Anti-Mainstream! Pria di Madiun Ini Bikin Brem Rasa Daun Kelor

Kalau biasanya variasi brem didominasi rasa buah-buahan dan cokelat, tetapi apa jadinya jika brem dibuat dengan rasa daun kelor.

Anti-Mainstream! Pria di Madiun Ini Bikin Brem Rasa Daun Kelor Romadhon, pengrajin brem kelor dari Desa Kaliabu, Kecamatan Mejayan, Kabupaten Madiun menunjukkan produksi brem kelor, Sabtu (21/11/2020). (Abdul Jalil/Madiunpos.com)

    Madiunpos.com, MADIUN -- Kalau biasanya variasi brem didominasi rasa buah-buahan dan cokelat, tetapi apa jadinya jika brem dibuat dengan rasa daun kelor. Hal itu yang dibuktikan oleh seorang pengrajin brem dari Desa Kaliabu, Kecamatan Mejayan, Kabupaten Madiun.

    Pengrajin brem itu adalah Romadhon, 40. Dia mencoba menciptakan variasi rasa baru brem dengan bahan herbal, daun kelor. Setelah melakukan berbagai percobaan, akhirnya ia berhasil meracik brem yang diberi ekstrak daun kelor.

    Awak Madiunpos.com mencoba brem produksi Romadhon itu. Rasanya seperti brem pada umumnya, saat dimakan langsung mencair di mulut. Rasanya manis dan ada sedikit rasa asam. Selain itu, di brem ini pun ada rasa daun kelornya.

    Pemkot Madiun Dukung Reaktivasi Jalur KA Madiun-Slahung

    Kalau warna brem pada umumnya putih kekuning-kuningan, tetapi untuk brem kelor ini warnanya lain. Yakni putih kehijau-hijauan.

    Bagi yang belum tahu, Desa Kaliabu merupakan desa produsen brem di Kabupaten Madiun. Hampir seluruh brem yang ada di wilayah ini diambil dari Desa Kaliabu.

    Brem kelor produksi Romadhon, pengrajin brem dari Desa Kaliabu, Kecamatan Mejayan, Kabupaten Madiun. (Abdul Jalil/Madiunpos.com)

    Romadhon mengatakan pembuatan brem kelor ini tidak ada bedanya dari pembuatan brem pada umumnya. Pembedanya hanya ada di pencampuran serbuk ekstrak daun kelor.

    “Untuk pembuatan bremnya sama, mulai dari ketan dimasak sampai matang. Terus diberi ragi sampai jadi sari ketannya. Kemudian diberi serbuk daun kelor,” kata dia saat ditemui di rumahnya, Sabtu (21/11/2020).

    Bapak dua anak ini menceritakan sebenarnya ia telah memproduksi brem daun kelor sejak 2017 lalu. Tetapi, brem jenis ini tidak terlalu laku di pasaran.

    Kafe di Kota Madiun Terbakar, Ini Penyebabnya

    Masyarakat masih terngiang dengan mitos daun kelor yang biasanya digunakan untuk memandikan jenazah. Padahal daun kelor ini memiliki sejumlah manfaat bagi kesehatan tubuh. Daun kelor kaya akan antioksidan dan senyawa tanaman bioaktif.

    “Kandungan kelor di brem ini juga tidak hilang. Itu sudah kami buktikan setelah diuji di laboratorium di Surabaya,”ujar Romadhon.

    Dia mengungkapkan ide pembuatan brem daun kelor ini berawal dari permintaan seorang kiai Pondok Modern Sumber Daya At-Taqwa (Pomosda) Nganjuk, Jawa Timur. Hal ini karena pondok tersebut sedang gencar-gencarnya mengkampanyekan tanaman herbal, termasuk daun kelor.

    Mulai dari Fenomena Blue Fire, Inilah Beberapa Fakta Menarik Tentang Kawah Ijen

    Saat ini sebagian besar produksi brem kelornya dijual di Pomosda Nganjuk. Sedangkan untuk di wilayah Madiun, brem kelor ini belum begitu diminati.

    “Ya karena itu mitos tentang daun kelor ini kan ada sisi mistisnya. Sales yang biasanya menjualkan produk saya juga tidak berani mengambil brem kelor. Padahal di Nganjuk, brem kelor ini sangat laku,” katanya.

    Meski demikian, Romadhon tidak langsung menghentikan produksi brem kelor ini. Menurutnya justru di sini tantangannya untuk mengenalkan produk brem herbal tersebut.

    Dia meyakini ketika masyarakat tahu manfaat daun kelor pasti mau menikmati brem varian rasa ini.

    Kisah Malang Kakek Basri Diseret ke Aspal Gara-Gara Minta Rokok

    Untuk harga brem kelor ini, lanjutnya, memang lebih mahal dibandingkan brem lainnya. Untuk harga satu bungkus berisi satu keping brem kelor dihargai Rp2.500, sedangkan untuk brem originial harganya Rp4.000 untuk satu bungkus berisi tiga keping.

    “Untuk brem kelor ini, saya membuatnya sepekan sekali. Sekitar 500 keping dalam sekali produksi,” ujar Romadhon.



    Editor : Abdul Jalil

    Get the amazing news right in your inbox

    Berita Terpopuler

    0 Komentar

    Belum ada komentar, jadilah yang pertama untuk menanggapi berita ini.

    Komentar Ditutup.