Mengingat Lagi Peristiwa 18 September 1948, Awal Mula Pemberontakan PKI di Madiun

Hari ini bertepatan dengan hari terjadinya pemberontakan PKI di Madiun, Jawa Timur.

Mengingat Lagi Peristiwa 18 September 1948, Awal Mula Pemberontakan PKI di Madiun Pendukung PKI. (Istimewa)

    Madiunpos.com, MADIUN — Hari ini, 18 September 2020, bertepatan dengan hari terjadinya pemberontkan PKI di Madiun 72 tahun silam. Pemberontakan yang juga dikenal dengan Peristiwa Madiun, tepatnya pada tanggal 18 September 1948.

    Pemberontakan ini dilakukan oleh Front Demokrasi Rakyat (FDR). Ada 4 kelompok yang bergabung dengan FDR, yakni Partai Komunis Indonesia (PKI), Partai Sosialis Indonesia (PSI), Partai Buruh Indonesia, Pemuda Rakyat dan Sentral Organisasi Buruh Seluruh Indonesia (Sobsi).

    Melansir dari wikipedia.org, pemberontakan ini diawali dengan jatuhnya Kabinet RI yang pada waktu itu dipimpin oleh Amir Sjarifuddin. Kejatuhan kabinet ini karena tidak mendapat dukungan lagi sejak disepakatinya Perjanjian Renville.

    GP Ansor Madiun Minta Para Tokoh Politik Tidak Politisir Tugu JNK dengan Narasi Kebangkitan PKI

    Lalu dibentuklah kabinet baru dengan Mohammad Hatta sebagai Perdana Menteri. Namun Amir beserta kelompok-kelompok sayap kiri lainnya tidak setuju dengan pergantian kabinet tersebut.

    Adapun tujuan mereka adalah ingin meruntuhkan NKRI yang berdasarkan Pancasila dan menggantinya dengan negara komunis. Segala cara pun mereka lakukan demi memuluskan misi ini.

    Kemudian seorang tokoh komunis Indonesia bernama Musso menjelaskan dan menawarkan gagasan “Jalan Baru untuk Republik Indonesia”. Musso menghendaki satu partai kelas buruh dengan memakai nama yang bersejarah, yakni PKI. Selanjutnya Musso menggelar rapat di Yogyakarta dan menjelaskan pentingnya kabinet presidensial diganti jadi kabinet front persatuan.

    Pasutri Asal Bantul Datangi Madiun Cari Makam Kakek yang Dibunuh PKI

    Penguasaan Wilayah Strategis

    Untuk menyebarkan gagasannya, Musso beserta Amir dan kelompok-kelompok kiri lainnya berencana menguasai daerah-daerah yang dianggap strategis di Jawa Tengah dan Jawa Timur. Daerah tersebut yaitu Solo, Madiun, Kediri, Jombang, Bojonegoro, Cepu, Purwodadi, dan Wonosobo. Penguasaan itu dilakukan dengan agitasi, demonstrasi, dan aksi-aksi pengacauan lainnya.

    Rencana itu diawali dengan penculikan dan pembunuhan tokoh–tokoh yang dianggap musuh di Kota Solo, serta mengadu domba kesatuan-kesatuan TNI setempat. Termasuk kesatuan Siliwangi yang ada di sana.

    Mengetahui hal itu, pemerintah langsung memerintahkan kesatuan-kesatuan TNI yang tidak terlibat adu domba untuk memulihkan keamanan di Solo dan sekitarnya. Operasi ini dipimpin oleh Kolonel Gatot Subroto.

    Bupati Tegaskan Tidak Ada Embrio PKI di Madiun

    Pada 18 September 1948, PKI menuju ke arah Jawa Timur dan menguasai Kota Madiun. Pada hari itu juga diproklamasikan berdirinya Republik Soviet Indonesia. Keberhasilan PKI menguasai Madiun disusul dengan aksi penjarahan dan penangkapan sewenang-wenang terhadap musuh PKI. Mereka tidak segan-segan menembak, hingga berbagai macam tindakan fasisme berlangsung sehingga membuat masyarakat Kota Madiun ketakutan.

    Orang-orang berpakaian Warok Ponorogo dengan senjata Revolver dan kelewang menembak atau membunuh PKI. Mayat-mayat pun bergelimpangan di sepanjang jalan. Bendera merah putih dirobek diganti bendera merah berlambang palu arit.

    Selain di Madiun, PKI juga mengumumkan hal yang sama pula di Pati, Jawa Tengah. Pemberontakan ini menewaskan Gubernur Jawa Timur, RM Suryo, Dokter pro-kemerdekaan Moewardi, serta beberapa petugas polisi dan tokoh agama.

    Di Ponorogo, Jokowi Tepis Hoaks Soal PKI yang Menimpanya

    Provinsi Jawa Timur dijadikan daerah istimewa untuk memulihkan keamanan secara menyeluruh di Madiun. Operasi penumpasan dimulai pada tanggal 20 September 1948 dipimpin oleh Kolonel A.H Nasution.

    Dengan menggunakan 2 Brigade dari cadangan Divisi 3 Siliwangi serta kesatuan-kesatuan lainnya yang mendukung Republik, semua kekuatan–kekuatan pemberontak akhirnya dapat dimusnahkan.

    Salah satu operasi penumpasan ini adalah pengejaran Musso yang melarikan diri ke Sumoroto, sebelah barat Ponorogo. Dalam peristiwa itu, Musso berhasil ditembak mati. Sedangkan Amir Syarifudin dan tokoh-tokoh kiri lainnya berhasil ditangkap dan dijatuhi hukuman mati. Amir sendiri tertangkap di daerah Grobogan, Jawa Timur.



    Editor : Kaled Hasby Ashshidiqy

    Get the amazing news right in your inbox

    Berita Terpopuler

    0 Komentar

    Belum ada komentar, jadilah yang pertama untuk menanggapi berita ini.

    Komentar Ditutup.