PERTANIAN JATIM : Kafe Kopi Makin Diminati, Petani Jatim Perbanyak Kopi Panggang

PERTANIAN JATIM : Kafe Kopi Makin Diminati, Petani Jatim Perbanyak Kopi Panggang Ilustrasi biji kopi (Nurul Hidayat/JIBI/Bisnis)

    Peni Widarti/JIBI/Bisnis

    Pertanian Jatim diwarnai pergeseran tren konsumsi kopi, dari sebelumnya seduh langsung, menjadi dinikmati di kafe,

    Madiunpos.com, SURABAYA – Kalangan petani kopi di Jawa Timur gencar memperbesar kapasitas produk hilir kopi berupa roasting coffee alias kopi panggang ketimbang sekadar powder alias bubuk. Inovasi pertanian Jatim itu dilakukan dei memperoleh nilai tambah dari panen kopi di tengah rendahnya harga kopi dunia.

    Ketua Asosiasi Petani Kopi Indonesia (Apeki) Jawa Timur Bambang Sriono mengatakan tren permintaan roasting coffee alias kopi panggang–yang mengiringi tingginya permintaan coffee powder atau kopi bubuk–semakin meningkat seiring adanya perubahan gaya hidup masyarakat dalam mengonsumsi dan menyeduh kopi. “Banyaknya kafe dan restoran yang bermunculan membuat masyarakat berubah gaya hidupnya. Dulu kebanyakan menyeduh kopi bubuk siap saji, sekarang maunya kopi orisinal yang masih segar dan belum digiling tetapi sudah matang atau kopi roasting,” jelasnya kepada Jaringan Informasi Bisnis Indonesia (JIBI) di Surabaya, Rabu (30/9/2015).

    Dia mengungkapkan penjualan roasting coffee atau kopi panggang oleh kalangan pelaku pertanian Jatim tersebut sebenarnya sudah dimulai sejak 2006 tetapi mulai 2015 ini trennya terus meningkat seiring dengan pengetahuan masyarakat tentang beragam jenis kopi asli Indonesia. Selain itu, lanjut Bambang, petani kopi selama ini belum mampu berinvestasi membeli alat roasting yang tergolong mahal mulai dari belasan juta hingga ratusan juta.

    “Untuk itu petani butuh sentuhan pemerintah agar bisa melakukan hilirisasi. Beberapa tahun terakhir ini pemerintah sudah banyak membantu kami dengan menganggarkan dana untuk mesin-mesin roasting,” ungkapnya.

    Lebih Mahal
    Tahun ini, kata Bambang, petani kopi akan lebih fokus menggarap pasar domestik dengan produk roasting tersebut. Harga jual yang bisa diperoleh petani pun jauh lebih tinggi dibandingkan jika menjual kopi mentah yang saat ini hanya berkisar US$2/kg untuk kopi robusta, dan US$4/kg untuk arabika.

    Di pasar domestik, harga kopi mentah atau greenbean coffee hanya sekitar Rp22.500-Rp25.000/kg untuk robusta dan untuk arabika harganya Rp50.000-Rp100.000/kg. Bila sudah diolah menjadi roasting coffee atau kopi panggang, harga per kilogram kopi robusta mencapai Rp90.000-Rp100.000/kg dan untuk arabika sekitar Rp150.000-200.000/kg.

    “Dengan begitu petani bisa untung, apalagi produksi kopi tahun ini juga cenderung turun sampai 30% akibat iklim El-nino, hal itu juga menyebabkan ekspor kopi juga turun, padahal sejak 2012-2014 ekspor kopi Jatim meningkat terus,” imbuhnya.

    Ekspor Naik
    Sekadar catatan, ekspor kopi Jatim pada 2014 mencapai 73.000 ton dengan nilai US$195 juta atau naik dibandingkan 2013 yang mencapai 68.000 ton dengan nilai US$156 juta. Meski lebih banyak menyuplai roasting coffee atau kopi panggang untuk pasar domestik seperti produk kemasan untuk rumah tangga dengan porsi 30% maupun untuk cafe restoran dengan porsi 70%, tetapi para petani tersebut tengah berupaya memasarkan produk roasting ke luar negeri yang diperkirakan harganya bisa lebih tinggi.

    “Kami sudah coba mengirim sample kopi roasting ke beberapa negara, tapi memang belum ada respons pasar. Sementara kami gencarkan dulu pasar dalam negerinya karena trennya bagus,” kata Bambang.



    Editor : Rahmat Wibisono

    Get the amazing news right in your inbox

    Berita Terpopuler

    0 Komentar

    Belum ada komentar, jadilah yang pertama untuk menanggapi berita ini.

    Komentar Ditutup.