Mengulik Sejarah Tradisi Balon Udara di Ponorogo, Apa Benar Sudah Ada Sejak Abad ke-7?
Tradisi menerbangkan balon udara saat Lebaran di Ponorogo disebut-sebut dimulai sejak abak ke-7.

Madiunpos.com, PONOROGO -- Berita soal balon udara belakangan ini marak. Mulai dari penampakannya yang dianggap mirip bintang, UFO, oleh sejumlah warga di Soloraya, Jawa Tengah, hingga menganggu kenyamanan warga karena jatuh di perumahan dan jaringan listrik.
Di wilayah Madiun Raya, tradisi menerbangkan balon udara lama dikenal ada di Ponorogo. Tradisi ini biasa dilakukan saat Lebaran.
Lantas, bagaiamana asal muasal tradisi menerbangkan balon udara yang berukuran besar ini ada di Ponorogo? Berdasarkan penelusuruan Madiunpos.com, belum ada referensi yang sahih yang menjelaskan awal mula tradisi ini muncul.
Balon Udara Nyaris Bakar Rumah Warga Magetan
Ada artikel di id.wikipedia.org yang mencoba menjelaskan tentang sejarah tradisi balon udara di Kabupaten Reyog tersebut. Berikut kutipan artikelnya:
Masyarakat Ponorogo awalnya menyebut tradisi Balon Lebaran dengan "umbulan" atau "ombolan" yang berarti menerbangkan seperti bulan, dengan perkembangan zaman kini disebut balon.
Balon Lebaran Ponorogo telah berlangsung sejak abad ke-15 tepatnya tahun 1496 M yang pada awalnya merupakan tradisi masyarakat Ponorogo yang kala itu beragama Buddha. Tradisi menerbangkan balon di wengker telah ada pada abad ke 7 sejak zaman Sriwijaya hingga Medang sebelum masuknya islam di Ponorogo.
Ada Lagi Balon Udara Yang Jatuh di Madiun, Polisi: Diduga dari Ponorogo
Bathara Katong selaku pendakwah Islam dan bupati pertama di Ponorogo kala itu mengubah tradisi menerbangkan balon yang biasa digunakan umat Buddha Ponorogo menjadi balon yang bernapaskan islami. Dengan di terbangkannya setiap idul fitri, yang pada awalnya sebagai penghormatan kepada Ki Ageng Kutu Surya Alam untuk mengurangi gejolak masyarakat Ponorogo atas gugurnya pimpinannya.
Balon Lebaran Ponorogo dibuat dari bahan kertas, mengingat Ponorogo sejak abad ke-7 sudah mampu membuat kertas sendiri. Kertas-kertas tersebut di rangkai dan disambungkan satu sama lain menggunakan putih kulit telur atau pun nasi. Kertas di rangkai menjulang yang direkatkan bambu atau rotan berbentuk lingkaran kemudian diberi tali untuk mengikat sebuah tempat menaruh minyak. Balon di buat berukuran antara 1,5 Meter hingga 4 Meter.
Diragukan Kebenarannya

Namun, kebenaran tentang sejarah tradisi balon udara di Ponorogo diragukan oleh akun Facebook Semua Tentang Ponorogo. Dalam unggahan yang diberi judul Belajar Jujur Soal Sejarah Balon Udara di Ponorogo yang diposting Rabu (27/5/2020), akun Semua Tentang Ponorogo tidak percaya balon udara di Ponorogo sudah ada sejak abak ke-7. Berikut kutipannya:
Duh, Balon Udara Nyangkut di Kabel Sutet Madiun
"Belajar Jujur Soal Sejarah Balon Udara di Ponorogo.
Tulisan admin singkat saja, admin tidak percaya berbagai artikel di medsos yang menyebutkan tradisi balon udara di Ponorogo sudah ada sejak abad ke 7 M, dimulai tahun 1496 M sebagai tradisi lebaran, Ponorogo sudah membuat kertas sejak abad 7 M dll.
Nyuwun ngapunten ya, tradisi tulis kebudayaan Hindu-Buddha di tempat kita adalah menulis di daun LONTAR/daun TAL/ pohon Siwalan, orang Jawa menyebutnya Rontal (daun TAL).
Prasasti era Wengker ditulis pada batu dan lembaran tembaga. Silakan cari referensi semisal Taji Inscription.
Geger Benda Misterius di Solo, Balon Udara dari Ponorogo ?
Ponorogo memang memproduksi kertas bernama Dluwang, bukan abad ke 7, tapi tahun 1800-an ( abad 19). Diajarkan santri Tegalsari dari Garut Jawa Barat, untuk menyalin kitab-kitab yang diperlukan oleh pesantren.
Akulturasi sejarah yang dilakukan Bathara Katong yang dicatat babad Ponorogo adalah menempatkan tasbih di ujung kepala merak barongan reyog Ponorogo ( dadak merak) sebagai simbol ajakan bertasbih. Tidak admin temui di buku babad Ponorogo yang membahas soal balon udara.
Catatan yang admin temui soal tradisi lebaran di Ponorogo adalah mertjonan yang ditulis Raden Kartawibawa tahun 1920. Warok Ponorogo jika ingin duduk di depan saat ada keramaian, membawa mercon renteng, melilitkan di sekujur tubuh kemudian menyalakannya, penonton lain berlarian dan warok tersebut akhirnya bisa duduk di depan."
Patut Dicontoh! Pemuda Ponorogo Serahkan Balon Udara yang Akan Diterbangkan Saat Lebaran ke Polisi

