Kenapa Warga Baru PSHT Harus Bawa Ingkung Ayam dan Pisang Raja? Ini Jawaban Ketum PSHT Pusat Madiun

Saat pengesahan warga, pesilat PSHT selalu membawa ingkung ayam dan pisang raja dua sisir.

Kenapa Warga Baru PSHT Harus Bawa Ingkung Ayam dan Pisang Raja? Ini Jawaban Ketum PSHT Pusat Madiun Ratusan pesilat PSHT mengikuti pengesahan warga baru, Kamis (20/8/2020). (Istimewa/Pemkot Madiun)

    Madiunpos.com, MADIUN -- Setiap bulan Sura, Persaudaran Setia Hati Terate (PSHT) Pusat Madiun selalu menggelar kegiatan pengesahan warga baru. Kegiatan pengesahan ini sebagai gerbang awal bagi seluruh anggota perguruan untuk diangkat menjadi warga PSHT secara resmi.

    Sehingga tidak mengherankan, ketika tanggal 1 Sura banyak pesilat PSHT dari berbagai daerah datang ke Padepokan Pusat PSHT di Kota Madiun untuk mengikuti kegiatan pengesahan. Selain itu, para pesilat ini juga hendak melakukan ritual nyekar di makam pendiri PSHT di TPU Pilangbango, Kota Madiun.

    Untuk menjadi warga PSHT memang tidak bisa instan. Sebelum menjadi warga, pesilat tersebut harus berlatih di tingkatan dasar. Mulai dari sabuk hitam, setelah itu sabuk merah muda, sabuk hijau, hingga sabuk putih.

    80.000 Orang Disahkan Jadi Warga Baru PSHT Pada Sura Tahun Ini

    Ketua Umum PSHT Pusat Madiun, R. Moerdjoko HW, mengatakan sebelum mengikuti pengesahan warga seluruh pesilat harus mengikuti latihan dari mulai dasar. Setelah itu, pesilat berhak mengikuti proses pengesahan warga.

    Tetapi, sebelumnya mereka akan melalui ujian seperti uji teknik yang telah dikuasi hingga materi tentang PSHT.

    “Materi yang diujikan ya seputar teknik, jurus, pengertian lambang PSHT, persaudaraan itu seperti apa, hingga ada tes tertulisnya,” kata dia saat ditemui Madiunpos.com di Padepokan PSHT Madiun, Jumat (21/8/2020).

    Moerdjoko menyebut setelah lulus ujian tersebut para pesilat akan disahkan sebagai warga. Pesilat ini juga berhak mengganti sabuk mereka dengan sabuk kain mori.

    Warga yang disahkan, kata dia, harus membawa ingkung ayam kampung satu ekor dan dua sisir pisang raja. Ingkung ayam yang dibawa sudah dalam keadaan siap makan.

    Lagi, Satu Pria Lansia di Ponorogo Meninggal Dunia karena Covid-19

    “Ingkung ayam kampung dan dua sisir pisang raja ini dimasukkan dalam besek. Itu diberikan kepada panitia saat pengesahan,” ujar Moerdjoko.

    Ingkung ayam dan pisang yang dibawa ini tidak boleh dimakan sendiri. Melainkan diserahkan kepada panitia. Setelah itu, panitia akan membagikannya di panti asuhan, pondok pesantren, dan masyarakat sekitar padepokan.

    “Ingkung dan pisang yang dibawa tidak boleh dimakan yang bawa. Setelah selametan selesai, langsung dibagikan,” kata dia.

    Lebih lanjut, ingkung ayam dan pisang tersebut dibagikan sebagai simbol pengorbanan warga baru. Ayam yang dijadikan ingkung pun merupakan ayam pilihan.

    “Itu menjadi bentuk pengorbanan warga baru. Selain itu juga bentuk syukur. Ini sudah menjadi tradisi yang turun temurun,” katanya.



    Editor : Abdul Jalil

    Get the amazing news right in your inbox

    Berita Terpopuler

    0 Komentar

    Belum ada komentar, jadilah yang pertama untuk menanggapi berita ini.

    Komentar Ditutup.