Kekeringan di Ponorogo Meluas, Untuk Mandi Pun Warga Harus Numpang Ke Desa Tetangga

Data dari BPBD Kabupaten Ponorogo sampai pertengahan September ini tercatat ada 14 desa di enam kecamatan yang mengalami krisis air pada musim kemarau ini.

Kekeringan di Ponorogo Meluas, Untuk Mandi Pun Warga Harus Numpang Ke Desa Tetangga Warga di Desa Duri, Kecamatan Slahung, Kabupaten Ponorogo, mengambil air bersih dari droping air BPBD Ponorogo, Senin (16/9/2019). (Istimewa/BPBD Ponorogo)

    Madiunpos.com, PONOROGO -- Krisis air akibat kekeringan di Ponorogo semakin meluas dan parah. Warga di sejumlah desa bahkan sampai harus mandi di desa tetangga. Sumber air di desa mereka kering akibat kemarau.

    Data dari BPBD Kabupaten Ponorogo sampai pertengahan September ini tercatat ada 14 desa di enam kecamatan yang mengalami krisis air pada musim kemarau ini. Di Kecamatan Slahung ada enam desa yakni Tugurejo, Duri, Slahung, Wates, Menggare, dan Caluk, di Kecamatan Pulung satu desa yakni Karangpatihan.

    Sementara di Kecamatan Badegan juga satu desa yakni Dayakan, di Kecamatan Balong tiga desa yakni Pandak, Ngendut, dan Karangpatihan. Di Kecamatan Bungkal satu desa yakni Palem, dan di Kecamatan Sawoo dua desa yakni Tumpuk dan Sawoo.

    Warga yang terdampak kekeringan ini totalnya 6.780 orang. Kepala Bidang Kedaruratan dam Logistik BPBD Ponorogo, Setyo Budiono, mengatakan saat ini kekeringan sudah meluas sampai 14 desa di enam kecamatan.

    Masyarakat di 14 desa itu sangat bergantung droping air bersih dari BPBD. "Sumber air masyarakat memang sudah habis. Jadi untuk memenuhi kebutuhan, mereka mengandalkan bantuan air dari BPBD," kata Budi, Selasa (17/9/2019).

    Bantuan air bersih dari BPBD digunakan untuk kebutuhan memasak dan air minum. Sedangkan untuk kebutuhan mencuci dan mandi, sebagian masyarakat harus pergi ke desa tetangga yang sumber airnya masih ada. Warga mandi di sungai maupun sumber air lainnya.

    BPBD Ponorogo meningkatkan kiriman air bersih ke desa-desa yang kekeringan. Dalam satu pekan, BPBD menyalurkan 70 tangki atau 420.000 liter air bersih. Padahal sebelumnya, BPBD hanya mendistribusikan 51 tangki per pekan.

    "Saat ini permintaan air bersih dari beberapa desa juga naik. Ada yang sebelumnya dikirimi dua tangki, sekarang minta tiga tangki. Ya karena kebutuhannya meningkat," jelas dia.

    Budi meyakini desa yang terdampak kekeringan ini akan bertambah hingga sampai musim kemarau berakhir. Mengingat jumlah kecamatan yang terdampak kekeringan pada 2018 mencapai 10 kecamatan.

    Untuk itu, ia mengimbau masyarakat lebih menghemat air. Terlebih saat ini kemarau masih cukup lama.

    "Desa paling parah yaitu Desa Duri, Kecamatan Slahung. Di desa ini sumber air sudah mengering hampir semuanya. Desa ini mengalami kekeringan paling pertama," ujarnya.



    Editor : Suharsih

    Get the amazing news right in your inbox

    Berita Terpopuler

    0 Komentar

    Belum ada komentar, jadilah yang pertama untuk menanggapi berita ini.

    Komentar Ditutup.