Balon Udara dan Petasan
Melalui unggahannya yang lain, akun Semua Tentang Ponorogo memposting tulisan sebegai berikut:
"Sejarah Penemuan & Fungsi Awal Balon Udara Serta Petasan.
1. Balon udara, berdasar kajian ilmiah dipercaya dimulai di China pada masa abad ke 3 sebelum Masehi pada masa perang antar 3 dinasti. Awal balon udara adalah lampion kertas yang diterbangkan ahli strategi militer bernama Zhu Ge Liang sebagai sinyal permintaan bantuan saat pasukanya terkepung. Zhu Ge Liang mempunyai nama julukan Kongming, dan hingga sekarang di China lampion di sebut “Lentera Kongming”.
2. Petasan, dipercaya mulai dibuat sejak masa dinasti Han (abad ke-2 sebelum Masehi). Awalnya, petasan dibuat dalam bambu untuk perayaan tahun baru untuk menakut-nakuti mahluk gaib bernama Nian. Petasan yang lebih baik dibuat pada masa Dinasti Sung (960-1279) oleh seorang pendeta bernama Li Tian yang tinggal dekat kota Liu Yang di Provinsi Hunan. Pada era ini petasan mulai menggunakan bahan kertas.
Polisi Sita 59 Balon Udara dalam Razia Usai Lebaran di Ponorogo
3. Masuknya petasan ke Indonesia diperkirakan masuk para pedagang China ke Indonesia mulai sekitar tahun 1600-an. Hal ini diperkuat data larangan membakar petasan di musim kemarau oleh VOC Belanda tahun 1650 .
4. Aturan tentang petasan saat Indonesia merdeka mulai di atur tahun 1971 ketika terjadi insiden saat "pesta petasan” di Jakarta yang membuat 50 orang masuk rumah sakit. Presiden Suharto kemudian membuat aturan, petasan yang diijinkan bebas hanya jenis “lombok”.
5. Bab yang terkait dengan Ponorogo
Danlanud Iswahjudi Tegaskan Menerbangkan Balon Udara Boleh Asalkan
Catatan tertua yang berhasil admin temukan soal tradisi petasan, adalah catatan Raden Kartawibawa, berjudul “Mertjonan” di tulis tahun 1923.
Orang Ponorogo, bekerja keras dan menabung setahun penuh, menjual kayu bakar, menjual rumput, untuk dibelikan mercon. Malah ada yang sampai menjual sapi.
Ada cerita, di hari lebaran jika ada tontonan di alun-alun, para warok jika mau mencari tempat duduk di depan maka mereka mengalungkan mercon besar berenteng renteng di tubuh mereka kemudian menyalakanya. Orang berlarian takut terkena ledakan mercon, tapi saudara kita warok tidak apa apa, dan niat hatinya untuk duduk di depan bisa tercapai.
Kapolda Jatim Ancam Tindak Tegas Produsen dan Penjual Balon Udara
6. Bab balon udara, admin belum menemukan referensi ilmiah kapan tradisi ini mulai dilaksanakan di Ponorogo. Namun sekedar wawancara, tahun 1950-an sudah ada kegiatan menerbangkan balon utamanya dengan media kertas minyak.
Jadi, dari bagaimana awal mula tradisi penerbangan balon udara di Ponorogo ini muncul, belum diketahui secara pasti. Namun satu hal yang pasti adalah penerbangan balon udara itu kini dilarang. Selain menganggu penerbangan, balon udara yang jatuh juga bisa menyebabkan kebakaran apabila api untuk menerbangkannya belum padam.
Editor : Kaled Hasby Ashshidiqy
Baca Juga
- Ponorogo Masuk dalam 20 Daerah Rawan Politik Uang di Pemilu 2024
- Perhatian! Bupati Ponorogo Minta ASN & Kades Tak Gunakan Elpiji 3 Kg
- Tak Transparan soal Penanganan Kasus Pungli PTSL, Warga Demo Kejari Ponorogo
- Petugas Imigrasi Ponorogo Tangkap 5 Orang Sindikat Perdagangan Ginjal Internasional
- Ada Puluhan Event, Grebeg Suro Ponorogo Bakal Digelar Selama Sebulan Lebih
- Baru Enam Bulan, Target PAD 2023 di Telaga Ngebel Ponorogo Nyaris Terlampaui
- Aniaya Junior hingga Meninggal, 2 Santri Pondok Gontor Divonis 8 dan 4 Tahun Penjara
0 Komentar
Belum ada komentar, jadilah yang pertama untuk menanggapi berita ini.