Bekali Alumni dengan Ilmu Kewirausahaan, Unipma Hadirkan Pengusaha Sukses

Pada hari kedua Pembekalan Alumni Unipma yang digelar secara virtual, Selasa (9/11/2021), Unipma menghadirkan pengusaha dari berbagai bidang untuk memberikan motivasi dan sharing tentang dunia kewirausahaan.

Bekali Alumni dengan Ilmu Kewirausahaan, Unipma Hadirkan Pengusaha Sukses Patrisia Irdhani Anindita, pengusaha laundry dan produk sarang burung walet menjadi pembicara dalam Pembekalan Alumni Unipma secara virtual, Selasa (9/11/2021). (Istimewa)

    Madiunpos.com, MADIUN -- Kewirausahaan menjadi hal penting yang harus dikuasai para lulusan dari Universitas PGRI Madiun (Unipma). Untuk itu ratusan alumni Unipma dibekali dengan materi khusus terkait kewirausahaan.

    Pada hari kedua Pembekalan Alumni Unipma yang digelar secara virtual, Selasa (9/11/2021), Unipma menghadirkan pengusaha dari berbagai bidang untuk memberikan motivasi dan sharing tentang dunia kewirausahaan. Ketiga narasumber adalah Tomy Listiawan yang merupakan Direktur PT Insan Cendekia Nusantara yang bergerak di bidang informatika, kuliner, start up. Kemudian ada Patrisia Irdhani Anindtha, seorang pengusaha di bidang laundry dan kuliner. Serta Saiful Islam dari Telkomsel.

    Tomy Listiawan menyampaikan saat ini perusahaannya memiliki enam entitas bisnis, yang terdiri dari berbagai bidang. Sebelum membangun perusahaan itu, Tomy menceritakan kisah hidupnya.

    Sejak duduk di bangku SMA, Tomy bercerita dirinya sudah memiliki jiwa wirausaha. Kala itu, dia tinggal di rumah indekos yang ada di sekitar kampus Akper di Tulungagung.

    Ratusan Alumni Unipma Ikuti Pembekalan Selepas dari Kampus

    “Saat itu, saya melihat ada peluang bahwa di kampus Akper biasanya banyak yang membutuhkan jasa pengetikan. Sehingga saat itu, komputer saya yang saya sulap untuk jasa printing dan pengetikan. Saat itu tahun 2000-an. Karena saya berpikir, pasarnya sudah ada yaitu mahasiswa Akper,” jelas dia.

    Ternyata usahanya itu berkembang, hingga akhirnya dia bisa membuka dua tempat rental komputer. Namun, lambat laut tren rental komputer lesu karena terganti dengan laptop. Akhirnya usahanya berganti dengan mendirikan toko seluler atau jual beli HP dan pulas. Usahanya itu pun berkembang pesat, hingga memiliki tiga toko.

    “Dua di Tulungagung dan satu di Malang,” kata Tomy.

    Setelah lulus sarjana tahun 2008, semua aktivitas usahanya itu ditutup. Tomy selanjutnya fokus melanjutkan studi jenjang S2 dan S3.

    “Setelah lulus, jiwa untuk melanjutkan bisnis muncul kembali. Dari situ saya mulai mendirikan start up bernama Grabpay.id dan Agrecash. Dua start up ini bergerak di bidang agregator pembayaran,” ceritanya.

    Dia menuturkan menjalankan bisnis memang dinamis. Bisnis semakin lama akan semakin menemukan bentuknya dan peluang baru. Setelah sukses menjadi agregator pembayaran, kini start up digital itu juga mengambangkan aplikasi digital payment.

    Alhamdulillah, 579 Buruh Tani Tembakau dan Buruh Pabrik Rokok di Madiun dapat BLT Rp1,2 Juta

    Tomy menyampaikan untuk membangun sebuah bisnis memang harus memiliki keberanian untuk mencoba. Selain itu, juga harus peka terhadap masalah. Seorang pengusaha itu haru peka untuk menemukan masalah, setelah itu menciptakan solusinya.

    Begitu juga yang dikayakan Patrisia Irdhani Anindita, seorang pengusaha bidang laundry dan kuliner berbahan sarang burung walet. Sebelum terjun di dunia usaha, Patrisia bercerita dirinya adalah seorang karyawan perusahaan properti besar. Dia telah menjalani kehidupan mapan sebagai seorang karyawan sejak 2011 hingga 2018.

    “Resign dari perusahaan, aku kemudian menjadi tenaga ahli di Kementerian Pariwisata. Di situ, aku bergaul dengan beragam orang dari berbagai background,” kata dia.

