Rapid Test Kit Buatan dalam Negeri Masih Jauh Panggang dari Api

Menristek menyebut pembuatan tapid test kit dalam negeri secara massal masih jauh.

Rapid Test Kit Buatan dalam Negeri Masih Jauh Panggang dari Api Petugas medis menunjukkan alat tes cepat Covid-19 buatan dalam negeri di Kantor Kemenko PMK, Jakarta, Kamis (9/7/2020). Pemerintah meluncurkan alat tes cepat COVID-19 yang diberi nama RI-GHA Covid-19 dan menargetkan dapat memproduksi 200 ribu alat tes pada Juli dan 400 ribu alat tes pada Agustus 2020. (Antara)

    Madiunpos.com, JAKARTA -- Tingginya kebutuhan akan rapid test kit di Indonesia belum akan bisa dipenuhi oleh produk dalam negeri dalam waktu dekat.

    Menteri Riset dan Teknologi (Menristek)/Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional, Bambang PS Brodjonegoro, mengatakan kapasitas industri lokal masih terbatas dalam memproduksi rapid test.

    "Rapid test (alat tes diagnostik cepat) sudah dikembangkan, tapi memang kapasitas industri masih terbatas. Dan tidak mudah juga mencari mitra industri yang mau mengembangkan rapid test skala besar. Karena, mereka harus melakukan investasi baru, dan ini adalah suatu tahapan produksi yang sebelumnya tidak pernah mereka lakukan," katanya di Jakarta, Jumat (10/7/2020).

    Lumbung Pangan Jatim akan Ada di 28 Kabupaten/Kota

    "Industri yang ada masih maju mundur karena masih belum bisa menakar risiko kalau mereka benar-benar masuk ke [produksi alat] rapid test yang sebelumnya tidak pernah mereka lakukan," katanya.

    Kementerian Riset dan Teknologi, menurut dia, berupaya menjalin komunikasi dengan industri untuk memastikan hilirisasi produk inovasi atau hasil riset karya anak bangsa berjalan mulus.

    "Paling tidak kalau memang bidangnya baru kita ingin dari awal apakah BUMN atau Kementerian Perindustrian bisa membantu kita mencarikan siapa kira-kira mitra yang mampu untuk bekerja sama dengan peneliti," katanya.

    Tagihan Listrik Jadi Rp10 Juta, Chef Arnold Mencak-Mencak

    Tantangan Hilirisasi

    Menurut Bambang, riset tahap I Konsorsium Riset dan Inovasi Covid-19 masih menghadapi tantangan hilirisasi. Ini karena kebanyakan mitra industri dalam negeri belum berpengalaman dalam bidang usaha alat kesehatan.

    "Di tahap itu masih ada PR (pekerjaan rumah) sangat besar yaitu mengenai hilirisasi," katanya.

    Bambang mengatakan selama ini pemenuhan kebutuhan alat kesehatan di Indonesia masih sangat bergantung pada impor. Proporsi impor alat kesehatan masih 90 persen lebih.

    Meski Belum Ada Bukti Obati Corona, Eucalyptus Kaya akan Khasiat Kesehatan

    Dari pendanaan penelitian Tahap I Konsorsium Riset dan Inovasi Covid-19, 57 produk inovasi atau hasil riset sudah diluncurkan pada 20 Mei 2020. Sebagian sudah produksi dalam jumlah besar oleh industri.

    Bambang mengemukakan pentingnya sinergi dan kolaborasi dalam hilirisasi hasil riset dan inovasi dalam negeri. Dalam hal ini, pemerintah akan memfasilitasi komunikasi antarpihak, termasuk antara peneliti dengan mitra industri.

    "Kita ingin makin melihat kolaborasi antar bidang, antar universitas, dan antara universitas dan lembaga," katanya.

    Dua Istri Didi Kempot Akhirnya Bertemu, Masing-Masing Bawa Pengacara



    Editor : Kaled Hasby Ashshidiqy

    Get the amazing news right in your inbox

    Berita Terpopuler

    0 Komentar

    Belum ada komentar, jadilah yang pertama untuk menanggapi berita ini.

    Komentar Ditutup.