Bertaruh Nyawa, Melihat Aktivitas Operator Alat Berat di TPA Winongo Madiun

Operator alat berat memiliki peran yang sangat penting untuk mengatur penataan sampah di TPA Winongo, Kota Madiun.

Bertaruh Nyawa, Melihat Aktivitas Operator Alat Berat di TPA Winongo Madiun Aktivitas di TPA Winongo, Kota Madiun. (Abdul Jalil/Solopos.com)

    Madiunpos.com, MADIUN -- Waktu menunjukkan pukul 04.45 WIB, Komar Ali Kurniadi harus segera bangun dan bersiap untuk bekerja. Setelah semua siap, pria berusia 40 tahun itu segera menancap gas sepeda motornya dari rumah di Jl. Thamrin, Kecamatan Kartoharjo, menuju tempat kerjanya di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Winongo, Kota Madiun, Jawa Timur.

    Sesampainya di TPA, ia langsung memanaskan mesin ekskavator dan kemudian menuju ke gunungan sampah. Setiap pagi, sudah ada tumpukan sampah yang diambil dari seluruh wilayah Kota Madiun. Komar kemudian mulai bekerja dengan mengoperasikan alat berat itu. Tumpukan sampah yang dikeluarkan dari bak truk kemudian dikeruk dari bawah dan dipindah ke atas gunungan sampah untuk dipadatkan.

    Tugasnya sebagai operator ekskavator di TPA Winongo ini sangat vital. Ia yang menata sampah-sampah tersebut dan dipadatkan supaya TPA yang memiliki luas 6,4 hektare itu bisa menampung lebih banyak sampah.

    Setiap hari, ia bekerja di atas gunungan sampah dari pagi hingga siang hari. Pekerjaannya sebagai operator alat berat ini memang tergolong berisiko tinggi. Mengoperasikan alat berat di atas tumpukan sampah bukan perkara mudah. Karena sampah ini bukan seperti tanah padat.

    Untuk itu, setiap langkah menggerakkan ekskavator ini dibutuhkan kejelian dan ketepatan. Salah-salah, ekskavator akan terjungkir balik dan membahayakan nyawanya.

    Baca Juga: Disembunyikan di Anus, Pria Ini Nekat Selundupkan Narkoba ke Lapas Madiun

    Ditemui Solopos.com seusai bekerja di TPA Winongo, Kamis (1/12/2022), Komar mengatakan sudah tiga tahun bekerja sebagai pegawai di tempat itu. Selama bekerja sebagai operator alat berat, ia tidak pernah mengalami kecelakaan kerja. Karena keselamatan menjadi hal yang paling utama untuk diperhatikan.

    “Pas awal-awal masuk, saya latihan mengoperasikan ekskavator ini sampai dua bulan. Soalnya beda, mengoperasikan alat berat di tanah dengan di tumpukan sampah. Kalau tanah sudah tahu kepadatannya. Tapi untuk sampah, itu tidak mudah mengetahuinya,” jelasnya.

    Setiap hari, ada dua ekskavator yang dioperasikan. Satu unit ekskavator dioperasikan di gunungan tingkat pertama. Sedangkan satu ekskavator lainnya dioperasikan di gunungan tingkat kedua dan ketiga. Gunungan sampah di TPA Winongo bisa mencapai ketinggian sekitar 20 meter.

    Komar menyadari pekerjaannya sebagai operator alat berat untuk menata tumpukan sampah memiliki tingkat risiko yang sangat tinggi. Selain kelincahan dalam mengoperasikan alat berat, kecermatan juga menjadi kemampuan yang penting dimiliki.

    Tumpukan sampah yang kepadatannya tidak stabil bisa membuat ekskavator terguling.

    Aktivitas di TPA Winongo, Kota Madiun. (Abdul Jalil/Solopos.com)

    “Makanya harus cermat. Saat mau melaju selangkah saja, harus dipastikan tumpukan sampah itu harus benar-benar padat. Untuk memastikannya, saya gunakan tangan ekskavator untuk merasakan kepadatan. Kalau kurang padat ya ditekan-tekan lagi. Jangan sampai kesalahan mengambil langkah itu, berakibat fatal terhadap keselamatan diri sendiri dan orang lain. Karena banyak juga pemulung yang memungut sampah di bawah,” terangnya.

