Kisah Guru Honorer di Ponorogo yang Berhenti Ngajar, Kini Tekuni Bisnis Busur Panah Beromzet Jutaan Rupiah

“Untuk bahan kayu kan banyak dari limbah. Saya juga belajar dari internet dan YouTube tentang bagaimana membuat panah tradisional. Setelah itu saya coba,” ujarnya.

Kisah Guru Honorer di Ponorogo yang Berhenti Ngajar, Kini Tekuni Bisnis Busur Panah Beromzet Jutaan Rupiah Mahmud Danuri, perajin busur panah di Desa Singkil, Kecamatan Balong, Kabupaten Ponorogo. (Abdul Jalil/Madiunpos.com)

    Madiunpos.com, PONOROGO -- Olahraga panahan dalam beberapa tahun terakhir memang sedang menjadi tren di berbagai daerah. Dampaknya permintaan busur beserta anak manah meningkat dalam beberapa tahun terakhir.

    Kesempatan itu pun ditangkap dengan baik oleh Mahmud Danuri, 35, warga Desa Singkil, Kecamatan Balong, Kabupaten Ponorogo. Mahmud yang sebelumnya bekerja sebagai guru honorer dan perajin mebel pun fokus untuk menggarap pasar busur panahan itu.

    Bahkan, Mahmud harus resign sebagai guru kerajinan di sekolah dasar dan madrasah aliyah (MA) di daerahnya supaya lebih fokus mengembangkan usahanya ini.

    Mahmud bercerita baru memulai membuat busur panah pada 2016. Saat itu, ada saudaranya membeli busur panah beserta anak panahnya dari Solo dengan harga Rp275.000. Saat melihat busur panah itu, dia agak kecewa karena garapannya kurang halus.

    Keren! Desa Wisata Gunungsari Madiun Luncurkan Website dan Aplikasi Guide

    “Dari situ, saya tertantang untuk membuat busur panah sendiri. Saya meniru dari busur panah yang dibeli saudara. Ternyata bisa,” kata dia saat ditemui Madiunpos.com di rumahnya beberapa hari lalu.

    Mahmud yang merupakan lulusan jurusan kriya kayu di SMKN 1 Pacitan itu pun merasa tertantang untuk membuat busur panah itu. Dengan menggunakan limbah kayu dari pekerjaan pembuatan mebel, dia pun mulai mencoba-coba membuatnya.

    Mahmud Danur menggarap busur panah pesanan di ruang kerjanya di Desa Singkil, Kecamatan Balong, Kabupaten Ponorogo. (Abdul Jalil/Madiunpos.com)

    “Untuk bahan kayu kan banyak dari limbah. Saya juga belajar dari internet dan YouTube tentang bagaimana membuat panah tradisional. Setelah itu saya coba,” ujarnya.

    Setelah berhasil membuat lima unit busur dan anak panah, Mahmud pun menjualnya dengan harga Rp350.000 untuk satu set busur dan anak panah. Saat itu, hasil kreasinya itu dijual di media sosial dan grup-grup WhatsApp. Tak disangka, dari lima set panah tradisional itu. Tiga set terjual.

    Dengan hasil yang tidka begitu mengecewakan, dia pun benar-benar menekuni pembuatan busur panah itu. Hingga pada 2017-2018, produksi busur di tempatnya pun naik pesat. Dia mencatat, saat itu penggemar olahraga panahan ini meningkat drastis. Apalagi saat ada turnamen panahan.

    Tabarak Sepeda dan Mobil di Madiun, Truk Tangki Pertamina Diduga Ugal-Ugalan

    “Saat itu, saya pun mulai menjual produk di market place. Dan memang terjadi peningkatan penjualan,” kata Mahmud.

    Saat itu, dalam satu pekan dirinya bisa memproduksi sekitar 20 busur. Kondisi tersebut membuat diirnya tidak bisa berfokus untuk mengajar. Dia pun akhirnya mengundurkan diri menjadi guru honorer di SD dan MA.

    Dia mengingat pencapaian tertingginya yaitu dalam satu bulan bisa meraih omzet hingga Rp20 juta. Hal itu karena dalam satu bulan bisa menjual hingga 30-40 bow atau busur dan puluhan anak panah.

    Untuk pembelinya, kata Mahmud tidak hanya berasal dari daerah Madiun saja. Tetapi juga berasal dari kota-kota besar seperti Surabaya dan Solo. Bahkan ia juga sempat mengirim pesanan busur ke Papua.

    Alumni Fakultas Teknik Unipma Dibekali tentang Kewirausahaan dan Bekerja di BUMN

    “Tapi paling banyak pesanan ya dari daerah Madiun, Ponorogo, dan Ngawi,” katanya.

    Dia mengaku bisa membuat busur dengan lima model, yaitu model Hungarian, Turkish, Tartar, Jemparing, dan Manchurian.

    Pandemi Covid-19 sempat membuat produksi busurnya berhenti sekitar enam bulan. Hal ini karena tidak ada kegiatan kompetisi panahan. Namun, dua bulan terakhir kondisinya sudah mulai membaik. Pesanan sudah mulai berdatangan.

    “Saya berkeyakinan bisnis di bidang ini akan terus tumbuh, karena penghobi panahan juga semakin banyak,” kata dia.



    Editor : Abdul Jalil

    Get the amazing news right in your inbox

    Berita Terpopuler

    0 Komentar

    Belum ada komentar, jadilah yang pertama untuk menanggapi berita ini.

    Komentar Ditutup.