Perjuangan Tiwi, Potret Ibu Pekerja yang Sukses Berikan ASI Eksklusif saat Pandemi Covid-19 (Bagian II)

Banyak tantangan yang harus dihadapi seorang ibu pekerja saat menyusui di masa pandemi Covid-19.

Perjuangan Tiwi, Potret Ibu Pekerja yang Sukses Berikan ASI Eksklusif saat Pandemi Covid-19 (Bagian II) Panduan menyusui di masa pandemi Covid-19. (Madiunpos.com)

    Madiunpos.com, MADIUN -- Pandemi Covid-19 menjadi tantangan tersendiri bagi Tiwi dalam memberikan ASI kepada anaknya. Terlebih ia adalah seorang ibu yang juga bekerja di tempat publik. Pekerjaannya mengharuskan bertemu banyak orang. Sehingga ia harus lebih berhati-hati dan lebih disiplin protokol kesehatan.

    Seusai pulang bekerja, Tiwi tidak langsung menggendong dan bermain dengan anaknya. Ia langsung mandi dan mengganti pakaian. Setelah kondisi badan segar dan bersih, baru dia berani menggendong dan menyusui anaknya.

    “Mandi setelah pulang bekerja, selain membersihkan badan juga supaya mood jadi lebih baik. Sehingga bisa lebih nyaman dan senang saat menyusui,” ujar perempuan yang tergabung dalam Asosiasi Ibu Menyusui Indonesia (AIMI) Madiun itu.

    Kisah Fauzan, Penyandang Disabilitas yang Mencari Cuan di Dunia Digital

    Selama masa pandemi, dia mengakui bebannya sebagai ibu rumah tangga dan ibu pekerja bertambah. Saat di rumah, Tiwi harus membimbing kedua anaknya yang sedang belajar daring. Selain harus merawat anak ketiganya yang masih berusia 15 bulan.

    Sedangkan di kantor, lanjut dia, pandemi juga menjadi masa yang sangat berat. Pekerjaannya di kawasan mal dan hotel itu sangat terdampak pandemi. Pengunjung merosot drastis dan banyak tenant yang tutup.

    “Pada masa pandemi memang menjadi bagian yang sangat sulit di pekerjaan. Saat sampai rumah, harus membantu kedua anak belajar online. Itu juga dibantu suami, ada mata pelajaran yang memang ditanyakan ke saya dan ada juga yang ditanyakan ke suami,” jelasnya.

    Kegiatan konsultasi ASI yang diselenggarakan AIMI Madiun secara online. (Istimewa/AIMI Madiun)

    Pandemi Covid-19 memang membuat orang harus lebih waspada dan berhati-hati dalam beraktivitas. Termasuk ibu menyusui. Meski demikian, menyusui sangat disarankan untuk diberikan kepada anak. Terlebih di situasi seperti sekarang, supaya imunitas anak terbentuk secara optimal.

    Bikin Kebal

    Konselor laktasi, Agnes Meriyam Natalenda, menuturkan pemberian ASI eksklusif sangat penting diberikan kepada bayi. Selain meningkatkan sistem kekebalan tubuh bayi, juga membuat si kecil cerdas, berat badan ideal, tulang bayi lebih kuat, memperkuat hubungan ibu dan anak, dan lainnya.

    Bagi ibu pekerja yang masih menyusui, lanjut Agnes, juga tidak ada alasan untuk tidak memberikan ASI eksklusif bagi si buah hati. Paling tidak hingga usia enam bulan bahkan dilanjut hingga usia dua tahun atau lebih. Salah satu caranya bisa dengan memompa ASI atau memerah ASI dari payudara dengan menggunakan pompa. ASI yang telah dipompa bisa disimpan di lemari pendingin. Sehingga ibu menyusui bisa tenang saat sedang bekerja.

    Waduh, Harga Porang di Madiun Turun Jadi Rp7.000 Per Kilogram

    “Ketika persediaan ASI perah di rumah tercukupi, tentu ibu yang sedang bekerja bisa lebih tenang. Tetapi, juga perlu diperhatikan pemberian ASI perah ke anak harus yang benar. Ibu menyusui harus berkomunikasi dengan pengasuh anak di rumah,” ujar Ketua Asosiasi Ibu Menyusui Indonesia (AIMI) Madiun itu Senin (16/8/2021).

    Agnes menyarankan pemberian ASI perah ke anak tidak menggunakan botol dot. Ibu menyusui bisa menggunakan beberapa media pemberian ASI perah, seperti cup feeder atau gelas khusus yang didesain untuk memberikan ASI perah. Bisa juga dengan gelas sloki berukuran kecil dan terbuat dari kaca, sendok, pipet, dan spuit tanpa jarum suntik.

    Jangan Dot

    Pemberian ASI perah melalui media botol dot bisa berdampak buruk pada si anak ketika dilakukan secara terus menerus. Dampaknya seperti bayi susah mengisap puting susu ibu, bayi menolak menyusui langsung dari payudara, dan bayi sulit melekatkan mulut ke puting ibu.

    “Tidak disarankan menggunakan media botol dot untuk memberikan ASI perah. Kalau sudah kenal dot, bayi jadi bingung puting. Sehingga akan menolak jika akan disusui ibunya. Kondisi ini membuat produksi ASI ibu juga tidak maksimal. Banyak ibu-ibu yang takut pakai media selain dot karena takut tersedak. Padahal, jika pemberiannya benar tidak akan tersedak. Selain itu memang harus telaten,” jelasnya.

    Hasil Menjanjikan, Jokowi Minta Porang Tak Diekspor dalam Bentuk Mentah

    AIMI Madiun, kata dia, juga menyediakan konseling laktasi bagi ibu menyusui di wilayah Madiun Raya. Sebagian besar kliennya mengeluhkan anaknya bingung puting. Artinya, si bayi tidak mau menyusui ke payudara ibunya.

    Untuk kasus tersebut, biasanya akan dilakukan relaktasi atau program mulai menyusui kembali setelah sempat berhenti.

    “Dulu sebelum pandemi, kami membuat kelas konseling laktasi secara tatap muka. Tetapi karena pandemi Covid-19, saat ini dilakukan secara online. Di AIMI Madiun punya empat konselor laktasi. Selama ini sudah ada ratusan ibu menyusui yang sudah konseling,” terangnya.



    Editor : Abdul Jalil

    Get the amazing news right in your inbox

    Berita Terpopuler

    0 Komentar

    Belum ada komentar, jadilah yang pertama untuk menanggapi berita ini.

    Komentar Ditutup.