuler

    0 Komentar

    Belum ada komentar, jadilah yang pertama untuk menanggapi berita ini.

    Komentar Ditutup.