PERTANIAN JATIM : Tingkat Kesejahteraan Petani Jatim Turun 0,61 Persen

PERTANIAN JATIM : Tingkat Kesejahteraan Petani Jatim Turun 0,61 Persen Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Jawa Timur, Sairi Hasbullah. (JIBI/Solopos/Antara/Abdul Malik Ibrahim)

    Pertanian Jatim pada Oktober 2015 diwarnai turunnya nilai tukar petani (NTP) 0,61%.

    Madiunpos.com, SURABAYA — Tingkat kesejahteraan petani di Jawa Timur (Jatim) menurun 0,61% pada Oktober 2015. Merosotnya kesejahteraan insane pertanian Jatim itu akibat penurunan indeks harga yang diterima petani lebih tinggi ketimbang penurunan indeks harga yang dibayar oleh sejumlah petani.

    "Salah satu indikator mengukur tingkat kesejahteraan petani di pedesaan adalah melalui indikator nilai tukar petani (NTP), dan nilai itu turun 0,61% pada Oktober 2015," kata Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Jawa Timur, Sairi Hasbullah di Surabaya, Selasa (3/11/2015).

    Ia menjelaskan, sesuai data BPS selama Oktober 2015 angka NTP menunjukkan pada posisi 105,76%, sementara September 2015 lebih tinggi dengan angka 106,42%, atau angka lebih baik ada di posisi bulan sebelumnya. Sementara, penurunan indeks harga yang dibayar petani pada Oktober 2015 mencapai 121,23%, sedangkan September 2015 mencapai 121,28%, atau menurun sebesar 0,04%.

    "Penurunan indeks ini lebih condong dikarenakan turunnya indeks harga konsumsi rumah tangga [inflasi pedesaan] yang mencapai 0,033%," katanya.

    Ia menjelaskan, terdapat 10 komoditas utama yang menyebabkan  penurunan indeks harga yang dibayar petani seperti cabai rawit, benih gurame, layer atau ayam petelur, cabai merah, bibit ayam ras pedaging, telur ayam ras, solar, mentimun, terung, dan upah angkut ke tempat pelelangan ikan (TPI). Meski demikian, juga ada 10 komoditas yang coba menghambat penurunan itu, dan tercatat antara lain tomat sayur, benih lele, beras, jagung pipilan, jeruk, bawang merah, upah membersihkan kapal, es batu dan benih udang.

    Petani Jateng Membaik
    Sementara itu, kata Sairi, meski mengalami penurunan NTP beberapa sektor pertanian masih mengalami kenaikan seperti perikanan yang naik sebesar 0,76%, tanaman pangan (0,43%) dan holtikultura (0,25%). "Penurunan NTP terbesar hanya terjadi di dua sektor saja dan cukup berpengaruh, yakni peternakan sebesar 2,11% dan tanaman perkebunan rakyat (1,40%)," katanya.

    Sementara itu, secara keseluruhan dari lima provinsi di Pulau Jawa yang melakukan perhitungan NTP Oktober 2015, tiga provinsi mengalami kenaikan, dan terbesar adalah Banten dengan 1,18%, Jawa Barat 0,79%, serta Jawa Tengah 0,003%. Sisanya, dua provinsi lainnya mengalami penurunan NTP, yakni Jawa Timur dan Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta sebesar 0,10%.



    Editor : Rahmat Wibisono

    Get the amazing news right in your inbox

    Berita Terpopuler

    0 Komentar

    Belum ada komentar, jadilah yang pertama untuk menanggapi berita ini.

    Komentar Ditutup.