Minyak Goreng Langka, Pelaku UMKM di Madiun Berhenti Beroperasi 12 Hari

Kelangkaan minyak goreng dirasakan pengusaha makanan ringan makaroni di Kabupaten Madiun.

Minyak Goreng Langka, Pelaku UMKM di Madiun Berhenti Beroperasi 12 Hari Penjual menunjukkan produksi makaroni di salah satu gerai di Bangunsari, Kecamatan Dolopo, Kabupaten Madiun, Minggu (20/2/2022). (Abdul Jalil/Madiunpos.com)

    Madiunpos.com, MADIUN -- Kelangkaan minyak goreng dirasakan pengusaha makanan ringan makaroni di Kabupaten Madiun. Bahkan dua pekan terakhir produksi terpaksa ditutup karena tidak ada minyak goreng.

    “Sudah 12 hari libur produksi. Lima orang karyawan yang bekerja di sini juga akhirnya tidak bekerja. Karena memang tidak ada minyak goreng,” kata pelaku UMKM makanan makaroni di Bangunsari, Kecamatan Dolopo, Endang, Minggu (20/2/2022).

    Endang mengaku usahanya sangat terdampak terhadap kelangkaan minyak goreng ini. Karena penggorengan makaroni sangat bergantung pada ketersediaan minyak goreng.

    Dalam sekali menggoreng makaroni dibutuhkan minyak sebanyak 40 liter. Namun, dalam dua pekan terakhir, minyak goreng memang langka di pasaran. Sehingga dia terpaksa menghentikan produksi.

    Kerja Sama Antar-Daerah Jadi Kunci Pembangunan Ekonomi di Madiun Raya

    Terakhir kali, dia mendapat minyak goreng 10 karton dengan harga Rp160.000 per karton. Tetapi setelah itu memang tidak ada lagi stok minyak goreng di tempat biasanya membeli komoditas tersebut.

    Sebelum adanya operasi pasar minyak goreng, kata dia, harganya mencapai Rp230.000 per karton. Meski harga tinggi, namun stok minyak goreng tersedia. Justru setelah harga normaal di angka Rp14.000, minyak justru langka.

    “Saya ya mending harga itu [Rp230.000 per karton] dari pada enggak ada sama sekali,” kata dia.

    Sebenarnya di toko ada minyak goreng, namun hanya diperbolehkan membeli dua liter saja. Padahal kebutuhan produksi makaroni mencapai 40 liter.

    Tanah Longsor Rusak 1 Rumah dan Tutup Jalan di Ngrayun Ponorogo

    “Kemarin juga ada tawaran dari Magetan, 1 karton harganya Rp285.000 sampai Rp300.000. Tapi, saya enggak ambil karena terlalu mahal. Enggak cucuk,” ujar dia.

    Supaya tidak merugi terlalu banyak, Endang mengaku menaikkan harga jual makaroninya. Konsumen pun tidak mempermasalahkan kenaikan harga itu, karena memang harga minyak juga terkerek naik.

    Dampak dari langkanya minyak goreng bagi pelaku UMKM ini juga di sektor pemenuhan target produksi. Padahal dirinya harus mengirim makaroni ke beberapa gerai.

    “Kemarin franchise dari Nganjuk itu mau ambil makaroni 50 kg. Tapi hanya dikasih 20 kg saja. Karena memang ga ada produksi,” jelasnya.

    Endang berharap pemerintah bisa cepat mengatasi permasalahan ketersediaan minyak goreng ini. Sehingga pelaku UMKM bisa kembali berproduksi dan perekonomian bisa tetap berjalan.



    Editor : Abdul Jalil

    Get the amazing news right in your inbox

    Berita Terpopuler

    0 Komentar

    Belum ada komentar, jadilah yang pertama untuk menanggapi berita ini.

    Komentar Ditutup.