Google dan AJI Latih Mahasiswa PNM Tangkal Hoax di Media Sosial

Google dan AJI Indonesia gelar workshop tangkal berita hoaks di Politeknik Negeri Madiun.

Google dan AJI Latih Mahasiswa PNM Tangkal Hoax di Media Sosial Para peserta workshop Hoax Busting and Digital Hygiene berfoto bersama seusai mengikuti workshop di auditorium PNM Madiun, Sabtu (19/10/2019). (Abdul Jalil/Madiunpos.com)

    Madiunpos.com, MADIUN -- Seratusan mahasiswa Politeknik Negeri Madiun (PNM) mengikuti workshop Hoax Busting and Digital Hygiene yang diselenggarakan Google Indonesia dan Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Indonesia, Sabtu (19/10/2019) pagi.

    Mahasiswa ini diberi materi mengenai berbagai cara untuk mendeteksi informasi yang tersebar di internet. Melalui sejumlah tool yang di Google, mereka dilatih bagaimana untuk mendeteksi foto dan video melalui Google Map dan Google Street View.

    Trainer workshop ini, Rini Yustiningsih dan Anang Zakaria, berbagi cara untuk mendeteksi informasi dan memberikan tips keamanan digital atau digital hygiene. Ada tujuh tips yaitu update software, strong password atau kombinasikan huruf angka dan simbol, jangan sembarang memasang aplikasi, hati-hati mengklik link dari sumber-sumber tidak jelas, aktifkan antivirus setiap kali terhubung dengan internet, aktifkan dua langkah otentikasi untuk email dan media sosial, serta back up data penting.

    Kepala Program Studi Bahasa Inggris PNM Madiun, Muhyiddin Aziz, mengatakan peserta workshop ini ada 135 mahasiswa prodi Bahasa Inggris. Diharapkan mahasiswa ini memiliki kemampuan untuk mendeteksi informasi atau berita hoax di media sosial. Harapannya mahasiswa tidak mudah termakan berita hoaks maupun berita provokasi yang saat ini banyak ditemukan di media sosial.

    "Materi yang disampaikan sangat menarik dan bermanfaat untuk mengecek data yang beredar di media sosial secara akurat. Pengetahuan ini tentu sesuai dengan perkembangan dan kebutuhan zaman," jelas dia.

    Anang Zakaria mengatakan peserta diberikan pengetahuan untuk menangkal berita hoaks di media sosial. Selain itu, mereka juga bisa memanfaatkan alat-alat di Google untuk mendeteksi berbagai informasi yang tersebar di internet.

    Di era internet saat ini dikenal dengan misinformasi dan disinformasi. Misinformasi, kata Anang, yaitu informasi yang salah, namun orang yang membagikannya percaya itu benar. Sedangkan disinformasi yaitu informasi yang salah dan orang yang membagikannya tahu itu salah, tetapi memang itu sengaja dibagikan.

    "Ada tujuh jenis misinformasi dan disinformasi, yaitu satire, konten menyesatkan, konten asli tapi palsu, konten pabrikasi, gak nyambung atau false connection, konteksnya salah, dan konten manipulatif," terangnya.

    Anang menyampaikan salah satu sumber informasi palsu dan menyesatkan yang banyak ditemukan yaitu situs media abal-abal. Situs abal-abal ini memproduksi informasi palsu ini semata-mata demi uang dan tujuan tertentu.

    Untuk mengidentifikasi situs abal-abal tersebut, bisa dilakukan dengan beragam cara seperti mengecek alamat situsnya, cek detail visual, waspadai jika situs tersebut terlalu banyak iklan, bandingkan pakem ciri-ciri media mainstrem, waspada dengan judul-judul sensasional, dan lainnya.

    "Kalau ada berita yang itu cenderung provokatif, cek alamat situsnya. Kalau ragu lakukan riset dengan domainbigdata.com. Ada juga situs abal-abal yang cuma beralamat di blogspot.com. Situs abal-abal biasanya juga gambar logonya jelek dan ada juga situs yang meniru dengan situs media mainstream," jelasnya.

    Dengan pengetahuan tersebut, para mahasiswa tidak lagi mudah terprovokasi dan termakan dengan berita-berita palsu dan provokasi. Sehingga bisa bermedia secara sehat.



    Editor : Kaled Hasby Ashshidiqy

    Get the amazing news right in your inbox

    Berita Terpopuler

    0 Komentar

    Belum ada komentar, jadilah yang pertama untuk menanggapi berita ini.

    Komentar Ditutup.