Kisah Fauzan, Penyandang Disabilitas yang Mencari Cuan di Dunia Digital

Salah satu penyandang disabilitas di Kota Madiun yang terjun di dunia digital adalah Fauzan Fadli Shani.

Kisah Fauzan, Penyandang Disabilitas yang Mencari Cuan di Dunia Digital Fauzan Fadli Shani, penyandang disabilitas muscular dystrophy asal Kota Madiun yang berkreasi di dunia digital saat sedang bekerja di rumahnya, Jumat (21/8/2021). (Abdul Jalil/Madiunpos.com)

    Madiunpos.com, MADIUN -- Keterbatasan fisik tidak menjadi hambatan untuk berkembang dan berkompetisi di era digital. Dunia digital bisa menjadi harapan sekaligus tantangan bagi penyandang disablitas.

    Salah satu penyandang disabilitas di Kota Madiun yang terjun di dunia digital adalah Fauzan Fadli Shani. Pemuda berusia 23 tahun itu mengalami Muscular Dystrophy atau distrofi otot sejak remaja. Kini Fauzan harus menggunakan kursi roda untuk beraktivitas.

    Ditemui di rumahnya, Jl. Salak Raya No. 56, Kelurahan Taman, Kecamatan Taman, Kota Madiun, Jumat (20/8/2021) siang, Fauzan terlihat sedang mengerjakan salah satu pekerjaan pembuatan web dari kliennya. Dengan duduk bersandar tembok dan kaki terjulur ke depan, Fauzan memelototi personal computer (PC) dengan dobel monitor miliknya.

    “Saat ini masih mengerjakan web pesanan dari instansi pemerintahan di Kota Madiun. Sudah 50% ini,” kata Fauzan.

    Tekan Angka Kematian karena Covid-19, Petugas Mulai Jemput Warga yang Isoman di Madiun

    Pemuda berkacamata ini mengatakan dunia digital bisa menjadi masa depannya. Untuk itu, ia serius mendalami dan terus meningkatkan kemampuannya untuk menjadi seorang programmer dan wirausaha di bidang digital.

    Menurut dia, dunia digital menjadi medium baru yang bebas dari diskriminasi penyandang disabilitas seperti dirinya. Orang menggunakan jasanya karena kualitas layanan yang diberikan. Klien bisa datang dari mana saja tanpa harus bertemu dirinya. Dia pun tidak perlu sering keluar rumah untuk melakukan pertemuan dengan pengguna jasa. Terlebih dengan kondisi fisiknya yang memang sulit jika harus terus menerus keluar rumah.

    Flyer ja IT milik Fauzan. (Istimewa)

    Sarjana Teknik Informatika Universitas PGRI Madiun (Unipma) itu menuturkan setiap hari dirinya berada di kamar berukuran 3 meter X 3 meter yang menjadi tempat tidur sekaligus ruang bekerjanya. Di tempat itu, dia mengerjakan semua pekerjaan yang berhasil didapatkannya.

    Selain menggarap web pesanan dari instansi pemerintah, Fauzan saat ini juga menggarap desain grafis untuk akun media sosial tokoh politik di Kota Madiun. Selain juga mengerjakan pekerjaan-pekerjaan lain seperti multimedia pembelajaran, video disclaimer, video profile, social media post, dan lainnya.

    Fauzan juga menawarkan kemampuannya itu di berbagai platform. Selain itu, dia juga menjadi penulis lepas di salah satu website bertema teknologi.

    Dia menceritakan dirinya mengalami distrofi otot sejak masih kecil. Namun saat usia sekolah dasar, dia masih bisa berkativitas seperti anak pada umumnya. Kondisi itu semakin memburuk dari tahun ke tahun. Hingga akhirnya pada saat sekolah di MAN 1 Kota Madiun, dia sudah menggunakan kursi roda untuk menunjang aktivitasnya.

    Digadang-Gadang Jadi Bahan Pangan Masa Depan, Ternyata Segini Harga Beras Porang

    Meski dalam kondisi yang sulit, dia pun memberanikan diri untuk melanjutkan kuliah di Unipma pada tahun 2016. Selama kuliah, dia selalu didukung orang tua dan teman-temannya.

    “Kalau berangkat sekolah sampai kuliah ya diantar sama orang tua. Di kelas ya pakai kursi roda. Saya lulus dari Unipma pada September 2020 lalu,” ujar anak pertama dari pasangan Edi Paujiyani dan Rina Nurul Makrufah itu.

    Hasil dari berkreasi di dunia digital tersebut pun bisa menjadi sumber penghidupannya. Selain itu, juga untuk membeli berbagai perangkat penunjang kerjanya berupa perangkat komputer senilai Rp17 juta.

    Sebelumnya, Fauzan juga sempat menjadi guru IT di salah satu sekolah di Kabupaten Madiun. Namun, karena suatu hal, dia memutuskan untuk mengundurkan diri dan kembali fokus pada usahanya di dunia digital.

    Sehari-hari berada di kamar juga membuat Fauzan terkadang merasa jenuh. Untuk memecah kejenuhan dan kebosanan itu, Fauzan biasanya menyediakan waktu untuk menonton film hingga bermain game online.

    “Terkadang saya juga memanggil teman-teman kuliah atau teman guru untuk mampir ke rumah, kita main game bersama,” ujarnya.

    Ibu Fauzan, Rina Nurul Makrufah, mengatakan anaknya memiliki kemauan kuat untuk belajar. Bahkan, Fauzan kerap kali mencari pelatihan online untuk menunjang kemampuannya. Dia mendukung apa yang dilakukan anaknya itu.



    Editor : Abdul Jalil

    Get the amazing news right in your inbox

    Berita Terpopuler

    0 Komentar

    Belum ada komentar, jadilah yang pertama untuk menanggapi berita ini.

    Komentar Ditutup.