Hujan Bukan Satu-Satunya Penyebab Banjir di Madiun, Ini Penjelasan BPBD

Bencana banjir menerjang 21 desa di lima kecamatan di Kabupaten Madiun, Kamis (23/12/2021).

Hujan Bukan Satu-Satunya Penyebab Banjir di Madiun, Ini Penjelasan BPBD Air masih menggenangi jalan desa di Kecamatan Madiun, Kabupaten Madiun, Jumat (24/12/2021). (Abdul Jalil/Madiunpos.com)

    Madiunpos.com, MADIUN -- Bencana banjir menerjang 21 desa di lima kecamatan di Kabupaten Madiun, Kamis (23/12/2021). Selain karena hujan deras mengguyur wilayah itu, ternyata ada faktor lain yang menyebabkan banjir tersebut.

    Perlu diketahui, sebelum bencana banjir yang menerjang lima kecamatan pada Kamis itu. Bencana banjir juga terjadi di dua kecamatan, yaitu Kecamatan Pilangkenceng dan Kecamatan Saradan pada Kamis (16/12/2021).

    Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Madiun, Muhamad Zahrowi, mengatakan bencana banjir yang melanda Madiun ini karena curah hujan yang sangat tinggi. Selain hujan deras, dia menyampaikan ada beberapa faktor lain yang membuat banjir meluas di beberapa kecamatan.

    Faktor lain itu, kata Rowi, adanya penyempitan dan pendangkalan hampir di semua sungai di wilayah Madiun.

    Awas! Kasus DBD di Madiun Naik, Total 103 Kasus dan 1 Orang Meninggal

    Selanjutnya, perilaku masyarakat yang masih membuang sampah di sungai juga menjadi penyebab sungai tidak bisa berfungsi optimal. Hal ini membuat air hujan dan kiriman dari hulu tidak bisa tertampung dan meluber ke permukiman.

    “Kemarin memang hujannya cukup deras. Di hulu juga terjadi hujan deras. Sedangkan di sungai terjadi pendangkalan dan penyempitan,” jelasnya, Sabtu (25/12/2021).

    Rowi menuturkan untuk bencana banjir di Pilangkenceng dan Saradan pada Kamis pekan lalu itu karena terjadi hujan deras di wilayah hulu. Yaitu di Gunung Pandan dan lereng Gunung Wilis wilayah timur.

    Begitu juga bencana banjir di lima kecamatan, yaitu di Kecamatan Madiun, Balerejo, Wonoasri, Wungu, dan Kecamtan Mejayan, pada Kamis (23/12/2021), lanjut Rowi, karena hujan deras mengguyur hampir di seluruh wilayah Madiun. Selain itu juga terjadi hujan deras di hulu, yakni di kawasan Gunung Wilis.

    Hujan 7 Jam, 388 Rumah di Madiun Kebanjiran

    Dia mengakui saat ini hampir semua sungai di wilayah Madiun mengalami pendangkalan dan penyempitan.

    “Sungai itu kan di kanan dan kiri banyak tumbuh tanaman bambu. Itu kalau ada yang roboh masuk ke sungai dan ada tunas baru yang membuat penyempitan sungai. Air kiriman dari hulu juga membawa material yang membuat sedimen di sungai, sehingga terjadi pendangkalan,” terangnya.

    Rowi mengklaim pemerintah sudah berusaha untuk melakukan normalisasi sungai. Tetapi, karena faktor keterbatasan, belum semua sungai dilakukan normalisasi.

    Perilaku masyarakat yang masih membuang sampah di sungai juga menjadai faktor lain yang menyebabkan pendangkalan sungai. Untuk itu, dia mengimbau kepada masyarakat supaya tidak lagi membuang sampah di sungai.

    Lebih lanjut, Rowi menegaskan penanganan banjir tidak bisa dilakukan hanya di hilir saja. Melainkan juga harus menangani kawasan hulunya. Untuk itu, konservasi alam di kawasan hulu atau di pegunungan juga perlu dilakukan.

    Jual Sawah Tanpa Izin, Ibu di Madiun Gugat Anak Kandungnya

    “Di wilayah hutan. Jangan hanya dieksploitasi saja. Tetapi keseimbangan alam juga harus dijaga. Misalnya dengan penanaman tumpangsari, tanaman produktif dicampur dengan tanaman mitigasi, seperti penanaman akar wangi dan lainnya,” terang Rowi.

    Masyarakat harus lebih waspada pada bulan-bulan selanjutnya. Sesuai prediksi BMKG, puncak musim hujan bakal terjadi bulan Januari dan Februari 2022. Pada bulan itu, hujan deras frekuensinya akan lebih sering dibandingkan pada Desember ini.

    “Jadi, masyarakat harus siap siaga menghadapi puncak musim hujan pada Januari dan Februari tahun depan. Persoalan bencana ini menjadi urusan bersama. Seluruh stakeholder harus bekerja sesuai fungsi dan kewenangannya masing-masing,” jelasnya.



    Editor : Abdul Jalil

    Get the amazing news right in your inbox

    Berita Terpopuler

    0 Komentar

    Belum ada komentar, jadilah yang pertama untuk menanggapi berita ini.

    Komentar Ditutup.