PERTAMBANGAN BOJONEGORO : Penyulingan Tradisional Merebak, Sikap Pertamina Sebabnya?

PERTAMBANGAN BOJONEGORO : Penyulingan Tradisional Merebak, Sikap Pertamina Sebabnya? Penambang mengambil minyak mentah di kubangan pertambangan minyak tradisional Bojonegoro, Minggu (13/12/2015). (JIBI/Solopos/Antara/Aguk Sudarmojo)

    Pertambangan Bojonegoro yang dioperasikan warga meningkat tajam jumlahnya, diduga dipicu sikap Pertamina.

    Madiunpos.com, BOJONEGORO — Penyulingan minyak mentah di Kecamatan Kedewan, Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur terus bertambah jumlahnya. Rendahnya nilai imbal jasa yang diberikan Pertamina EP Asset 4 Field Cepu, Jawa Tengah kepada para penambang diduga menjadi penyebabnya.

    Camat Kecamatan Kedewan, Bojonegoro, Moch. Tarom, Senin (14/12/2015), mengatakan meningkatnya jumlah lokasi penyulingan minyak mentah tradisional di lapangan sumur minyak tua di sejumlah desa di Kecamatan Kedewan. Hal itu terjadi dalam beberapa bulan terakhir.

    Bertambahnya penyulingan tradisional, lanjut dia, dipengaruhi imbalan jasa yang diberikan Pertamina EP Asset 4 Field Cepu kepada penambang lebih rendah dibandingkan dengan kalau minyak menyuling sendiri berupa solar. "Saat ini, lokasi penyulingan tradisional meningkat tajam. Kalau jumlahnya bisa ratusan lokasi penyulingan tradisional," katanya, menegaskan.

    Ia mengimbau para penambang tidak melakukan penyulingan minyak secara tradisional, termasuk melakukan pengeboran sumur minyak baru karena melanggar ketentuan. "Kami hanya bisa mengimbau penambang menghentikan kegiatan penyulingan tradisional termasuk menambah sumur minyak baru," katanya, menegaskan.

    Tersebar di Kedewan
    Kantor Berita Antara di lokasi penambangan sumur minyak tua di sejumlah desa di Kecamatan Kedewan melaporkan kegiatan penyulingan minyak secara tradisional tersebar merata, bukan hanya di kawasan lapangan sumur minyak tua, tapi juga di luarnya.

    Seorang pemilik sumur minyak di Desa Hargomulyo, Kecamatan Kedewan, Sugiman, menuturkan produksi minyak yang dihasilkan dari sumurnya dijual kepada para penyuling, sebab imbalan jasa yang diberikan Pertamina EP 4 Field Cepu, melalui paguyuban rendah.

    Ia menyebutkan apabila produksi minyak disetorkan ke paguyuban penambang besarnya imbalan jasa Rp2.700/liter, tapi penambang hanya menerima Rp2.100/liter, karena harus dipotong untuk berbagai keperluan. Di lain pihak, lanjut dia, kalau produksi minyak mentah dijual ke penyuling, maka penambang bisa memperoleh Rp2.500/liter.

    "Penambang lebih memilih harga yang menguntungkan," tandasnya, dibenarkan sejumlah penambang lainnya.

    Merusak Lingkungan
    Sementara itu, Kepala Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Pemkab Bojonegoro Agus Supriyanto menjelaskan bertambahnya penambangan tradisional akan semakin merusak lingkungan, juga menimbulkan pencemaran. "Selain kayu di kawasan hutan dimanfaatkan untuk pembakaran, juga minyak mentah tumpahan di lokasi setempat semuanya mengalir masuk ke Bengawan Solo," ujarnya.

    Data yang diperoleh, di Desa Wonocolo, Hargomulyo dan Mbeji, Kecamatan Kedewan, terdapat 720 titik sumur minyak, baik sumur minyak tua maupun sumur minyak hasil pengeboran baru. Dari sumur minyak itu produksinya yang disetorkan ke Pertamina EP Asset 4 Field Cepu,berkisar 500-700 barel/hari, sedangkan yang dijual keluar termasuk disuling rata-rata berkisar 400-500 barel/hari.

     



    Editor : Rahmat Wibisono

    Get the amazing news right in your inbox

    Berita Terpopuler

    0 Komentar

    Belum ada komentar, jadilah yang pertama untuk menanggapi berita ini.

    Komentar Ditutup.