BATU AKIK : Candu Akik, Makin Digosok Makin Untung

BATU AKIK : Candu Akik, Makin Digosok Makin Untung Aktivitas perdagangan batu akik dalam pameran Soerabaia Gemstone Expo di City of Tomorrow (Cito) Surabaya, Jumat (28/8/2015). (Peni Widarti/JIBI/Bisnis)

    Batu akik tetap menjadi sebagian kalangan meskipun sebagian lainnya mulai jenuh.

    Madiunpos.com, SURABAYA – Meski keberadaan batu akik sudah ada sejak lama dan cukup dikenal serta diminati oleh mereka yang berusia matang, tetapi batu akik kini sedang berada pada puncak ketenarannya baik di kalangan remaja, muda, ataupun tua.

    Tak bisa dimungkiri, secuil batu akik yang sudah digosok dan dirangkai seindah mungkin menjadi cicin atau pun liontin memiliki nilai rupiah yang tidak terukur karena tergolong dalam kategori barang seni. Meskipun barang seni yang diramalkan bakal redup pada masanya nanti ini masih diyakini banyak peminatnya.

    Pemerintah Kota Surabaya kini ahkan berencana membangun sentra perhiasan di bekas lokalisasi Dolly untuk menampung para perajin perhiasan dan akik. Langkah tersebut disambut baik oleh para pecinta akik di Surabaya.

    Alih Usaha
    Leoni Ambarwati, perempuan pengusaha akik di Komplek Batu Permata Jl. Kayun Surabaya mengaku gembira bahkan sudah merencanakan untuk membuka cabang toko akik ‘Lanny and Hadi Gemstone’ di sentra-sentra yang akan dibangun Pemkot Surabaya.

    Leoni atau yang akrab dipanggil Lanny ini sudah menekuni bisnis akik selama 25 tahun. Dari zaman akik yang hanya digembari oleh usia tua, sampai sekarang yang penggemarnya merata di segala usia dan gender.

    Sebelum terjun ke dunia akik, Lanny dulu berkecimpung di usaha mebel. Namun berawal dari hobi mengumpulkan cicin dan batu akik, Lanny pun tergiur untuk terjun bebas mencintai akik sepenuhnya karena semakin digosok semakin untung.

    “Ternyata kalau mau belajar lebih dalam tentang seluk beluk akik itu bisa jadi uang,” ungkapnya saat ditemui Bisnis dalam sebuah pameran Soerabaia Gemstone Expo belum lama ini.

    Hingga Ratusan Juta
    Beragam jenis akik yang ditawarkan Lanny, mulai dari bahan atau batu lempengannya hingga produk jadi. Untuk batu lempengan akik dihargai mulai Rp25.000 hingga Rp25 juta bergantung jenisnya.  Sedangkan produk jadi, dihargai mulai Rp1 juta hingga ratusan juta rupiah. Bahkan, Lanny juga menerima jasa menggosok akik mulai Rp100.000 bergantung besar dan kecil ukurannya.

    Saat ini Lanny sudah memiliki tiga orang perajin akik, dan setiap perajin dalam sehari mampu mengerjakan lima buah produk perhiasan akik.

    Omset yang diperoleh Lanny dan suaminya Hadi Suprapto pun bisa mencapai Rp1 juta – Rp2 juta per hari, dengan penjualan minimal 10 biji batu lempengan akik.

    Adapun jenis-jenis akik yang dijual Lanny, di antaranya seperti Batu Bacan yang memiliki karakter bisa berubah warna, batu Bulu Macan dari Jember dan Lumajang, batu Keladen yang berkilau seperti air dan berasal dari Pacitan, batu Kecubung berkilau ungu yang berasal dari Brazil, Batu Karang Nunggal yang multi warna dan gambar,  serta batu Pirus yang diperoleh di Semenanjung Persia  dan Xinjiang China.

    “Untuk mendatangkan batu-batu itu kami sudah ada pengepul yang mengirimnya langsung ke workshop kami. Biasanya dikirim dari Ponorogo, Trenggalek, Pacitan, Sukabumi dan Ternate,” imbuh Lanny.

    Iseng Tapi Untung

    Aktivitas perdagangan batu akik dalam pameran Soerabaia Gemstone Expo di City of Tomorrow (Cito) Surabaya, Jumat (28/8/2015). (Peni Widarti/JIBI/Bisnis)
    Aktivitas perdagangan batu akik dalam pameran Soerabaia Gemstone Expo di City of Tomorrow (Cito) Surabaya, Jumat (28/8/2015). (Peni Widarti/JIBI/Bisnis)

    Hotman Hutagol, warga Surabaya yang tinggal di Gayung  Kebunsari  merupakan salah seorang yang hobi mengkoleksi batu akik sejak 1975 atau sudah 40 tahun lamanya. Di usianya yang menginjak 62 tahun ini masih menggemari akik, bahkan hobi itu menular kepada sang istri.

    “Kalau saya memang hobi mengkoleksi dan memakai cicin akik dari zaman muda, kalau istri saya yang justru senang hunting batu akik kalau ada pameran, untuk dipakai sendiri atau dijual lagi kalau ada yang menawar,” ungkapnya.

    Bagi Hotman, memakai akik memiliki kekuatan dan gaya tersendiri. Bahkan setiap kali dia memakai akik favoritnya kerap kali ditawar oleh orang lain dengan harga yang terbilang tidak masuk akal. Sebut saja, cicin batu akik jenis Blue Safir yang dimilikinya saat itu dibeli dengan harga Rp25 juta, dan iseng-iseng ditawar oleh orang lain dengan harga Rp40 juta.

    “Tapi saya tidak mau menjual, karena akan saya wariskan kepada anak saya nanti,” katanya.

    Sulit Diprediksi
    Sejalan dengan potensi ekonomi dari bisnis akik, Pemkot Surabaya saat ini tengah menyiapkan pelatihan pembuatan perhiasan bagi warga terdampak penutupan lokalisasi Dolly kala itu.

    Awalnya, kawasan eks Dolly akan disulap jadi sentra akik, tetapi Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini kembali mempertimbangkan masa booming akik yang sulit diprediksi, maka Pemkot mengkhususkan untuk menjadikan Dolly sebagai sentra perhiasan agar pasarnya lebih luas.

    Bahkan sebelumnya lantai 2 Pasar Bratang Surabaya yang semakin sepi kini sudah disulap menjadi pasar akik oleh PD Pasar Surya. Sedikitnya ada sekitar 40 pedagang akik yang menempati Pasar Bratang yang merupakan sentra burung dan tanaman.

     



    Editor : Rahmat Wibisono

    Get the amazing news right in your inbox

    Berita Terpopuler

    0 Komentar

    Belum ada komentar, jadilah yang pertama untuk menanggapi berita ini.

    Komentar Ditutup.