Sejarah Di Balik Nama Pasar Puntuk di Kota Madiun yang Legendaris
Asal nama Pasar Puntuk di Kota Madiun ternyata diambil dari sebuah kata tumpukan tanah.
Madiunpos.com, MADIUN -- Warga Madiun tak akan asing dengan Pasar Puntuk. Pusat jual beli barang bekas ini masih menjadi incaran warga untuk berburu barang dengan harga murah. Mulai dari pakaian, buku hingga peralatan rumah tangga ada di pasar ini.
Pasar Puntuk beralamat di Jl. Puntuk, Kelurahan Kejuron, Kecamatan Taman, Kota Madiun. Nama Pasar Puntuk ini sebenarnya diambil dari nama gang tempat pedagang itu berjualan. Lalu mengapa dinamakan Pasar Puntuk?
Melansir madiuntoday.id, nama puntuk tak lepas dari sejarah lokasi tersebut. Jalan Puntuk dulunya merupakan sebuah gang. Jalan tidak selebar sekarang, hanya 1,5 meter. Lebih tepat disebut gang yang masih berupa tanah, belum beraspal seperti sekarang. “Nama puntuk berkaitan erat dengan pembangunan Pasar Besar Madiun (PBM) pertama kali,” kata Sutedjo, Ketua RW 1 Kelurahan Kejuron.
Serem! Pendaki Madiun Bercerita Pengalaman Mistisnya saat Mendaki Gunung
Pasar besar, kata dia, pertama kali dibangun saat masih era Kolonial. Pemerintah Belanda saat itu membangun pasar untuk mempermudah akses jual-beli komoditas. Pembangunan sudah menerapkan sistem pondasi. Tak heran, lahan butuh digali. Tanah hasil galian lantas ditumpuk di sisi selatan. Lahan selatan dipilih lantaran masih kosong. “Kawasan sini dulu sebenarnya permukiman tetapi belum banyak. Masih banyak pepohonan bambu dan kelapa”, ujar Sutedjo yang mendapat cerita secara turun temurun.
Pembuangan di sisi utara tidak dimungkinkan lantaran mengganggu jalan ( sekarang Jl. Panglima Sudirman). Tumpukan hasil galian akhirnya menumpuk hingga setinggi rumah, menjulang tinggi hingga 4 meter. Tumpukan tanah itu ternyata tidak langsung dibersihkan begitu pembangunan pasar selesai.
Gundukam Tanah
Pemerintah Belanda kala itu sengaja mempertahankan gundukan tanah sebagai dinding pembatas. Kawasan tersebut dulunya memang banyak pepohonan. Kata tumpukan lama-lama melekat untuk kawasan tersebut. Namun, lafal tumpukan cukup panjang untuk diucapkan hingga bertransformasi menjadi puntuk.
Dari Cuci Sepatu, Mahasiswi Madiun Ini Raup Omzet Rp1,5 juta/Bulan
“Seiring berjalannya waktu, kawasan menjadi ramai. Permukiman bertambah hingga akhirnya tumpukan tanah dibersihkan. Tetapi nama puntuk sudah telanjur melekat dan diputuskan untuk nama gang tengah permukiman” ujar Sutedjo.
Bangunan rumah bermunculan sepanjang Gang Puntuk, namun belum difungsikan untuk berjualan. Sutedjo menyebut hanya ada 4 warung di sepanjang Gang Puntuk pada sekitar 1957. Gang tersebut mulai cukup ramai dan menjadi salah satu akses utama menuju Pasar Besar Madiun. Pendatang juga mulai berdatangan dan turut berjualan. Gang itu akhirnya menjadi kawasan jual-beli baru. Nama Gang Puntuk makin dikenal luas dan saat ini ada sekitar 80 pedagang.
Editor : Kaled Hasby Ashshidiqy
Baca Juga
- Berikut Ini Nama-nama Anggota Bawaslu Periode 2023-2028 di Wilayah Madiun Raya
- Inginkan Suroan & Suran Agung Tanpa Konflik, Ini Pesan Wali Kota Madiun
- Motif Pelaku Pembunuhan Perempuan Muda di Kamar Kos Madiun Terungkap
- Satu Pengendara Motor Luka Berat dalam Kecelakaan di Depan PG Kanigoro Madiun
- Diduga Korban Pembunuhan, Perempuan Muda Ditemukan Meninggal di Indekos Madiun
- Jadi Pengedar Sabu di Madiun, 2 Anggota Polisi Dituntut 4 Tahun 6 Bulan Penjara
- Gandeng Google Indonesia, Pemkot Madiun Latih Ratusan Guru Manfaatkan Chromebook
0 Komentar
Belum ada komentar, jadilah yang pertama untuk menanggapi berita ini.