WISATA PACITAN : Berwisata dan Belajar di Tempat Konservasi Penyu Pantai Taman

WISATA PACITAN : Berwisata dan Belajar di Tempat Konservasi Penyu Pantai Taman Seorang pengunjung melihat indukan penyu yang ditangkar di Konservasi Penyu Pantai Taman, Sabtu (3/9/2016). (Abdul Jalil/JIBI/Madiunpos.com)

    Wisata Pacitan, bermain dan belajar mengenai penyu di tempat Konservasi Penyu Pantai Taman.

    Madiunpos.com, PACITAN — Tempat Konservasi Penyu di Pantai Taman menjadi salah satu objek andalan wisata di pantai tersebut. Tempat konservasi tersebut merupakan wujud perhatian masyarakat setempat terhadap menjaga ekosistem lingkungan dan menjaga pertumbuhan penyu yang saat ini semakin berkurang.

    Petugas jaga Konservasi Penyu Pantai Taman, Marini, mengatakan Tempat Konservasi Penyu di Pantai Taman baru didirikan 2012, tempat tersebut menjadi salah satu tempat untuk melakukan penangkaran terhadap hewan yang sudah ada sejak 150 juta tahun lalu itu. Di tempat konservasi tersebut, ada beberapa kolam untuk menangkar hewan laut itu.

    Dia menuturkan ada tempat khusus untuk menetaskan telur penyu, ada kolam khusus untuk penyu indukan, dan kolam khusus untuk tukik atau anakan penyu sebelum dilepas di laut. “Di sini ada lima ekor penyu indukan, kalau untuk tukik saat ini masih ada 500 ekor tukik yang baru berusia dua hari. nantinya tukik itu akan dilepas ke laut,” jelas dia kepada Madiunpos.com, Sabtu (3/9/2016).

    Rini menuturkan untuk masuk ke lokasi konservasi penyu ini hanya ditarik Rp2.000/orang. Tetapi, tidak banyak wisatawan yang masuk ke lokasi wisata ini. Pada hari Sabtu dan Minggu, biasanya jumlah pengunjung sebanyak 30 orang sampai 50 orang. Sedangkan pada hari aktif, tidak ada pengunjung yang masuk ke lokasi edu wisata ini.

    “Ya karena Konservasi Penyu ini kan memang untuk kegiatan penangkaran, jadi kemungkinan wisatawan yang sudah pernah masuk ya enggan masuk lagi,” kata dia.

    Dia menuturkan di balik pembangunan konservasi penyu ini tersimpan cerita menyedihkan perihal nasib penyu di kawasan tersebut. Sebelum ada konservasi itu, masyarakat setempat menangkap penyu dan telur penyu yang ada di Pantai Taman untuk dikonsumsi.

    Namun, sejak ada gagasan pembuatan Konservasi Penyu ini, perilaku masyarakat yang merusak ekosistem alam itu mulai diperbaiki. Saat ini, penyu dan telur penyu tidak lagi menjadi hewan buruan. Justru, masyarakat menjadi sadar dan bahu membahu untuk merawat penyu itu.

    Rini menyampaikan saat ini dari kelompok masyarakat desa setempat memberikan apresiasi bagi warga yang membawa telur penyu. Yaitu satu butir telur penyu dihargai Rp50.000 dan nantinya telur itu akan ditetaskan di tempat konservasi.

    “Untuk dana pengganti setiap butir telur yaitu diambilkan pendapatan dari retribusi wisata dan pendapatan lain yang dikelola kelompok Konservasi Penyu,” jelas dia.

    Lebih lanjut, dia menjelaskan penyu biasanya bertelur di bibir pantai dan mengubur telurnya di pasir. Setelah bertelur, biasanya penyu indukan langsung kembali ke laut dan membiarkan telurnya hingga menetas. Masa pengeraman tukik biasanya antara 45 hari sampai 60 hari.

    “Suhu sarang yang rendah biasanya lebih banyak menghasilkan tukik jantan, begitu sebaliknya. Biasanya, dari 1.000 tukik yang sampai di laut, hanya satu ekor yang selamat hingga dewasa dan berusia sekitar 20 sampai 50 tahun,” ujar dia.

    Untuk penetasan yang dilakukan di lokasi konservasi pun ada berbagai hal yang perlu diperhatikan. Dia menuturkan membrane atau selaput embrio telur penyu sangat mudah robek jika telur dirotasi atau mengalami guncangan. Untuk itu, sebelum pemindahan telur penyu pastikan bagian atas telur ditandai, kecuali pemindahan telur penyu itu dilakukan sebelum dua jam setelah induk penyu bertelur.

    Telur penyu tidak boleh dicuci dan harus segera ditanam dengan kedalaman yang sama dengan kondisi sarang aslinya, yaitu sekitar 60-100 cm. Ukuran dan bentuk lubang juga harus dibuat menyerupai ukuran dan bentuk aslinya. Ukuran diameter mulut sarang penyu biasanya sekitar 20 cm. Jarak penanaman telur penyu sebaiknya diatur dan telur yang ditanam harus ditutupi dengan pasir lembap.

    “Peletakkan telur di sarang juga harus hati-hati, harus memperhatikan posisi telur penyu, yaitu dengan melihat posisi atas dan bawah. Hal ini untuk meminimalisasi kegagalan penetasan,” ujar dia.



    Editor : Ahmad Mufid Aryono

    Get the amazing news right in your inbox

    Berita Terpopuler

    0 Komentar

    Belum ada komentar, jadilah yang pertama untuk menanggapi berita ini.

    Komentar Ditutup.