BANJIR PONOROGO : Petani di Ponorogo Siap-Siap Gigit Jari

BANJIR PONOROGO : Petani di Ponorogo Siap-Siap Gigit Jari Banjir Ponorogo (JIBI/Solopos/Istimewa)

    Banjir Ponorogo tak hanya merendam infrastruktur dan jalan-jalan. Namun, belasan hektare tanaman padi juga siap-siap gagal panen karena ikut terendam banjir.

     

    Madiunpos.com, PONOROGO – Hujan deras yang turun sejak Kamis (19/2/2015) sore hingga Jumat (20/2/2015) dini merendam puluhan rumah warga dan belasan hektare sawah di Desa Karangan, Kecamatan Balong, Ponorogo. Para petani pun siap-siap gigit jari lantaran sawah pertanian mereka terancam gagal panen.

     

    “Pokoknya hujan sekitar 5 jam, pasti air sungai meluap,’’ ungkap Dedi Setiawan, 26, warga Desa Karangan Kecamatan Balong kepada Madiunpos.com (20/2/2015).

     

    Sungai meluap sejak Kamis (19/2/2015) sekitar pukul 23.00 WIB. Belasan rumah warga dan belasan hekatare sawah terendam. Genangan air setinggi 100-an sentimeter tersebut akibat Sungai Nepo yang melintas di desa tersebut meluap.

     

    Terkait hujan deras yang mengguyur wilayah Ponorogo selama lima jam itu, Sungai Nepo meluap lantaran tidak bisa menampung debit air. Ditambah terjadinya pendangkalan, air sungai pun tidak bisa mengalir maksimal.

     

    ‘’Lebar sungai di Desa Karangan kurang, ditambah ada tanah yang mengendap,’’ lanjutnya.

     

    Selain merendam sebagian rumah, kata Dedi, air juga menggenangi areal tanaman padi milik warga. Akibat rendaman air itu, dipastikan padi yang baru berusia tiga minggu terancam membusuk. ‘’Rugi waktu, rugi uang juga,’’ keluhnya.

     

    Banjir juga menggenangi jalan protokol jurusan Balong-Jetis, tepatnya di depan Smp 1 Balong, Desa Karangan, Balong. Sehingga akses lalu lintas warga pun terganggu.

    Akibatnya, siswa Sekolah Menengah Pertama (SMP) Balong pun harus rela berbasah basahan guna melewati jalan untuk menuntut Ilmu.

     

    Kondisi darurat ini, kata Dedi, adalah tanggung jawab pemerintah untuk segera menyelesaikan persoalan banjir. Pasalnya, masalah tersebut sudah terjadi sejak bertahun-tahun silam.

    “Jika di biarkan berkelanjutan maka akan berdampak kurang baik bagi masyarakat,” paparnya. (Fuad Arrahman/JIBI/Solopos)



    Editor : Aries Susanto

    Get the amazing news right in your inbox

    Berita Terpopuler

    0 Komentar

    Belum ada komentar, jadilah yang pertama untuk menanggapi berita ini.

    Komentar Ditutup.