Wali Kota Surabaya Wajibkan Peserta SBMPTN Rapid Test, Lab Kesehatan Membeludak

Sejumlah Lab kesehatan kebanjiran peserta SBMPTN yang ingin rapid test agar bisa mengikuti UTBK.

Wali Kota Surabaya Wajibkan Peserta SBMPTN Rapid Test, Lab Kesehatan Membeludak Salah satu peserta SBMPTN pingsan karena lamanya antrean untuk rapid test di salah satu lab kesehatan di Surabaya. (detik.com)

    Madiunpos.com, SURABAYA -- Kewajiban peserta Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN) untuk menunjukkan bukti hasil rapid test atau swab test  membuat sejumlah laboratorium kesehatan kebanjiran peserta. Saking panjangnya antrean rapid test, ada dua peserta yang sampai pingsan.

    Ini terjadi di Lab Parahita Surabaya, Jawa Timur. Ratusan peserta SBMPTN yang akan mengikuti ujian tulis berbasis komputer (UTBK) mengantre untuk menjalani rapid test.

    Sesuai Surat edaran (SE) Wali Kota Surabaya perihal syarat UTBK, peserta wajib menunjukkan hasil nonreaktif atau negatif Covid-19 baik melalui rapid test atau uji swab. Surat keterangan itu paling lambat dikeluarkan 14 hari sebelum mengikuti UTBK. UTBK di Surabaya sendiri akan digelar di empat perguruan tinggi negeri.

    Berkah Punya Wajah Mirip Syahrini, Wanita Penjual Rujak di Sumenep Ini Banjir Pembeli

    SE ini terkesan mendadak bagi orang tua dan calon peserta UTBK. Bahkan di laboratorium Surabaya, calon peserta UTBK yang akan melakukan rapid test sampai membeludak.

    Pantauan di lab Parahita, ada ratusan orang tua dan calon peserta UTBK yang mengantre untuk rapid test. Bahkan, ada dua calon peserta UTBK yang jatuh pingsan karena kelelahan menunggu. "Eeh ada yang pingsan itu, kasihan kecapekan sampai pucat," kata orang tua yang juga menunggu anaknya rapid test di Parahita, Jumat (3/7/2020), seperti dikutip dari detik.com.

    Orang tua calon peserta UTBK di ITS asal Sidoarjo, Titik, 52, mengatakan SE Wali Kota ini terbilang mendadak. Sehingga bisa dibilang menyusahkan calon peserta UTBK.

    Kasus Naik Terus, Ada Apa di Balik Penanganan Covid-19 di Surabaya?

    "Kesannya mendadak sekali, menyusahkan, jadinya ngantre lama dan banyak, menyita waktu, anakku sampai belum sempat sarapan. Banyak orang gini kan ga boleh. Sampai ada yang pingsan dua orang. Aku kurang setuju rapid test dadakan. Kalau langsung keterima nggak papa, kan ini cuman tes. Sebenarnya satu minggu sebelum tes," kata Titik.

    Ia mengaku sejak pukul 09.00 WIB hingga 13.50 WIB, anaknya yang bernama Raja belum juga keluar ruangan.

    Ada Promo

    Direktur Marketing lab Parahita Dharmawangsa, Mizan Sulthon, mengatakan sejak Kamis (2/7/2020) sore sudah ada 200 calon peserta yang rapid test. Hari ini sampai pukul 10.30 WIB ada 300 orang. Sebab, Parahita memberikan promo sejak 1 Juli menjadi Rp199.000.

    Update Covid-19 Jatim! Total 12.681 Positif, 4.638 Sembuh dan 971 Meninggal

    "Syaratnya KTP/kartu pelajar dan surat pendaftaran UTBK. Kita promo mulai tanggal 1 Juli, kita ndak tahu kalau ketentuan UTBK harus rapid test. Tiba-tiba sore banyak ke sini terus kita tanya dan kita baca harus rapid test. Langsung membeludak hampir di semua cabang kita," kata Mizan.

    Jika di lab Parahita Dharmawangsa sudah overload, maka pihaknya akan mengarahkan calon peserta UTBK ke tiga cabang lab lainnya. Namun untuk jumlah kuota rapid test yang disediakan tidak terbatas.

    "Kita ndak ada kuota, unlimited. Kalau tempatnya sudah penuh langsung diarahkan ke tiga cabang lain di Surabaya, biar tidak membeludak di satu tempat. Kemarin ada beberapa dari luar kota, dari Lamongan. Animonya cukup banyak," imbuhnya.

    Kabar Duka! 1 Pasien Positif Covid-19 Ponorogo Meninggal Dunia

    Hingga saat ini, Mizan mengatakan, belum ada yang reaktif. Jika terdapat peserta yang reaktif langsung dihubungkan ke Dinkes Surabaya untuk ditindaklanjuti.

    "Biasanya kalau ada yang reaktif dilaporkan, kalau tidak ada laporan berarti tidak ada yang reaktif. Insyaallah 200 yang kemarin negatif. Kalau reaktif kita langsung hubungi Dinkes untuk dilakukan PCR," pungkasnya.



    Editor : Kaled Hasby Ashshidiqy

    Get the amazing news right in your inbox

    Berita Terpopuler

    0 Komentar

    Belum ada komentar, jadilah yang pertama untuk menanggapi berita ini.

    Komentar Ditutup.