    Dirinya pun memberanikan diri untuk terjun di dunia wirausaha. Saat itu, dia membeli franchise laundry pakaian. Pertama kali terjun di dunia wirausaha, Patrisia mengaku kaget karena keuntungannya sangat kecil dan dirinya harus berpikir untuk menjalankan usaha 24 jam.

    “Wirausaha ini sesuatu yang baru. Satu bulan, dua  bulan, tiga bulan, ternyata tantangannya banyak banget. Kalau jadi karyawan kan kerja jam 8 pagi sampai jam 5 sore. Kita bisa istirahat. Tetapi kalau pengusaha itu otak kita harus muter 24 jam,” ujarnya.

    Madiun Masih Level 2 PPKM, Bupati Ungkap Sulitnya Menyuntik Vaksin Warga Lansia

    Karena bergerak di bidang jasa, Patrisia mengaku kerap mendapat komplain dari customer. Hal ini karena banyak baju customer yang hilang. Selain itu ada juga karyawan yang tidak bisa dipercaya.

    Menurutnya, berbisnis memang harus memiliki ilmunya. Supaya dalam menjalankan usaha bisa mendapatkan keuntungan.

    “Awal mulai bisnis, saya pun kerap mengikuti webinar bisnis, kursus entrepreneur,”katanya.

    Membuka usaha laundry tahun 2018, dia menuturkan baru merasakan profit yang lumayan pada 2020. Namun, hal itu tidak bertahan lama. Karena setelah itu ada pandemi Covid-19 yang saat itu benar-benar memperburuk keadaan. Awal pandemi, jumlah pakaian yang di-laundry pun turun dari 150 kg per hari menjadi 20 kg.

    Padahal dirinya harus tetap menggaji tiga orang karyawan. Kala itu, dirinya memutuskan untuk memangkas biaya produksi.

    Dia pun tidak anti berinovasi, waktu itu inovasinya adalah menciptakan detergen, pelembut pakaian, parfum, pelicin pakaian, sendiri. Setelah berhasil menemukan formula yang pas, akhirnya dia pun memberanikan diri untuk menjual produk detergen dan lainnya itu.

    Wali Kota Tegaskan Depan Plaza Madiun Steril Kendaraan Parkir

    “Saat itu detergen dan pelicin pakaian dan lainnya itu dijual di market place. Itu pun tidak mudah kan. Aku pun mulai dengan door to door. Ada teman yang mau beli, aku suruh lewat market place dan diminta memberikan review. Ini sangat penting di digital marketing,” kata Patrisia.

    Dia juga berpesan naik turun di dunia usaha itu menjadi hal yang biasa. Selain itu, dia meminta selalu menjaga link atau jaringan. Menurutnya, hal itu penting untuk menunjang kesuksesan dalam berwirausaha.

    Hingga akhirnya, dia pun memiliki tetangga yang bergerak di bidang usaha sarang burung walet. Barang yang tidak layak ekspor, biasanya tidak digunakan. Dari situ, dia pun berkolaborasi dengan tetangganya itu untuk memproduksi minuman sehat dari sarang burung walet.

    Dalam kondisi pandemi Covid-19, kata dia, minuman dari sarang burung walet ini menjadi inovasi bisnis yang banyak diburu. Karena masyarakat sudah tahu manfaat sarang burung walet bagi kesehatan.

    Berbisnis makanan pun memiliki tantangannya sendiri. Karena harus mempunyai BPOM maupun sertifikat halal dari MUI.

    Wakil Rektor III Unipma, R. Bekti Kiswardianta, mengatakan menumbuhkan jiwa wirausaha ini merupakan bisi dan misi kampus ini. Sehingga bisa meluluskan para alumni yang cerdas dan berdaya saing.

    Dia menyampaikan lulusan Unipma selama ini juga banyak yang terjun di dunia usaha. Bahkan sekitar 50% alumni berkecimpun di dunia wirausaha. Pembekalan kewirausahaan bagi alumni ini tentu sangat penting.

    “Jiwa wirausaha itu dibutuhkan keberanian. Berani mencoba dan melakukan. Tanpa keberanian itu hanya teori. Dan pihak kampus selalu mendukung itu,” katanya. (ADV)



    Editor : Abdul Jalil

    Get the amazing news right in your inbox

    Berita Terpopuler

    0 Komentar

    Belum ada komentar, jadilah yang pertama untuk menanggapi berita ini.

    Komentar Ditutup.