Kota Madiun Jadi Lokasi Pembuangan Penderita Gangguan Jiwa

Kota Madiun menjadi sasaran lokasi pembuangan orang dengan gangguan jiwa dan gelandangan.

Kota Madiun Jadi Lokasi Pembuangan Penderita Gangguan Jiwa Sukarelawan Yayasan Citra Paramita Zwastika Madiun membantu salah seorang pasien. (Istimewa-Yayasan Citra Paramita)

    Madiunpos.com, MADIUN -- Kota Madiun menjadi jujukan gelandangan dan orang dengan gangguan jiwa (ODGJ) dari berbagai daerah. Sebagian gelandangan dan ODGJ di Kota Madiun memang sengaja dibuang oleh keluarganya.

    Ada sebagian masyarakat yang tidak peduli dan tidak menerima kondisi keluarga mereka karena menderita gangguan jiwa. Selain faktor malu, ODGJ biasanya sulit dikendalikan sehingga kerap menyerang warga.

    Hal itu diceritakan Ketua Yayasan Citra Paramita Zwastika Madiun, Bima Primaga Yudha. Yayasan ini adalah satu yang fokus menangani dan membantu serta merawat para gelandangan dan ODGJ di Madiun.

    Bima menuturkan yayasan ini berdiri karena prihatin dengan kondisi para gelandangan dan ODGJ yang hidupnya hanya di jalanan tanpa arah. Biasanya para gelandangan ini tidur di emperan toko hingga di tempat yang tidak layak. Untuk kebutuhan makan, untuk gelandangan biasanya menjadi pengemis.

    Selama 2019, kata dia, pihaknya telah merawat dan melayani sekitar 50 orang gelandangan dan ODGJ di Madiun. Tidak semua yang ditemukan di jalan ini merupakan orang dengan gangguan kejiwaan. Ada juga orang lanjut usia dan orang telantar.

    "Setelah mendapatkan pasien itu, kami bawa ke selter untuk kita rawat dan kita minta keterangan. Soal identitas atau riwayat penyakitnya," kata dia, Senin (6/1/2020).

    Namun, Bima menuturkan hal itu memang tidak mudah. Kebanyakan dari mereka tidak membawa kartu identitas. Selain itu, sebagian besar juga sulit diajak berkomunikasi.

    Bima yang dibantu sejumlah anggota staf di yayasan tersebut merawat setiap pasien di selter dengan penuh kehangatan dan kesabaran. Masing-masing pasien dengan kondisi kejiwaan yang berbeda harus mendapatkan pola perawatan berbeda pula.

    "Setiap pasien dikasih makan, tempat tidur, layanan psikoterapi. Hingga mandi dan minum obat pun dilayani oleh staf yayasan," ujar dia.

    Setelah mendapatkan perawatan beberapa hari di selter, setiap pasien akan mendapatkan tindak lanjut yang berbeda-beda. Untuk pasien yang merupakan ODGJ akan dirujuk ke rumah sakit jiwa.

    Sedangkan untuk pasien yang telah diketahui keluarganya akan dibawa pulang ke rumahnya. Namun, untuk menemukan alamat pasien memang diperlukan usaha keras dan bersabar. Karena sebagian besar dari mereka memang lupa di mana rumahnya.

    Pernah satu kejadian, lanjut Bima, ada satu pasien ODGJ memang sengaja dibuang keluarganya. Biasanya, keluarga tidak menerima kehadiran anggota keluarganya itu karena sulit untuk dikendalikan dan kerap menyerang orang lain.

    Singkat cerita, setelah menemukan alamat pasien tersebut, tim dari yayasan pun membawa ODGJ ke rumah keluarganya. Sesampainya di rumah, pihak keluarga kaget karena pasien tersebut memang sengaja dibuang.

    Pihaknya kemudian memberikan penjelasan bahwa pasien dengan ODGJ menjadi tanggung jawab keluarga. Keluarga juga dibujuk untuk menerima pasien supaya diterima di lingkungannya kembali. Selain itu, keluarga pasien juga diajari dasar-dasar dalam memberikan penanganan dan terapi terhadap pasien ODGJ.

    "Benar itu, saat kami antar ke rumah, malah kami dimarahi karena pasien itu memang sengaja dibuang karena kerap nyerang orang lain. Kami pun memberikan pemahaman dan motivasi kepada keluarga untuk mau menerima pasien itu," jelasnya.

    Dari pengelamannya bergelut di dunia penangangan orang gelandangan dan ODGJ, lanjut Bima, sebagian besar keluarga menerima anggota keluarganya yang merupakan ODGJ atau lansia. Namun, masih ada sebagian kecil keluarga yang enggan menerima anggota keluarganya yang mengalami gangguan kejiwaan tersebut maupun anggota yang sudah lansia.

    Kalau memang tidak ada solusi lain, biasanya pasien akan dikirim ke panti sosial maupun panti jompo. "Jadi, kami tidak merawat selamanya di selter. Karena tujuan kami juga ingin mengedukasi masyarakat supaya mau memberikan perhatian kepada anggota keluarganya itu," ujar Bima.

    Yayasan Citra Paramita Zwastika Madiun selama ini bekerja sama dengan Dinas Sosial Kota Madiun yang telah menyediakan selter untuk menampung para pasien. Sedangkan biaya operasional yayasan tersebut disokong donatur.

    Bima menuturkan sebagian besar gelandangan dan ODGJ di Madiun justru berasal dari luar kota. Bahkan ada yang berasa dari Cirebon, Magelang, Semarang, dan lainnya.



    Editor : Kaled Hasby Ashshidiqy

    Get the amazing news right in your inbox

    Berita Terpopuler

    0 Komentar

    Belum ada komentar, jadilah yang pertama untuk menanggapi berita ini.

    Komentar Ditutup.