Impor Tembakau Jatim Terkerek Naik, Ini Pemicunya

Impor Tembakau Jatim Terkerek Naik, Ini Pemicunya Ilustrasi penjemuran tembakau (JIBI/Solopos/Dok.)

    Impor tembakau Jatim naik ketimbang tahun lalu.

    Solopos.com, SURABAYA – Selama Januari—September 2017, impor tembakau ke Provinsi Jawa Timur mencapai 45.733 ton. Angka tersebut sedikit naik ketimbang tahun sebelumnya.

    Data Badan Pusat Statistik (BPS) Jawa Timur mencatat volume impor periode yang sama tahun lalu sebesar 44.176 ton. Impor tembakau kian besar terutama disebabkan oleh produksi Jatim yang belum pulih.

    Berdasarkan data BPS, Jatim mengimpor tembakau dari beberapa Negara seperti China, Singapura, Amerika Serikat, Korea Selatan, Malaysia, Thailand, Jerman, dan India.

    Kepala Bidang Statistik Distribusi BPS Jatim Satriyo Wibowo mengungkapkan impor tembakau Jatim yang cukup besar tersebut sebagian besar digunakan sebagai bahan campuran gulungan rokok. Pasalnya, karakter setiap varietas tembakau berbeda-beda.

    “Impor tembakau itu biasanya digunakan untuk mencampur dan memberikan aroma karena kandungan setiap tembakau berbeda. Tapi meskipun kita mengimpor tembakau, Jatim juga mengekspor cerutu dengan kualitas tinggi,” ujar Satriyo di Surabaya, Selasa (17/10/2017).

    Berdasarkan catatan BPS, ada beberapa jenis tembakau yang diimpor oleh Jatim seperti tembakau yang belum terfabrikasi, tembakau dalam bentuk rokok, dan manufactured tobacco. Selain murni untuk aroma, beberapa varietas tembakau diperlukan untuk blending.

    Sekretaris Jenderal Gabungan Perserikatan Pabrik Rokok Indonesia (Gaprindo) Hasan Aoni Aziz sebelumnya menyampaikan kebutuhan tembakau nasional mencapai 340.000 ton per tahun namun hanya 200.000 ton yang dapat dipasok oleh petani lokal.

    Dia menjelaskan impor tembakau ditempuh terutama sebagai upaya pemenuhan bahan baku. “Volume produksi nasional dapat naik-turun karena cuaca. Oleh karena itu pabrik rokok masih membutuhkan bahan baku impor,” ujar Hasan.

    Ketua Umum Asosiasi Petani Tembakau Indonesia (APTI) Soeseno mengungkapkan produksi tembakau diprediksi akan pulih pada tahun ini setelah sempat terpukul cuaca basah pada 2015—2016.

    Menurut catatan APTI, pada 2015 lalu Jatim memproduksi 163.000 ton tembakau namun hanya sekitar 80.000 ton tembakau yang dapat dihasilkan sepanjang 2016. Tahun lalu, cuaca yang sangat basah membuat banyak petani mengalami gagal panen.

    “Capaian produksi sebesar 200.000 ton tersebut merupakan angka maksimal karena dari sekitar 200.000 hektare lahan tembakau nasional, rata-rata produksi hanya 7 kuintal peh hektarenya, tidak bisa lebih dari 1 ton. Hasil dari petani memang kurang, makanya industri mengimpor,” jelas Soeseno.



    Editor : Rohmah Ermawati

    Get the amazing news right in your inbox

    Berita Terpopuler

    0 Komentar

    Belum ada komentar, jadilah yang pertama untuk menanggapi berita ini.

    Komentar Ditutup.