Ternyata Hari Ini Hari Hipertensi Sedunia Lho, Yuk Cari Tahu Sejarahnya

Setiap 17 April diperingati Hari Hipertensi Sedunia untuk meningkatkan kesadaran masyarakat global akan bahanya tekanan darah tinggi.

Ternyata Hari Ini Hari Hipertensi Sedunia Lho, Yuk Cari Tahu Sejarahnya Pemeriksaan tekanan darah. (freepik)

    Madiunpos.com, MADIUN -- Banyak yang tidak tahu bahwa setiap 17 April, iya hari ini, diperingati Hari Hipertensi Sedunia. Adanya peringatan Hari Hipertensi Sedunia ini untuk meningkatkan kesadaran orang akan bahayanya penyakit tekanan darah tinggi alias hipertensi.

    Hari Hipertensi Sedunia (World Hypertension Day/WHD) diprakarsai oleh The World Hypertension League (WHL), sebuah payung bagi 85 organisasi masyarakat dan liga hipertensi nasional. WHL meluncurkan WHD pertama kali pada 14 Mei 2005. Namun, sejak 2006, WHL mendedikasikan 17 Mei setiap tahun sebagai WHD.

    Berdasarkan laman resmi WHL, tema tahun ini adalah Measure Your Blood Pressure, Control It, Live Longer (Ukur Tekanan Darah Anda, Kendalikan, Hidup Lebih Lama). Tujuan dari pemilihan tema ini adalah untuk meningkatkan kesadaran akan bahanya tekanan darah tinggi di seluruh dunia.

    Tanpa Surat Sehat, 11 Pemudik di Lamongan Terpaksa Putar Balik

    "Pemilihan tema ini didasarkan pada statistik global, menunjukkan bahwa kurang dari 50% dari orang dewasa dengan hipertensi (SBP ? 140 mm Hg, DBP?0 mm Hg, atau pengobatan dengan antihipertensi), di seluruh dunia, sadar bahwa mereka memiliki BP tinggi (<40% di negara berpenghasilan rendah dan menengah)," jelas WHL dalam lamannya, seperti dikutip dari suara.com.

    Sayangnya, WHL harus menunda perayaan Hari Hipertensi Sedunia 2020 hingga 17 Oktober 2020 mendatang.

    "World Hypertension League (WHL) telah mengumumkan bahwa mereka akan menunda perayaan WHD 2020 hingga 17 Oktober 2020, karena pandemi global Covid-19," tulis WHL.

    Cara Warga Perumahan Pacitan Sambut Pemudik Bikin Haru

    Secara global, pada 2019, Medscape mencatat sekitar 26% populasi dunia (972 juta orang) menderita hipertensi. Dan prevalensinya diperkirakan akan meningkat menjadi 29% pada 2025. Sebagian besar di dorong oleh peningkatan di negara-negara berkembang secara ekonomi.

    Tingginya prevalensi hipertensi menimbulkan beban kesehatan masyarakat yang luar biasa. Sebagai "kontributor utama" penyakit jantung dan stroke, yang masing-masing menjadi penyebab kematian pertama dan ketiga di seluruh dunia, tekanan darah tinggi adalah faktor risiko tertinggi yang dapat dimodifikasi.

    Banyak Yang Tak Sadar

    Dilansir WebMD, tim peneliti internasional mencatat banyak orang tidak menyadari mereka menderita hipertensi. Tidak hanya di negara berpenghasilan rendah, hal ini juga berlaku untuk negara kaya dan negara maju.

    Kabur 4 Bulan, Tahanan Rutan Bangil Pasuruan Ditangkap di Madura

    Terlepas dari ketersediaan obat-obatan untuk mengendalikan tekanan darah tinggi, ketidaksadaran ini justru membuat hipertensi mereka tidak dirawat dengan baik.

    American Heart Association mencatat tekanan darah tinggi sering disebut silent killer atau pembunuh bisu. Sebab, seringkali hipertensi tidak memiliki gejala yang jelas.

    Padahal, tekanan darah tinggi dapat berkembang perlahan dari waktu ke waktu. Meski tidak dapat disembuhkan, hipertensi dapat dikelola secara efektif dengan mengubah gaya hidup dan pengobatan.

    Jelang Lebaran, Warga Lamongan Diimbau Waspada Uang Palsu

    "Obat-obatan penurun tekanan darah umumnya tidak mahal dan biasanya tersedia perawatan," kata Salim Yusuf, profesor kedokteran di Fakultas Kedokteran Universitas McMaster Michael G. DeGroote School of Medicine di Hamilton, Kanada.

    Yusuf pernah mengadakan sebuah penelitian bersama timnya yang bertujuan menghitung jumlah orang yang sadar akan kondisi mereka.

    Penelitian dipimpin oleh Population Health Research Institute (PHRI) dari McMaster University dan Hamilton Health Sciences terhadap 154.000 orang dewasa berusia 35 hingga 70 tahun.

    Setelah Viral, Pemkab Akhirnya Borong Sayur Pedagang di Malang

    Peserta disebut tidak memiliki riwayat penyakit jantung atau stroke, berasal dari 17 negara dengan kekuatan ekonomi berbeda.

    Para peneliti juga mengumpulkan informasi tentang usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan dan faktor risiko lainnya, termasuk apakah para peserta tahu bahwa mereka memiliki tekanan darah tinggi

    "Studi kami menunjukkan lebih dari setengah orang dengan hipertensi tidak mengetahui kondisi mereka dan, di antara yang teridentifikasi, sangat sedikit yang menggunakan pengobatan yang cukup untuk mengendalikan tekanan darah mereka," tutur Clara Chow, rekan Yusuf dan seorang profesor di Sydney University dan George Institute for Global Health di Australia.

    Dari temuan ini, peneliti menyimpulkan perlu adanya perbaikan di seluruh dunia dalam diagnosis dan pengobatan hipertensi.



    Editor : Kaled Hasby Ashshidiqy

    Get the amazing news right in your inbox

    Berita Terpopuler

    0 Komentar

    Belum ada komentar, jadilah yang pertama untuk menanggapi berita ini.

    Komentar Ditutup.