    Cerita yang sama juga diutarakan petugas operator ekskavator di TPA Winongo lainnya, Rudi Priyanto. Pria berusia 45 tahun itu biasanya mulai bekerja pagi hingga siang hari.

    Dia mengatakan petugas operator alat berat di TPA memang dituntut memiliki konsentrasi tinggi. Sekejap saja melakukan keteledoran, risiko yang ditanggung pun bisa berat, bahkan kehilangan nyawa.

    Baca Juga: Marak Ular Masuk Rumah Warga, 179 Anggota Bhabinkamtibmas Madiun Dilatih Tangani Ular

    “Supaya langkah dari ekskavator ini bisa aman, saya biasanya mematok jarak dengan tebing itu 2 meter,” ujar Rudi.

    Berkecimpung di pekerjaan yang dikelilingi ribuan ton sampah membuat Komar dan Rudi harus terus menjaga kesehatan. Terutama kesehatan pernapasan.

    Baik Komar maupun Rudi mengaku hingga saat ini memang belum ada permasalahan dalam kesehatan pernapasan. Meskipun demikian, keduanya ada rasa khawatir kesehariannya yang menghirup udara kotor dan bau tidak sedap di TPA bisa berdampak buruk terhadap kesehatan.

    Terlindungi BPJS Ketenagakerjaan

    Sebagai pekerja yang memiliki risiko pekerjaan yang sangat tinggi, operator ekskavator di TPA Winongo perlu mendapatkan perlindungan ketenagakerjaan. Sehingga suatu ketika mengalami musibah, para pekerja ini memiliki perlindungan bagi diri sendiri serta keluarganya.

    Komar dan Rudi telah terdaftar sebagai peserta Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Ketenagakerjaan atau BPJamsostek yang preminya dibayarkan oleh Pemkot Madiun.

    Komar mengaku sedikit lega karena terdaftar sebagai peserta BPJS Ketenagakerjaan. Sehingga saat bekerja mengoperasikan ekskavator lebih tenang dan bisa fokus pada pekerjaan.

    Baca Juga: Gara-Gara Kaos, Penjual Nanas di Gresik Dianiaya 7 Pesilat hingga Meninggal

    “Tentu bisa lebih tenang ya. Karena minimal kalau terjadi apa-apa, sudah ada jaminan bagi saya dan keluarga. Tapi saya berharapnya semoga tidak terjadi apa-apa,” kata bapak dua anak ini.

    Senada dengan Komar, Rudi juga mengakui kepesertannya dalam program jaminan sosial dari BPJS Ketenagakerjaan itu membuatnya lebih tenang saat bekerja. Sehingga ia tidak perlu cemas saat bekerja.

    Koordinator TPA Winongo Madiun, Yanu Force H., mengatakan TPA Winongo memiliki empat orang tenaga operator ekskavator. Keempat petugas yang mengoperasikan ekskavator ini telah terdaftar sebagai peserta BPJS Ketenagakerjaan.

    Yanu menyampaikan pekerjaan mereka sebagai operator ekskavator memang tergolong berisiko tinggi. Karena tugas mereka mengoperasikan ekskavator di atas gunungan sampah yang sewaktu-waktu bisa longsor karena kondisinya memang tidak padat.

    Baca Juga: Alhamdulillah! 55.454 Keluarga di Ponorogo Terima Set Top Box TV Digital Gratis

    “Jadi ada dua unit ekskavator yang setiap hari bekerja. Gunungan sampah ini terbagi menjadi tiga bagian lantai. Satu unit alat berat berada di lantai pertama untuk mengambil sampah dari truk pengangkut. Sampah itu kemudian dipindah ke lantai kedua. Di situ, ada satu ekskavator yang akan menaikkan lagi ke gunungan paling atas, sekaligus menatanya,” jelasnya, Kamis.

    Kondisi gunungan sampah yang tidak stabil, lanjut Yanu, menjadi tantangan tersendiri bagi para operator alat berat tersebut. Terlebih, mereka setiap hari juga harus bergelut dengan sampah, ditakutkan kondisi itu membuat mereka mengalami gangguan pernapasan.

