Ini Perkiraan Harga Vaksin Covid-19 Buatan Sinovac dan Bio Farma Jika Sudah Jadi
Dosis vaksin Covid-19 per orang meliputi dua kali suntik diperkirakan harganya berkisar Rp367.977 - Rp441.573.
Madiunpos.com, JAKARTA -- Penggunaan vaksin Covid-19 Sinovac buatan China bekerja sama dengan PT Bio Farma masih menunggu uji klinis fase tiga selesai dilakukan. Nantinya, vaksin ini bakal dijual dengan harga 25-30 dolar AS atau berkisar Rp367.977 - Rp441.573 untuk dua kali suntik per orang.
Harga tersebut dipaparkan Ketua Pelaksana Komite Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) sekaligus Menteri BUMN, Erick Thohir. "Perhitungan awal harga vaksin ini untuk istilahya bukan per dosis, tapi untuk satu orang. Karena satu orang ini dua kali suntik, jeda waktunya dua pekan. Kurang lebih itu harganya US$ 25-30 range-nya, tapi ini Bio Farma sedang hitung ulang," ungkap Erick dalam rapat kerja (Raker) dengan Komisi VI DPR RI, Jakarta, Kamis (27/8/2020), mengutip detik.com.
Kisaran harga tersebut akan dicapai dengan upaya menjalin komitmen antara Indonesia dan China agar harga bahan baku per dosis vaksin di kisaran 8 dolar AS pada tahun 2020 atau sekitar Rp117.803. Dan di kisaran 6-7 dolar AS atau sekitar Rp88.352- Rp103.077 pada 2021.
Sehari 5 Warga Terpapar Covid-19, Jumlah Kasus di Ponorogo Sentuh 258 Orang
"Harga bahan baku yang sudah dikerjasamakan dengan Sinovac untuk 2020 per dosisnya US$ 8. Tetapi di tahun 2021 harganya US$ 6-7, jadi ada penurunan. Nah kita memang ingin bahan baku. Kenapa? Supaya kita bisa belajar memproduksi vaksin. Jadi tidak hanya menerima vaksin yang sudah jadi," jelas Erick.
Mekanisme penyaluran
Erick mengatakan untuk mengurangi beban anggaran negara, penyaluran vaksin Corona akan dibagi dua mekanisme. Pertama, vaksin gratis bagi masyarakat yang terdaftar di BPJS Kesehatan. "Di rapat komite nanti ada dua tipe vaksinasi. Satu memakai bantuan pemerintah. Jadi APBN berdasarkan data BPJS Kesehatan," ungkapnya.
Kedua, mekanisme vaksinasi mandiri. Mekanisme inilah yang menjadi tumpuan untuk mengurangi beban anggaran negara. Pasalnya, nanti masyarakat yang secara finansialnya mampu bisa vaksinasi dengan membeli sendiri.
Tujuan Tersembunyi Wali Kota Madiun di Balik Pembuatan Jalur Sepeda Wisata
"Ada juga vaksinasi mandiri, jadi kalau mau bayar sendiri. Kita usulkan ini tidak lain ingin memastikan supaya tidak membebani keuangan negara jangka menengah dan panjang. Karena kalau kita lihat vaksin ini takutnya per 6 bulan atau per 2 tahun mesti vaksin lagi," terang dia.
"Kalau semua dibebankan ke pemerintah takut akan memberatkan. Makanya tetap ada usulan diputuskan di kemudian hari, ada istilah vaksin mandiri. Sehingga orang-orang yang mampu bisa melakukan vaksin sendiri," sambung dia.
Namun, mekanisme ini belum ditetapkan pemerintah. Ia mengatakan, dua mekanisme ini masih dalam pembahasan Komite Penanganan Covid-19. "Hal ini masih proses. Karena itu, di rapat komite bersama kejaksaan, BPKP, semua pimpinan komite diputuskan ada Perpres pengadaan vaksin. Notabene salah satu isinya akhirnya perusahaan-perusahaan BUMN yang akan melakukan kerja sama. Karena kebetulan kerjasama yang dilakukan kemarin baru Bio Farma dan Kimia Farma," tutup Erick.
Editor : Kaled Hasby Ashshidiqy
Baca Juga
- Dorong Daya Saing Generasi Muda, Telkom Hadirkan Digitalisasi Pendidikan di Tarutung
- Playlist “Erick Thohir’s Favourite Hits” di Aplikasi Langit Musik, Dengerin Yuk!
- Erick Thohir Targetkan Telkom Jadi Perusahaan Digital Terbesar di Asia Tenggara
- PNS Muntah Darah setelah Divaksin Sinovac, Satgas Covid-19 Dalami Kasus
- Setelah Divaksinasi, Warga Wajib Disiplin Prokes, Ini Penjelasan IDI
- Vaksinasi Covid-19 Jadi Momen Pemulihan Ekonomi di Madiun
- Ponorogo Masih Kekurangan 660 Dosis Vaksin Sinovac untuk Nakes
0 Komentar
Belum ada komentar, jadilah yang pertama untuk menanggapi berita ini.