Mengenal Herd Immunity, Dipakai Swedia Hadapi Corona Tapi Tak Cocok Di Indonesia

Herd immunity dipakai di Swedia untuk hadapi covid-19 namun tak cocok dipakai di Indonesia karena tingginya angka kematian yang ditimbulkan.

Mengenal Herd Immunity, Dipakai Swedia Hadapi Corona Tapi Tak Cocok Di Indonesia Ilustrasi herd immunity atau kekebalan komunal. (verywellhealth.com)

    Madiunpos.com, MADIUN --Sebagian besar negara mengambil kebijakan lockdown untuk meredakan pandemi virus corona atau Covid-19 seperti di Italia dan Spanyol. Namun ada sebagian kecil negara yang justru emoh menerapkan lockdown seperti Swedia. Negara ini mengandalkan herd immunity untuk membatasi penyebaran Covid-19.

    Jadi, apa sih herd immunity itu?

    Belakangan ini herd immunity ramai dibahas lantaran diklaim ampuh memperlambat persebaran virus corona. Lantas, apa yang dimaksud herd immunity dan bagaimana cara kerjanya?

    Dikutip dari Aljazeera, Senin (23/3/2020), herd immunity adalah situasi saat orang dalam populasi tertentu mempunyai kekebalan terhadap penyakit. Cara ini diklaim efektif menghentikan persebaran penyakit tersebut.

    Ngeri, Ada Kampung Narkoba Ala Kolombia di Palangkaraya

    Kekebalan tubuh bisa berasal dari vaksinasi atau dari orang yang terjangkit penyakit itu sebelumnya. Dalam kasus pandemi corona ini bisa digambarkan semakin banyak yang terinfeksi, maka bakal lebih banyak orang yang sembuh dan kemudian menjadi kebal.

    Penjelasan

    Martin Hibberd, profesor penyakit menular dari London School of Hygiene mengatakan jika sekitar 70 persen dari populasi yang terinfeksi telah pulih, maka kemungkinan wabah penyakit jauh lebih sedikit. "Sebab kebanyakan orang resisten [kebal] terhadap infeksi. Inilah yang disebut herd immunity," terangnya.

    Lantas, apakah mampu memperlambat persebaran virus corona?

    Hasil penelitian terbaru menyebutkan satu orang terinfeksi virus corona bakal menularkan kepada sekitar 2-3 orang lain. Jika tidak ada tindakan yang diambil, maka herd immunity bakal meningkat antara 50-70 persen. Sehingga sisa populasi menjadi kebal.

    Mengenal Institut Virologi Wuhan, Lab Misterius Yang Disebut Jadi Asal Kemunculan Covid-19

    "Dari sudut pandang epidemologi, triknya adalah mengurangi jumlah orang yang kontak dengan kita. Sehingga kita dapat menurunkan jumlah orang yang terinfeksi. Jadi herd immunity dimulai lebih awal," terng Matthew Baylis, profesor dari Institute of Infection, Veterinary and Ecological Sciences di Liverpool University.

    Menurut pakar epidemiologi Universitas Padjajaran (Unpad), Panji Fortuna Hadisoemarto, secara teori, kalau suatu penyakit menular sudah menginfeksi sejumlah tertentu di suatu kelompok masyarakat, otomatis herd immnunity terbentuk.

    "Dengan asumsi infeksinya akan menimbulkan kekebalan," jelas Panji kepada Liputan6.com, Minggu (5/4/2020).

    Minta Pasien Covid-19 Disuntik Disinfektan, Entah Apa Yang Merasukimu Trump

    Namun sebelum kekebalan ini terbentuk, lanjut Panji, mayoritas kelompok masyarakat mesti terinfeksi terlebih dahulu. Semakin menularkan suatu penyakit, semakin banyak penduduk yang terinfeksi sebelum terbentuknya herd immunity.