    Dengan risiko pekerjaan yang begitu besar, perlindungan melalui BPJS Ketenagakerjaan tentu sangat penting. Sehingga saat para pekerja ini mengalami kecelakaan kerja, mereka bisa mendapatkan jaminan sosial. Karena mereka memiliki seperangkat perlindungan.

    “Hingga saat ini belum ada kejadian kecelakaan kerja di operator alat berat. Semoga saja tidak pernah ada kejadian itu. Tetapi, minimal para pekerja yang berisiko ini lebih tenang karena sudah ada jaminan sosial dari BPJS Ketenagakerjaan,” ujar Yanu.

    Manfaat BPJS Ketenagakerjaan

    Kepala Cabang BPJamsostek Madiun, Zakiah, melalui bagian hubungan masyarakat (Humas), mengatakan pekerja berisiko seperti operator alat berat di TPA Winongo ini memang perlu menjadi peserta BPJS Ketenagakerjaan. Sehingga, saat mengalami kejadian yang tidak diinginkan, BPJS Ketenagakerjaan bisa memberikan jaminan kecelakaan kerja hingga jaminan kematian.

    Baca Juga: Membeludak, Ratusan Orang Mendaftar Jadi Anggota PPK Pemilu 2024 di Kota Madiun

    “Saat pekerja ini sudah terdaftar sebagai peserta, diharapkan ketika pekerja mengalami risiko sosial ekonomi, BPJS Ketenagakerjaan dengan programnya jaminan kecelakaan kerja, jaminan hari tua, jaminan pensiun, jaminan kematian, dan jaminan kehilangan pekerjaan bisa hadir untuk membantu bagaimana masyarakat bisa melanjutkan kehidupan ekonominya,” jelas dia, Jumat (2/12/2022).

    Sebagai pekerja penerima upah, para pekerja yang area pekerjaannya sangat berisiko itu akan mendapatkan berbagai manfaat, seperti jaminan hari tua, jaminan kecelakaan kerja, jaminan kematian, jaminan pensiun, dan jaminan kehilangan pekerjaan.

    Mengenai manfaat jaminan kecelakaan kerja, peserta akan mendapatkan pelayanan kesehatan sesuai kebutuhan medis, seperti pemeriksaan dasar dan penunjang, perawatan tingkat pertama dan lanjutan, rawat inap, perawatan intensif, dan lainnya.

    Apabila pekerja mengalami kecacatan akan mendapatkan santunan cacat. Semisal, pekerja mengalami cacat total tetap akan mendapatkan santunan sebesar 70% X 80 X upah sebulan.

    Baca Juga: Gunakan Google Maps untuk Cari Target, Begini Kronologi Pencurian Komputer di SMPN 2 Geger

    Saat peserta meninggal dunia dalam masa kepesertaan aktif akan mendapatkan manfaat berupa santunan kematian sebesar Rp20 juta, santunan berkala yang dibayarkan sekaligus senilai Rp12 juta, biaya pemakaman Rp10 juta, beasiswa untuk paling banyak dua orang anak peserta dan diberikan jika peserta telah memiliki masa iuran minimal tiga tahun dan meninggal bukan akibat kecelakaan kerja atau penyakit akibat dengan ketentuan pendidikan TK senilai Rp1,5 juta/orang/tahun, maksimal dua tahun. Pendidikan SD/sederajat senilai Rp1,5 juta/orang/tahun, maksimal enam tahun. Pendidikan SMP/sederajat senilai Rp2 juta/orang/tahun maksimal tiga tahun. Pendidikan SMA/sederajat senilai Rp3 juta/orang/tahun maksimal tiga tahun. Jenajang pendidikan tinggi maksimal S1 senilai Rp12 juta/orang/tahun maksimal lima tahun.



    Editor : Abdul Jalil

    Get the amazing news right in your inbox

    Berita Terpopuler

    0 Komentar

    Belum ada komentar, jadilah yang pertama untuk menanggapi berita ini.

    Komentar Ditutup.