Porang, KUR, dan Kesejahteraan Petani di Madiun (Bagian 1)

Komoditas porang saat ini menjadi andalan ekspor Indonesia, kondisi itu membuat para petani porang di Madiun mendapatkan dampak positifnya.

Porang, KUR, dan Kesejahteraan Petani di Madiun (Bagian 1) Ahmad Yani, 30, petani porang dari Desa Bodag, Kecamatan Kare, Kabupaten Madiun, menenteng umbi porang dengan berlatar rumah yang berhasil diperbaiki menggunakan hasil panen porang, Selasa (19/10/2021). (Abdul Jalil/Madiunpos.com)

    Madiunpos.com, MADIUN -- Dua orang pemuda terlihat sedang menanam benih umbi porang di lahan yang sudah diolah di Desa Bodag, Kecamatan Kare, Kabupaten Madiun, Jawa Timur, Selasa (19/10/2021) siang. Para petani di desa tersebut mulai menanam porang untuk masa tanam tahun ini.

    Sejak porang booming pada tiga sampai empat tahun lalu, banyak petani di Madiun yang beralih menanam umbi tersebut. Terlebih hasil porang lebih menggiurkan dibandingkan komoditas pertanian lain.

    Seorang petani porang yang sekaligus Ketua Kelompok Tani Porang di Desa Bodag, Wawan Budianto, 33, mengatakan porang menjadi masa depan yang cerah bagi masyarakat di desanya. Petani porang di desanya yang awalnya hanya 40 orang saja, kini menjadi 120 orang.

    “Di Bodag saat ini lahan yang ditanami porang lebih dari 60 hektare, itu ada lahan pribadi dan milik Perhutani,” kata dia saat ditemui di Desa Bodag, Selasa (19/10/2021).

    Tertarik Kembangkan Porang, Pemprov Jateng Borong Benih Varietas Madiun-1

    Di desanya, lanjut Wawan, jumlah petani porang meningkat pada tahun 2019. Sebelumnya, porang bukan menjadi tanaman pilihan para petani. Meskipun porang sudah menjadi tanaman liar yang dikenal warga sejak beberapa tahun silam.

    “Dulu sebelum porang ramai, sebenarnya warga sini sudah tahu. Tapi, memang harganya sangat murah hanya Rp1.000 per kilogram. Sehingga para petani lebih tertarik untuk menanam jagung maupun ketela,” ujarnya.

    Tetapi, setelah harga porang naik tinggi hingga Rp12.000 per kilogram. Para petani di Desa Bodag menseriusi porang. Namun angkanya memang tidak signifikan. Saat itu, para petani masih terbilang kesulitan permodalan. Sehingga para petani lebih memilih menanam porang dengan kemampuan seadanya.

    Wawan menuturkan baru mulai 2019 ada peningkatkan lahan yang ditanami umbi yang memiliki nama Latin, Amorphopallus muelleri blume itu. Kemudian pada 2020, saat perbankan mulai masuk menawarkan permodalan melalui Kredit Usaha Rakyat (KUR), peningkatan terjadi signifikan. Awalnya hanya ada sekitar 40 petani penggarap porang, pada tahun itu bertambah menjadi 120 petani.

    PT Inka Targetkan Perbaikan 6 Kereta LRT Rampung Agustus 2022

    “Petani sudah tahu kalau menanam porang itu membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Untuk beli benih saja bisa puluhan juta rupiah untuk lahan satu hektare. Tetapi, petani juga tahu hitung-hitungan keuntungan menanam porang,” jelasnya.

    Saat petugas dari Bank BNI menawarkan KUR klaster porang ini, Wawan menuturkan hanya sebagian saja yang tertarik untuk mengajukan kredit permodalan. Sebagian petani takut jika tidak bisa membayar. Namun, setelah mendapatkan penjelasan dari petugas perbankan, akhirnya para petani memberanikan diri untuk mengambil kredit usaha itu. Ada yang mendapat permodalan Rp50 juta, ada juga yang mendapat Rp30 juta.

    “Untuk nilai permodalan yang diberikan bank, masing-masing petani berbeda. Tergantung dari luasan lahan dan kemampuan petani,” terang Wawan.

    Rokok Ilegal Rugikan Negara, Masyarakat Madiun Diminta Awasi Peredaran Rokok Ilegal

    Menurut dia, bantuan permodalan tersebut benar-benar dirasakan oleh para petani. Hal ini terlihat dari para petani berhasil mengembalikan pinjaman permodalan itu ke perbankan beserta bunganya sesuai waktu yang ditentukan.

    “Agustus 2021 kemarin sudah lunas semua. Hanya satu petani yang pembayarannya kurang. Tapi itu sudah dipinjami dulu sama kelompok tani. Karena permasalahan pembayaran kredit ini menjadi permasalahan bersama di kelompok tani,” jelasnya. (Bersambung)



    Editor : Abdul Jalil

    Get the amazing news right in your inbox

    Berita Terpopuler

    0 Komentar

    Belum ada komentar, jadilah yang pertama untuk menanggapi berita ini.

    Komentar Ditutup.