    Panji menjelaskan, kekebalan kelompok diterapkan pada suatu populasi yang tak menerapkan karantina wilayah maupun intervensi lain yang menjegal laju penyebaranaan virus. Jadi virus dibiarkan menginfeksi ke seluruh kelompok masyarakat sampai terbentuk herd immunity dengan sendirinya.

    Kematian Tinggi

    Panji menyebut jika hal itu dilakukan di Indonesia dalam wabah Covid-19 ini, maka 75 persen penduduk Indonesia terinfeksi virus corona. Hal itu dengan catatan pemerintah tidak melakukan intervensi apa-apa, termasuk karantina wilayah dan pembatasan sosial bersekala besar (PSBB).

    Soal Teka-Teki Asal Covid-19, Presiden Trump dan Intelijen AS Beda Pendapat

    "Apa pun yang bisa menurunkan penularan. PSBB pun bisa menurunkan penularan, tapi mungkin tidak cukup untuk 'menghentikan' penularan," papar Panji.

    Panji pun memprediksi bahwa jika kelompok besar masyarakat Indonesia sudah terinfeksi, maka persentase angka kematiannya tak seperti saat ini yang mencapai sekitar delapan persen. Namun secara nominal angkanya sangat jauh melambung.

    "Kalau kematian dari yang terinfeksi akan jauh lebih kecil dari delapan persen. Yang dilaporkan sekarang kan hanya dari yang terdiagnosis dan dirawat di RS. Artinya mereka yang sakitnya berat sampai sangat berat. Tapi dari sekian banyak yang terinfeksi, sebagian besar akan sakit ringan bahkan tidak bergejala," ungkapnya.

    Ini 7 Keistimewaan Penghafal Al-Quran Yang Tak Dimiliki Manusia Lain

    Panji mengasumsikan jika sebagian besar sudah terinfeksi, angka kematiannya berkisar antara satu sampai dua persen saja. Namun satu sampai dua persen dari total 75 persen penduduk Indonesia angkanya bukan main-main.

    "Kalau dari yang terinfeksi mungkin 1-2 persen saja. Saya pikir 1,5-2,5 juta kematian kalau tidak ada intervensi itu angka yang reasonable," kata Panji.

    Angka tersebut bukanlah angka yang sedikit. Artinya jika pemerintah Indonesia tak melakukan intervensi laju penyebaran virus Corona, sekitar satu setengah hingga dua setengah juta penduduk Indonesia akan terbunuh karena virus ini.

    Maka, lanjut Panji, cara paling efektif untuk menekan angka kematian itu dengan cara menurunkan jumlah kasus baru secara maksimal serta meningkatkan kesembuhan bagi yang sudah terinfeksi. Langkah ini dilakukan dengan cara melakukan isolasi dan karantina.

    Jemput Santri Temboro, Pria Asal Jombang Meninggal Mendadak di Madiun

    "Dan semoga nanti ada vaksin. Obat bisa meningkatkan dan mempercepat kesembuhan, artinya akan menurunkan penularan juga (karena masa penularan dipersingkat)," jelas Panji.

    Puncak Mei

    Dari pemodelan yang ia lihat, puncak kasus Covid-19 di Indonesia akan terjadi di bulan Mei nanti. Namun menurut dia, setiap daerah akan berbeda-beda mengalami puncak wabah ini.

    "Saya rasa cukup reasonable. Tapi menurut saya puncak ini akan dialami di waktu yang berbeda, untuk wilayah yang berbeda di Indonesia. Jakarta akan mencapai puncak lebih cepat dari tempat lain karena mulainya juga lebih cepat," terangnya.

    Terakhir, Panji pun berpesan agar pemerintah mendengarkan rekomendasi dari para ahli jika ingin terlepas dari mimpi buruk ini. "Tolong dengarkan masukan ahli. Soalnya sudah begitu banyak masukan, rasanya tidak didengar," pungkasnya.



    Editor : Kaled Hasby Ashshidiqy

    Get the amazing news right in your inbox

    Berita Terpopuler

    0 Komentar

    Belum ada komentar, jadilah yang pertama untuk menanggapi berita ini.

    Komentar Ditutup.