PARIWISATA JATIM : Kunjungan Wisman Pulih, Pariwisata Jawa Timur Menggeliat

PARIWISATA JATIM : Kunjungan Wisman Pulih, Pariwisata Jawa Timur Menggeliat Wisatawan menyambangi Benteng Pendem Van Den Bosch di Ngawi, Minggu (5/4/2015). (JIBI/Solopos/Antara/Siswowidodo)

    Pariwisata Jatim menggeliat yang ditandai pulihnya kunjungan wisatawan mancanegara.

    Madiunpos.com, SURABAYA — Setelah sempat lesu pada Februari 2015, pariwisata Jawa Timur kembali bergeliat pada bulan Maret sebagaimana terefleksi dari lonjakan kunjungan wisatawan mancanegara melalui Bandara Internasional Juanda dan tingkat hunian hotel berbintang.

    Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Jawa Timur, kunjungan wisatawan asing ke provinsi tersebut mencapai 16.338 kunjungan pada Maret, meroket 16,67% dari bulan sebelumnya yaitu 14.003 kunjungan.

    Bagaimana pun, jika dibandingkan dengan kunjungan pelancong mancanegara pada Maret 2014, terjadi penurunan sebesar 12,98% dari capaian 18.776 kunjungan tahun lalu. Kenaikan kunjungan wisaman secara month-to-month dipicu oleh pulihnya geliat wisata pasca-Imlek.

    “Hal itu terlihat dari pulihnya kunjungan wisatawan asal Malaysia dan Tiongkok, setelah sempat lesu akibat tragedi AirAsia akhir tahun lalu dan perayaan tahun baru China pada Februari,” kata Kepala BPS Jatim Sairi Hisbullah, Senin (4/5/2015).

    Malaysian dan Tiongkok
    Kunjungan wisman Malaysia menyentuh 3,352 pada Maret, naik 24,66% dari bulan sebelumnya. Sementara itu, turis Tiongkok yang berkunjung ke Jatim pada ketiga 2015 mencapai 1.703 atau melonjak 85,11% dari Februari.

    Berbanding lurus dengan kenaikan kunjungan wisatawan asing, tingkat hunian kamar hotel berbintang di Jatim pada Maret naik 4,19 poin menjadi 53,09% dibandingkan pembukuan bulan sebelumnya sejumlah 48,90%.

    Menariknya, kata Sairi, tingkat hunian kamar hotel di Jatim pada Maret tahun ini juga naik dibandingkan periode yang sama tahun lalu pada level 48,21%. Padahal, pembatasan rapat di hotel berbintang untuk pegawai pemerintahan belum diberlakukan tahun lalu.

    “Memang sekarang sudah ada kelonggaran untuk rapat di hotel-hotel milik pemerintah, seperti Inna Simpang. Tapi tetap saja, waktu belum ada pembatasan, tingkat hunian kamar hotel justru tidak setinggi saat ini. Ada yang perlu dicermati dari fenomena ini,” ungkapnya.

    Untuk sementara, Sairi menganalisis kemungkinan lonjakan tingkat hunian kamar hotel pada Maret turut dipicu oleh kenaikan volume kunjungan wisatawan domestik, bersamaan dengan beberapa perhelatan besar di Surabaya pada bulan tersebut.

    PHRI Tak Terkejut
    Di lain pihak, Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) DPD Jatim M. Sholeh berpendapat kenaikan tingkat hunian yang terjadi di tengah pembatasan rapat di hotel bukan hal mengejutkan.

    Jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2014 lalu, kata Sholeh, geliat kunjungan wisatawan domestik Jatim saat ini memang lebih tinggi. Meski belum ada larangan rapat di hotel tahun lalu, rasio menginap di hotel anjlok karena momentum pemilihan legislatif.

    “Pada Maret tahun lalu, memang ada masa kampanye pemilihan legislatif, sehingga kegiatan dari pemerintahan dan swasta memang relatif menurun jika dibandingkan dengan tahun ini,” jelasnya.

    PHRI Jatim sebelumnya mengklaim akibat kebijakan pembatasan PNS rapat di hotel, omzet pengusaha perhotelan di provinsi tersebut merosot 30%-50%. Padahal, sektor perhotelan memberi sumbangsih sekitar Rp400 miliar/tahun untuk daerah itu.



    Editor : Rahmat Wibisono

    Get the amazing news right in your inbox

    Berita Terpopuler

    0 Komentar

    Belum ada komentar, jadilah yang pertama untuk menanggapi berita ini.

    Komentar Ditutup.