Tetap Berproduksi, Perajin Tempe Kota Malang Perkecil Ukuran

Perajin tempe di Kota Malang tetap menjalankan produksi untuk memenuhi kebutuhan pasar.

Tetap Berproduksi, Perajin Tempe Kota Malang Perkecil Ukuran Perajin di Kota Malang sedang memproduksi tempe di tengah harga kedelai naik. (Detikcom-Muhammad Aminudin)

    Madiunpos.com, MALANG - Harga kedelai naik tak menyurutkan perajin tempe di Kota Malang, Jawa Timur, tetap menjalankan produksi untuk memenuhi kebutuhan pasar.

    Para perajin tempe dan tahu yang tergabung dalam Koperasi Produsen Tahu Tempe Indonesia (Kopti) Kota Malang, tidak terlalu terpengaruh dengan isu yang berkembang mengenai mogok produksi.

    Mereka justru memiliki cara untuk memastikan tetap produksi. Untuk diketahui, kawasan Sentra Tempe Sanan mampu memproduksi tempe hingga kurang lebih 17,5 ton per hari.

    Hiii! Muncul Kuburan di Pinggir Jalan, Ini Sebabnya

    Jumlah sebesar itu diproduksi oleh 300 perajin tempe di wilayah Sanan. Sementara produksi seluruh Kota Malang mencapai 25 ton dengan 500 perajin tempe dan tahu.

    Ketua Koperasi Produsen Tahu Tempe Indonesia (Kopti) Kota Malang, Chamdani, mengaku perajin tempe Sanan tetap eksis berproduksi di tengah kenaikan harga kedelai, sebagai bahan baku utama.

    "Namun, untuk mengatasi kenaikan harga bahan baku, para pengusaha melakukan modifikasi pada ukuran tempe," ujarnya saat dimintai konfirmasi, Senin (4/1/2021).

    Keluarga di Banyuwangi Minta Agar Masyarakat Doakan Kevin Sanjaya Sembuh dari Covid-19

    Siasat

    Chamdani menuturkan dalam ukuran normal tempe dibuat dengan lebar 23 sentimeter, panjang 52 sentimeter, dengan tebal 6 sentimeter.

    Untuk ukuran itu, tempe dijual dengan harga Rp36.000. Karena harga kedelai naik, ukuran tempe diperkecil menjadi lebar 20 sentimeter, panjang 50 sentimeter, dan tebal 4,5 sentimeter.

    Siasat itu dilakukan agar biaya produksi tidak terlalu membengkak lantaran penjualan tetap dilakukan dengan harga normal.

    Sekeluarga Asal Malang Kecelakaan di Tol Sragen, 1 Meninggal

    "Cukup riskan juga jika menaikkan harga jual eceran tempe di pasaran. Jadi, yang dilakukan adalah dengan memodifikasi ukuran tempe agar tetap bisa menutupi biaya produksi. Tetapi beberapa pengusaha juga ada yang memilih menaikkan harga tempe," tuturnya.

    Di sisi lain, meski harga kedelai mengalami kenaikan, ketersediaan stok masih mudah didapatkan. Sehingga para pengusaha tempe tetap bisa produksi.

    "Sejauh ini untuk bahan baku masih lancar. Kemungkinan besar akhir Februari atau awal Maret harga kedelai cenderung menurun," ucapnya.

    Komnas Perempuan Anggap Gisel Korban, Polisi Ungkap Kelalaian

     

    Stok Kedelai

    Chamdani tak memungkiri produksi tempe dan tahu menurun sekitar 15 sampai 20 persen. Namun, secara jumlah nilai jual dalam bentuk Rupiah cenderung stabil.

    "Sebagaimana tahun yang sebelum-sebelumnya, menurut saya ini pengaruh ekonomi global saja," terangnya.

    Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Diskopindag) Kota Malang, Wahyu Setianto, juga menjelaskan sejauh ini stok kedelai di Kota Malang masih aman terkendali.

    Terapi Plasma Konvalesen, Berbagi untuk Kemanusiaan

    "Sejauh ini di Kota Malang masih terkendali dan stok juga menurut koperasi penyedia bahan baku masih aman. Memang ada kenaikan tetapi masih bisa teratasi," jelas Wahyu terpisah.

    Wahyu menambahkan selama ini koperasi penyedia kedelai di Kota Malang mampu mengatasi masalah kenaikan harga. Hal itu tak lepas dari pengelolaan yang sudah rapi dan profesional.

    Selain itu, kami juga terus berkomunikasi dengan para produsen tempe untuk memonitor perkembangan dan kesulitan para perajin tempe.

    Bebas Jumat Besok, Ini Rekam Jejak Kasus Yang Menjerat Abu Bakar Ba'asyir

    Pihaknya telah berkomunikasi dengan Dinas Perdagangan Jatim jika memang nantinya ada kelangkaan kedelai dengan menggelar operasi pasar.

    "Kalau misal ada apa-apa [kelangkaan], saya minta untuk berkoordinasi dengan kami. Misal mau ada mogok atau bagaimana. Tetapi sejauh ini masih terkendali," pungkasnya.



    Editor : Haryono Wahyudiyanto

    Get the amazing news right in your inbox

    Berita Terpopuler

    0 Komentar

    Belum ada komentar, jadilah yang pertama untuk menanggapi berita ini.

    Komentar Ditutup.