SEJARAH MADIUN : Tak Sediakan Gunungan, Warga Kedondong Kena Wabah Penyakit hingga Gagal Panen

SEJARAH MADIUN : Tak Sediakan Gunungan, Warga Kedondong Kena Wabah Penyakit hingga Gagal Panen Gunungan dalam tradisi sebar udikan atau uang koin di RT 018/RW 007 Dusun Sukorejo, Desa Kedondong, Kecamatan Kebonsari, Kabupaten Madiun, Jawa Timur (Jatim), Kamis (24/12/2015). Tradisi tersebut dilaksanakan setiap perayaan Maulid Nabi Muhammad SAW. (Irawan Sapto Adhi/JIBI/Madiunpos.com)

    Sejarah Madiun mengungkap tradisi sebar udikan di Dusun Sukorejo, Desa Kedondong, Kecamatan Kebonsari, Kabupaten Madiun, Jawa Timur (Jatim) bisa mendatangkan tulah jika tak dilengkapi gunungan.

    Madiunpos.com, MADIUN — Sejarah Madiun mengungkap fenomena tradisi sebar udikan atau uang koin harus senantiasa diselenggarakan warga RT 018/RW 007 Dusun Sukorejo, Desa Kedondong, Kecamatan Kebonsari, Kabupaten Madiun, Jawa Timur (Jatim) setiap perayaan Maulud Nabi Muhammad SAW.

    Bukan hanya uang koin, keluarga keturunan Eyang Ali Mutohar sebagai tokoh pendiri Desa Kedondong harus menyediakan gunungan berisi makanan untuk diperebutkan warga. Gunungan diyakini pihak keluarga keturunan Eyang Ali Mutohar maupun warga Desa Kedondong mampu menghindarkan musibah atau bencana.

    Ratusan Tahun
    Sudarmoko, 55, salah seorang keturunan keempat Eyang Ali Mutohar, menjelaskan tradisi sebar udikan atau rebutan uang koin dalam rangka perayaan Maulid Nabi Muhammad SAW sudah dilakukan sejak ratusan tahun silam sejak kehadiran Eyang Ali Mutohar ke wilayah itu. Menurut dia, tradisi sebar udikan selalu dilengkapi dengan prosesi rebutan gunungan agar Desa Kedondong terhindar dari beencana maupun musibah.

    "Pernah terjadi wabah di Desa Kedondong pada 2003. Banyak warga sakit perut secara massal. Selain itu, para petani gagal panen. Warga meyakini wabah muncul karena keluarga kami tidak menyediakan gunungan saat tradisi sebar udikan. Waktu itu kami tidak sempat menyiapkan gunungan katena baru pulang dari Jakarta," jelas Sudarmoko kepada Madiunpos.com di sela-sela pelaksanaan sebar udikan, Kamis (24/12/2015).

    Emoh Wabah Lagi
    Sejak wabah 2003, Sudarmoko menjelaskan, pihak keluarga keterunan Eyang Ali Mutohar selalu menyuguhkan gunungan berupa dahan pohon yang digantungi beragam makanan dan bisa ditambah uang saat pelaksanaan tradisi sebar udikan. Dia tidak mau wabah terjadi lagi di Desa Kedondong apabila keluarga keturunan Eyang Ali Mutohar tidak menggelar rebutan gunungan atau bahkan tradisi sebar udikan.

    Tradisi sebar udikan diikuti ratusan orang dari usia anak-anak hingga orang tua untuk berebut uang koin di halaman rumah tua peninggalan anak pertama Eyang Ali Mutohar. Agar tidak celaka atau menimbulkan korban, sejumlah perwakilan dari keluarga keturuan Eyang Ali Mutohar terjun di arena sebar udikan untuk memisahkan kelompok anak-anak dengan dewasa atau orang tua. Anak-anak ditempatkan di bagian depan dan di samping kiri orang yang melempar uang koin. Sedangkan warga dewasa di samping kanan.

     

    KLIK dan LIKE di sini untuk lebih banyak berita Madiun Raya
    KLIK di sini untuk mengintip Kabar Sragen Terlengkap



    Editor : Rahmat Wibisono

    Get the amazing news right in your inbox

    Berita Terpopuler

    0 Komentar

    Belum ada komentar, jadilah yang pertama untuk menanggapi berita ini.

    Komentar Ditutup.