Upaya Desa Bringinan Ponorogo Memberdayakan Pekerja Migran (Bagian 1)

Pemerintah Desa Bringinan, Ponorogo, memiliki cara tersendiri untuk memberdayakan eks pekerja migran dan keluarganya.

Upaya Desa Bringinan Ponorogo Memberdayakan Pekerja Migran (Bagian 1) Seorang eks PMI, Jaimun, memanen ikan lele di kolam halaman rumahnya, Desa Bringinan, Kecamatan Jambon, Kabupaten Ponorogo, Selasa (6/10/2020). (Abdul Jalil/Madiunpos.com)

    Madiunpos.com, PONOROGO -- Jaimun sedang menunggu air kolam yang berisi ratusan ekor ikan lele terkuras di halaman rumahnya di Desa Bringinan, Kecamatan Jambon, Kabupaten Ponorogo, Jawa Timur, Selasa (6/10/2020) sore.

    Ada tiga kolam ikan lele yang sore itu dikuras dan siap dipanen. Jaimun berjalan berlahan-lahan menggunakan alat bantu kruk mengecek satu per satu kolam ikan tersebut. Sesekali pria bertubuh gempal ini menggunakan seser untuk mengambil sampah yang ada di kolam.

    Dua pria yang akan membeli panenan ikan lele juga telah bersiap mengangkutnya dengan mobil pikap. Ikan-ikan tersebut akan dijual ke pasar-pasar di Ponorogo.

    Kolam ikan tersebut sebenarnya bukan milik Jaimun pribadi. Ia hanya dipekerjakan oleh desa untuk mengelolanya. Pemerintah desa setempat melalui badan usaha milik desa memberikan pekerjaan untuknya melalui budidaya ikan lele itu.

    Siswa Kota Madiun Sambut Gembira Pembelajaran Tatap Muka di Tengah Pandemi

    Pria berusia 45 tahun itu menjadi salah satu warga difabel yang diberdayakan desa. Sebelumnya Jaimun merupakan seorang Pekerja Migran Indonesia (PMI) di Malaysia.

    Kepada Madiunpos.com, Jaimun bercerita dirinya menjadi PMI sebagai buruh di perkebunan sawit di negara jiran Malaysia selama enam tahun. Mulai tahun 1991 hingga 1996.

    “Saya pulang ke Indonesia itu tahun 1996. Saat itu mau mengurus permit [izin resmi]. Setelah dapat permit, saya berencana balik lagi ke Malaysia,” katanya.

    Namun, nasib berkehendak lain. Sekitar bulan April 1996, ia menuju ke Pacitan dengan kendaraan untuk suatu urusan. Tetapi di perjalanan, ia mengalami kecelakaan hebat. Hingga menyebabkan satu kakinya terpaksa diamputasi.

    Rencananya untuk kembali ke Malaysia pun pupus. Sejak itu, ia hanya di rumah. Dan mengerjakan apapun yang bisa dikerjakan.

    Jaimun mengingat pilihannya untuk bekerja ke Malaysia merupakan pilihan terbaik kala itu. Alasannya jelas untuk memperbaiki perekonomian keluarga dan membantu orang tua. Dengan ijazah sekolah dasar (SD), ia psimistis untuk mendapatkan pekerjaan jika hanya berada di rumah.

    Wali Kota Madiun Siapkan Rp3,1 Miliar untuk Pembelian Vaksin Covid-19

    “Saat itu nyari pekerjaan di Malaysia itu kan sudah bagus. Banyak warga desa sini yang bekerja di sana. Nyari kerja di Indonesia sulit. Apalagi hanya lulusan SD,” kenangnya.

    Sejak kakinya diamputasi sampai tahun 2017, Jaimun hanya bekerja serabutan. Apapun dikerjakan. Supaya dapur di rumahnya bisa tetap mengebul.

    Baru pada 2018, Pemerintah Desa Bringinan menawarkan program budidaya lele kepadanya. Tawaran itu langsung diiyakan. Pada awal-awal itu, kolam ikan lele hanya dibuat menggunakan terpal saja. Ada sekitar 8.000 bibit ikan lele yang disebar saat itu.

    Setelah usaha itu menunjukkan hasil, pemerintah kemudian membuatkan lima kolam ikan permanen. Masing-masing kolam yang berbentuk lingkaran itu berdiameter tiga meter dan kedalaman 110 cm. Satu kolam diisi 3.000 bibit. Saat panen, satu kolam bisa menghasilkan hingga 200 kg.

    “Pakan ikan dan semuanya dari pemerintah. Saya hanya mengelolanya saja,” ujarnya.

    Sempat Didiagnosa Tifus, Pria Asal Madiun Ini Ternyata Terpapar Covid-19

    Untuk pembagian hasil, pria tersebut mendapatkan 10% dari total nilai penjualan. Dalam setahun, kolam itu diisi tiga kali pembibitan.

    Meski hasilnya kecil, ia mengaku bersyukur karena diberdayakan oleh desa. Selain itu, juga bisa menjadi penopang hidup.

    Beberapa tahun terakhir, Pemerintah Desa Bringinan memang sedang gencar-gencarnya membikin program pemberdayaan bagi purna PMI maupun keluarga PMI.

