Upaya Desa Bringinan Ponorogo Memberdayakan Pekerja Migran (Bagian 2)

Jumlah pekerja migran Indonesia (PMI) di Desa Bringinan dari tahun ke tahun terus mengalami penyusutan.

Upaya Desa Bringinan Ponorogo Memberdayakan Pekerja Migran (Bagian 2) 3.Kepala Desa Bringinan, Barno, menunjukkan penghargaan yang pernah diterimanya karena kepeduliaannya terhadap buruh migran, Selasa (6/10/2020). (Abdul Jalil/Madiunpos.com)

    Madiunpos.com, PONOROGO -- Jumlah pekerja migran Indonesia (PMI) di Desa Bringinan dari tahun ke tahun terus mengalami penyusutan. Sebelum tahun 2012, jumlah warga Bringinan yang bekerja di luar negeri mencapai 300 orang. Tetapi, saat ini PMI aktif yang masih berada di luar negeri sekitar 100-an orang saja.

    Kepala Desa Bringinan, Barno, mengatakan tren warga yang bekerja ke luar negeri cenderung menurun. Pada tahun-tahun sebelum 2012, setiap tahun ada belasan hingga puluhan orang yang berangkat ke luar negeri untuk bekerja. Tetapi, sejak 2013 jumlah warga yang berangkat ke luar negeri bisa dihitung dengan jari.

    “Kalau saya melihat yang generasi muda itu sudah jarang yang pergi ke luar negeri. Karena memang tingkat pendidikan juga berpengaruh. Generasi yang sekarang itu kebanyakan lulusan SMA bahkan kuliah,” ujarnya saat ditemui di rumahnya, Selasa (6/10/2020).

    Upaya Desa Bringinan Ponorogo Memberdayakan Pekerja Migran (Bagian 1)

    Seperti Ani Dwi Nuryani, 26, yang tidak ingin bekerja ke luar negeri. Perempuan alumnus IAIN Ponorogo tersebut memilih bekerja sebagai guru les privat dan ikut terlibat untuk mengelola Bringinan Mart, salah satu bidang usaha yang dimiliki desa. Ia juga dipercaya sebagai Sekretaris Badan Usaha Milik Desa (Bumdes) Bringinan.

    Ditemui Madiunpos.com saat sedang menjaga Bringinan Mart, Rabu (21/10/2020) sore, gadis yang akrab dipanggil Ani menceritakan bapaknya merupakan seorang purna PMI Malaysia. Karena ayahnya seorang mantan pekerja migran, dirinya tidak diperbolehkan untuk bekerja ke luar negeri.

    “Mungkin tahu susahnya bekerja di luar negeri, jadi tidak diperbolehkan sama bapak,” kata Ani.

    Pemerintah desa, menurutnya, memberikan kesempatan yang luas bagi pemuda untuk berkreasi dan bekerja di desa sendiri. Ia tidak perlu repot-repot pergi ke luar kota maupun luar negeri untuk bekerja.

    6.Seorang pekerja yang menjaga Bringinan Mart I yang ada di tengah perkempungan Bringinan, Kecamatan Jambon, Kabupaten Ponorogo, sedang menata barang yang ada di etalase toko, Rabu (21/10/2020). (Abdul Jalil/Madiunpos.com)

    Meski gaji yang diterima tidak seberapa, tetapi Ani merasa senang karena bisa dekat dengan keluarga di rumah. Selain itu, juga bisa ikut memajukan kampung halamannya. Pemerintah desa juga mendorong supaya anak-anak muda di desa tidak pergi bekerja di luar negeri.

    Saat ini, bekerja di luar negeri sudah bukan lagi menjadi idola bagi kaum muda di desanya. Ani menyebut satu angkatan sekolahnya hanya ada empat orang yang bekerja di luar negeri. Itu pun tiga di antaranya sudah pulang dan tidak kembali lagi.

    Kades Bringinan, Barno, mengatakan pemerintah desa memang mengupayakan berbagai cara supaya generasi muda di desanya tidak tertarik lagi bekerja ke luar negeri. Salah satunya dengan menciptakan lapangan kerja baru di berbagai bidang.

    Siswa Kota Madiun Sambut Gembira Pembelajaran Tatap Muka di Tengah Pandemi

    Selain itu, para PMI yang masih aktif bekerja di luar negeri juga dimotivasi supaya mau menyekolahkan anaknya hingga perguruan tinggi. Begitu juga anak-anak yang ditinggal orang tuanya pergi ke luar negeri diberi motivasi supaya mau bersekolah. Bahkan, pemerintah desa turun tangan ketika ada anak-anak PMI yang mengalami permasalahan dalam dunia pendidikan dan keluarga.

    Seorang eks PMI, Jaimun, memanen ikan lele di kolam halaman rumahnya, Desa Bringinan, Kecamatan Jambon, Kabupaten Ponorogo, Selasa (6/10/2020). (Abdul Jalil/Madiunpos.com)

    Barno meyakini pendidikan menjadi salah satu jalan untuk memutus rantai supaya warganya tidak lagi mengidamkan bekerja di luar negeri. Karena dengan memiliki pendidikan tinggi, warganya bisa memiliki kesempatan untuk bekerja di berbagai bidang.

    “Saya kalau sama anak-anak itu juga sering dibecandain, masak sudah sarjana mau jadi babu di luar negeri. Karena dulu banyak warga Bringinan yang ke luar negeri karena tingkat pendidikannya rendah, itu berdampak pada mencari pekerjaan sulit. Kalau pendidikannya sudah tinggi, minimal SMA lah, mereka kan bisa bekerja yang lain dan tidak harus ke luar negeri,” terangnya.

    Pilot Pesawat F-16 Lanud Iswahjudi Berhasil Pecahkan Rekor 3.000 Jam Terbang

    Barno teringat pada tahun-tahun 2010 ke belakang itu sulit mendapatkan warga desanya yang memiliki gelar sarjana. Tetapi, data tahun 2019 menunjukkan warganya yang sudah berpendidikan hingga ke perguruan tinggi mencapai 45 orang. Sedangkan untuk warga yang berpendidikan SMA/SMK mencapai 214 orang dan SLTP sebanyak 250.



    Editor : Abdul Jalil

    Get the amazing news right in your inbox

    Berita Terpopuler

    0 Komentar

    Belum ada komentar, jadilah yang pertama untuk menanggapi berita ini.

    Komentar Ditutup.