MUKTAMAR NU : Pemilihan Rais Aam NU Tertutup, Gus Mus Bertahan

MUKTAMAR NU : Pemilihan Rais Aam NU Tertutup, Gus Mus Bertahan Rais Aam PBNU Mustofa Bisri (kiri) didampingi pimpinan sidang pleno pertama Slamet Effendy Yusuf (tengah) dan Ketua PBNU Said Aqil Siradj (kanan) memberikan fatwa saat pembahasan rancangan Tatib Muktamar Ke-33 NU di Alun-Alun Jombang, Jawa Timur, Senin (3/8/2015). (JIBI/Solopos/Antara/Zabur Karuru)

    Muktamar NU memilih lagi Mustofa Bisri sebagai rais aam. Bersediakah Gus Mus?

    Solopos.com, JOMBANG — Rapat yang dilakukan oleh sembilan kiai yang terpilih sebagai ahlul halli wal aqdi (AHWA) untuk memilih rais aam Nahdlatul Ulama (NU) dalam Muktamar Ke-33 NU di Pendapa Kabupaten Jombang digelar tertutup, Rabu (5/8/2015) malam. K.H. Mustofa Bisri (Gus Mus) bertahan pada posisi rais aam itu meskipun sempat menolak.

    "Rapat dilakukan di pendapa kabupaten karena lokasinya yang relatif lebih dekat, tapi dilakukan secara tertutup," ungkap Pengasuh PP Al Falah, Ploso, Kecamatan Mojo, Kabupaten Kediri, K.H. Abdurahman al Kautsar di Media Center Muktamar Ke-33 NU, Jombang, Jawa Timur.

    Ia mengatakan pertemuan itu dilakukan sekitar satu jam. Sejumlah nama muncul diajukan menjadi calon rais aam PBNU. Selain K.H. Mustofa Bisri alias Gus Mus selaku calon incumbent atau petahana, ada pula nama K.H. Maimun Zubair atau Mbah Moen, serta nama KH Makruf Amin.

    Sejumlah kiai muda menegaskan dukungannya kepada K.H. Mustofa Bisri sebagai rais aam PBNU dalam Muktamar Ke-33 NU tersebut. Wakil Ketua Rabithah Ma'ahid Islamiyah Nahdlatul Ulama (RMI-NU) Ahmad Fahrurrozi bahkan memastikan Gus Mus sejatinya telah terpilih oleh sembilan kiai sepuh yang berkedudukan sebagai ahlul halli wal aqdi (AHWA).

    "Kami sambut baik atas pelaksanaan muktamar ini, karena sudah melewati satu tahap. Rais Aam terpilih melalui AHWA dan saat ini tinggal menunggu pemilihan ketua umum dengan voting," kata Ahmad Fahrurrozi.

    Sepakati Gus Mus
    Sebagaimana dikutip Kantor Berita Antara, Ahmad Fahrurrozi mengatakan nama Gus Mus sudah disepakati dalam forum ulama tersebut. Namun, Gus Mus merasa keberatan dan meminta agar K.H. Maimun Zubair—wakilnya selama ini—menggantikannya sebagai rais am. Nyatanya, Mbah Moen juga menolak karena menganggap Gus Mus lebih tepat menjadi rais aam NU.

    Menurut dia, kesepakatan memilih rais aam dengan konsep AHWA dinilai lebih bagus, sebab hal itu dinilai banyak sisi positifnya. Dengan pemilihan itu, diharapkan tidak lagi terjadi politik transaksional.

    "Kami prihatin terjadi intervensi oleh penguasa setempat untuk mengegolkan calon di daerah tertentu. Dengan ini [AHWA] sulit dilakukan, karena muktamar akan dipilih sembilan kiai yang paling zuhud, paling alim, sehingga NU ke depan bisa lebih baik," ujarnya.

    Ia berharap dengan konsep itu kerukunan di antara warga nahdliyin akan terjadi lebih baik. Ia pun yakin, dengan konsep AHWA tersebut tidak akan terjadi perpecahan di tubuh NU.

    Senada dengan itu, Pengasuh PP Al Falah, Ploso, Kecamatan Mojo, Kabupaten Kediri KH Abdurahman al Kautsar mengaku yakin adanya perbedaan pendapat saat muktamar ini tidak akan membuat NU tercerai berai. Hal yang sama juga dikatakan oleh Pengasuh PP Denanyar Kabupaten Jombang KH Abdussalam Sohib. Ia yakin dalam muktamar ini akan bisa dicari jalan keluar dan yakin jika muktamar akan berakhir dengan baik.



    Editor : Rahmat Wibisono

    Get the amazing news right in your inbox

    Berita Terpopuler

    0 Komentar

    Belum ada komentar, jadilah yang pertama untuk menanggapi berita ini.

    Komentar Ditutup.