    Cerita serupa disampaikan eks PMI lainnya, Sarni, 39. Warga Desa Bringinan ini sejak 1998 sudah mengadu nasib ke negeri jiran sebagai buruh di perkebunan sawit. Sama seperti Jaimun, Sarni merantau ke Malaysia juga karena persoalaan ekonomi. Mencari pekerjaan saat itu sulit, apalagi dengan ijazah sekolah rendah. Ia mengingat 15 tahun mencari rezeki di negeri orang.

    “Sudah 15 tahun kerja di Malaysia. Ya pulang ke Indonesia, terus balik lagi ke Malaysia. Berkali-kali. Kalau duitnya sudah habis kembali lagi ke sana,” katanya, Rabu (21/10/2020).

    Dua petani di Desa Bringinan, Kecamatan Jambon, Kabupaten Ponorogo, berfoto dengan latar belakang sumur terintegrasi yang dimiliki oleh Bumdes Margo Mulyo Desa Bringinan, Selasa (6/10/2020). (Abdul Jalil/Madiunpos.com)

    Bapak yang memiliki anak satu ini kembali lagi ke Malaysia karena merasa bekerja di sana lebih mudah. Meskipun harus berjauhan dengan keluarga. Ia memantapkan niat untuk tidak kembali lagi ke luar negeri pada 2013.

    Dengan modal dari hasil bekerja di Malaysia, ia menggunakannya untuk menyewa sawah. Perjalanannya mencari nafkah di kampung halaman memang tidak mudah. Desanya memang termasuk desa kering yang hanya mengandalkan tadah hujan. Tak jarang, ia pun harus gigit jari karena sawahnya gagal panen.

    Tetapi, kata pria yang kini menjadi Ketua Komunitas Pekerja Migran Indonesia (KOPI) Bringinan ini, kekurangan air di persawahan kini hanya menjadi cerita saja. Hal itu setelah pemerintah desa membangun sumur terintegrasi yang mengaliri areal persawahan sejak 2017.

    “Sumur terintegrasi ini memanfaatkan sumber sumur dalam. Saat ini sudah ada sembilan titik sumur dalam. Tiga titik di Dukuh Kedung, dua titik di Dukuh Ngasem, dan empat titik di Dukuh Dondong,” jelasnya.

    Bagi Sarni, program pembuatan sumur terintegrasi ini menjadi langkah cemerlang untuk mengentas kemisikinan. Warga di desanya yang mayoritas bekerja sebagai petani justru kesulitan saat menggarap sawah mereka karena tidak ada ketersediaan air.

    Murid dan Guru di Kota Madiun Jalani Rapid Test, PTM Dimulai Senin Besok

    “Kalau dulu ya, setahun paling dua kali tanam. Itu pun yang satu kali masa tanam pasti kesulitan mencari air. Ya karena di desa sini memang hanya mengandalkan hujan. Kalau musim kemarau, sebagian sawah ada yang ditanami palawija. Tetapi setelah ada sumur terintegrasi, masa tanam bisa tiga kali. Petani juga tidak perlu kesulitan mencari air untuk kebutuhan sawah,” jelasnya sambil memperlihatkan sawah penuh tanaman kacang hijau.

    Dari sembilan titik sumur itu bisa menjangkau 36 hektare lahan persawahan. Sedangkan total lahan sawah di Bringinan ada sekitar 48 hektare. Sehingga masih diperlukan dua sampai tiga titik sumur lagi supaya seluruh sawah bisa teraliri air.

    Sarni yang juga dipercaya sebagai koordinator program sumur terintegrasi ini menuturkan biaya yang dibebankan kepada petani juga lebih murah yaitu hanya Rp15.000 per jam. Dengan biaya itu, petani sudah bisa mengairi sawahnya hanya dengan membuka keran yang telah dipasang pengurus. “Kalau sebelum ada sumur terintegrasi ini, petani harus menyewa diesel untuk menyedot air. Itu sewanya lebih mahal.”

    Warga Madiun Diresahkan Isu Pungli Izin Kegiatan Hiburan di Tengah Pandemi Senilai Rp15 Juta

    Dengan adanya program sumur terintegrasi ini menjadikan sawah menjadi harapan baru bagi warga desa. Terlebih bagi para purna PMI. Mereka tidak perlu lagi ke negara seberang untuk mencari penghidupan. Modal yang didapatkan dari luar negeri bisa digunakan untuk membeli sawah.

    Untuk pengelola sumur terintegrasi ini ada 18 orang. Sebagian besar pengelola diambil dari para purna PMI dan sebagian lagi keluarga PMI yang masih aktif.

    Seperti yang dikatakan eks PMI lainnya, M. Isnun, 48. Dia sekitar sepuluh tahun mengadu nasib di Malaysia. Saat ini ia lebih memilih bekerja di rumah sebagai petani dan peternak sapi.

    Selain faktor usia, juga karena di kampung halaman sudah ada lahan yang bisa untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.

    “Sekarang sawahnya kan sudah bisa ditanami tiga kali dalam setahun. Kebutuhan air sudah tercukupi. Jadi saya ya mending di rumah,” kata dia.(Bersambung)



    Editor : Abdul Jalil

    Get the amazing news right in your inbox

    Berita Terpopuler

    0 Komentar

    Belum ada komentar, jadilah yang pertama untuk menanggapi berita ini.

    Komentar Ditutup.