Waspada! Kasus Chikungunya di Kediri Meningkat

Penyakit chikungunya tersebut bisa terjadi karena disebabkan oleh infeksi virus melalui gigitan nyamuk Aedes Aegypti.

Waspada! Kasus Chikungunya di Kediri Meningkat Pasien yang sakit karena serangan nyamuk dan dirawat di RSUD Gambiran, Kota Kediri, Jawa Timur, Kamis (25/6/2020). (Antaranews.com)

    Madiunpos.com, KEDIRI -- Dinas Kesehatan Kota Kediri, Jawa Timur, meminta warga mewaspadai ancaman terjadinya chikungunya. Yaitu penyakit akibat virus yang ditularkan melalui nyamuk. Hal ini mengingat intensitas hujan masih relatif tinggi yang menyebabkan air menggenang.

    Kepala Dinas Kesehatan Kota Kediri dr Fauzan Adima mengemukakan jumlah penderita chikungunya pada Juni 2020 tertinggi sejak awal tahun 2020.

    "Jumlah penderita chikungunya pada Juni ini sebanyak 128 orang. Paling banyak ditemukan di Kecamatan Mojoroto sebanyak 88 orang," kata Fauzan Adima yang juga Direktur RSUD Gambiran Kota Kediri tersebut di Kediri, Kamis (25/6/2020).

    Jalani 22 Kali Uji Swab, Perempuan Ponorogo Ini Akhirnya Sembuh dari Covid-19

    Ia menambahkan pasien yang sakit chikungunya di Kecamatan Mojoroto terdata di Puskesmas Campurejo ada 23 orang dan Puskesmas Sukorame ada 65 orang. Sedangkan untuk lokasi yang terjangkit juga menyebar antara lain di Kelurahan Campurejo, Tamanan, Sukorame, Bujel, dan Mojoroto.

    Temuan pasien yang terkena chikungunya lainnya berada di Kelurahan Banaran, Kota Kediri sejumlah 40 orang. Mereka saat ini menjalani perawatan di Puskesmas Pesantren. Jumlah tersebut meningkat tajam dari bulan sebelumnya, Mei 2020 yang hanya 17 orang.

    Sejak Januari hingga akhir Juni 2020, jumlah keseluruhan kasus warga yang terkena chikungunya di Kota Kediri sebanyak 191 kasus.

    Ini Cara Pedagang Pasar di Kediri Meningkatkan Imun Tubuh

    Sementara itu, terkait dengan temuan kasus demam berdarah dengue (DBD) di Kota Kediri cenderung lebih sedikit. Sejak Januari hingga Mei 2020, jumlah pasien DBD yang terdata sebanyak 100 orang.

    Kasus tersebut juga tersebar merata di seluruh kecamatan wilayah Kota Kediri antara lain Kecamatan Mojoroto, Kota, dan Pesantren. Untuk angka tertinggi kasus DBD di Kota Kediri terjadi di Maret sebanyak 30 kasus. Sedangkan data bulan Mei jumlahnya mulai turun menjadi 15 kasus.

    Fauzan Adima juga menambahkan, penyakit chikungunya dan DBD tersebut bisa terjadi karena disebabkan oleh infeksi virus melalui gigitan nyamuk Aedes Aegypti. Serangan ini sering terjadi di daerah tropis, seperti Indonesia.

    Kades di Blitar Jadi Bidan Dadakan, Tolong Wanita Melahirkan Di Trotoar

    Salah Diagnosis

    Demam chikungunya dan DBD juga memiliki banyak kemiripan pada tahap awal, sehingga kerap terjadi salah diagnosis untuk pengobatannya. Nyamuk Aedes Aegypti juga memiliki karakteristik dalam menggigit manusia.

    Nyamuk tersebut banyak aktif menyerang antara pukul 10.00 WIB hingga 12.00 WIB. Dalam beberapa kasus nyamuk ini juga menyerang pada pukul 16.00 WIB hingga 17.00 WIB atau sebelum Maghrib.

    Dirinya menambahkan, pada serangan pertama, gejala klinis yang muncul akibat gigitan nyamuk adalah demam, sakit kepala, nyeri sendi dan otot, serta ruam. Fase berikutnya mulai terdapat perbedaan pada DBD, dimana pasien bisa mengalami perdarahan ringan hingga neutropenia.

    Truk Kontainer Seruduk Pikap lalu Terjun ke Sungai, Dua Sopir Tewas

    Perbedaan lainnya adalah pada penderita yang mengalami demam karena Chikungunya memiliki masa inkubasi virus sekitar 1 – 12 hari. Sedangkan gejala dan penyakitnya bisa berlangsung sekitar satu hingga dua pekan.

    Sedangkan, untuk penderita DBD masa inkubasinya 3 – 7 hari, dengan durasi penyakit bisa berlangsung dari 4 – 7 pekan, tergantung sistem kekebalan tubuhnya.

    Tuntut Galian C Ilegal Ditutup, Demo Mahasiswa di Pamekasan Diwarnai Bentrok

    "Penting untuk tetap menjaga kebersihan lingkungan di masa pandemi [Covid-19] ini. Selain kebersihan diri untuk mencegah corona, juga mengantisipasi gigitan nyamuk," kata Fauzan Adima.



    Editor : Arif Fajar Setiadi

    Get the amazing news right in your inbox

    Berita Terpopuler

    0 Komentar

    Belum ada komentar, jadilah yang pertama untuk menanggapi berita ini.

    Komentar Ditutup.