KEMARAU 2015 : Pantura Paling Berisiko Terdampak El Nino

KEMARAU 2015 : Pantura Paling Berisiko Terdampak El Nino Ilustrasi musim kemarau (Indah Sepyaning R./JIBI/Solopos)

    Kemarau 2015 yang dipengaruhi fenomena alam El Nino diprediksi menebar kekeringan luar biasa di pantura Jatim.

    Madiunpos.com, SURABAYA — Pemerintah Provinsi Jawa Timur diminta siaga mengantisipasi kemungkinan terjadinya gagal panen di 789 hektare lahan pertanian di sepanjang pantai utara. Risiko kemarau 2015 berkepanjangan muncul seiring empasan gelombang panas El-Nino pada pengujung tahun 2015 ini.

    Ketua Umum Asosiasi Bank Benih dan Teknologi Tani Indonesia (AB2TI) Dwi Andreas Santosa melaporkan hasil studi di berbagai kantong produksi padi di Jawa, ditemui fakta bahwa wilayah susur utara Jatim dan Jateng adalah yang paling harus diwaspadai. “Hampir seluruh lahan di pantura saat ini sudah terganggu kekeringan. Terutama di kawasan Indramayu. Menggunakan air sumur untuk pengairan juga sudah tidak memungkinkan, karena saat ini tingkat keasinannya sudah tinggi,” jelasnya kepada Jaringan Informasi Bisnis Indonesia (JIBI) di Surabaya, Senin (27/7/2015).

    Lebih lanjut dia mengungkapkan kantong-kantong produksi komoditas pertanian di ujung timur Provinsi Jatim untuk sementara masih akan selamat dari potensi kekeringan parah pada kemarau 2015 ini. Wilayah Banyuwangi belum terdampak, demikian pula sepanjang susur selatan sampai Kebumen dan Banyumas.

    Guru Besar Institut Pertanian Bogor (IPB) itu memperhitungkan badai kering El-Nino yang mempengaruhi pola kemarau 2015 ini akan berdampak langsung terhadap 300.000 ha-45.000 ha lahan, atau setara dengan 10%-15% dari total lahan pertanian yang ada di Pulau Jawa. “Dari total lahan yang terdampak kekeringan itu, sekitar 20% atau 60.000—90.000 hektare di antaranya kemungkinan besar akan puso. Jika disetarakan dengan produksi padi, potensi gagal panen tahun ini bisa mencapai sekitar 300.000—450.000 ton.”

    Angka proyeksi tersebut jauh lebih besar dari realisasi puso tahun 2014 lalu yang luasnya mencapai 45.000 ha. Pasalnya, kata Dwi, puso tahun 2014 lalu itu dipicu oleh banjir dan bukan musim kering.

    Potensi gagal panen tahun ini lebih disebabkan oleh pemburukan musim kemarau 2015. “Sebenarnya pusonya tidak signifikan. Justru, yang perlu dikhawatirkan adalah lahan yang selamat dari kekeringan, tapi produksinya turun. Tahun lalu produksi di lumbung-lumbung seperti Jatim turun 0,63% dibandingkan 2013, tahun ini bisa tumbuh 1% saja sudah bagus.”



    Editor : Rahmat Wibisono

    Get the amazing news right in your inbox

    Berita Terpopuler

    0 Komentar

    Belum ada komentar, jadilah yang pertama untuk menanggapi berita ini.

    Komentar Ditutup.