Mengenal Kesenian Ludruk, Salah Satu Budaya Jawa Timur yang Hampir Punah

Ludruk merupakan kesenian asli Jawa Timur berbentuk teater yang hampir punah tergerus arus perubahan zaman.

Mengenal Kesenian Ludruk, Salah Satu Budaya Jawa Timur yang Hampir Punah Pementasan Ludruk Misteri Watu Blorok, Dusun Rayung, Desa Kapuharjo, Kec. Kudu, Kab. Jombang, Jawa Timur. (Instagram/@ludrukkaryabudaya)

    Madiunpos.com, MADIUN – Era globalisasi membuat kesenian tradisional asli rakyat Indonesia terus tergerus. Salah satu kesenian yang mulai ditinggalkan adalah ludruk, keseniaan tradisional asal Jawa Timur (Jatim). Pada masanya, kesenian ini sangat digandrungi karena dapat membuat banyak orang terhibur.

    Dikutip dari Wikipedia, Ludruk merupakan kesenian drama tradisional Jatim. Kesenian ini diperagakan di sebuah panggung dan bercerita tentang kehidupan rakyat sehari-hari, cerita perjuangan dan sebagainya yang diselingi dengan lawakan serta diiringi gamelan sebagai musik.

    Berbeda dengan ketoprak dari Jawa Tengah dan Yogyakarta, lenong dari DKI Jakarta, maupun longser dari Jawa Barat. Keempat kesenian tersebut merupakan drama tradisonal yang bersifat menghibur namun biasanya bercerita atau mengambil kisah zaman dulu (sejarah, dongeng, maupun legenda) dan bersifat menyampaikan pesan tertentu.

    Dengan Tis-Tas, Gubernur Jawa Timur Tidak Mau Ada Anak Putus Sekolah

    Sementara itu, kesenian ludruk bersumber pada spontanitas kehidupan rakyat, disampaikan dengan penampilan dan bahasa yang mudah dicerna masyarakat luas. Ludruk berfungsi sebagai hiburan, pengungkapan suasana kehidupan masyarakat, serta tempat penyaluran kritik sosial.

    Dikutip dari Pesonatravel, ludruk kali pertama muncul pada 1890, dicetuskan oleh Gangsar, seorang seniman dari Desa Pandan, Kecamatan Pandaan, Kabupaten Pasuruan, Jatim. Awalnya, ludruk berbentuk sangat sederhana, hanya ngamen dan jogetan. Kemudian, ia berkembang ditambah dengan berbagai macam kesenian Jatim lain seperti parikan atau puisi Jawa modern dan dialog.

    Dalam perjalanannya, Gangsar melihat seorang lelaki sedang mengendong anaknya yang menangis. Lelaki ini berpakain perempuan, Gangsar menggap hal ini lucu dan menarik. Akhirnya ia bertanya apa alasan lelaki itu memakai pakaian perempuan.

    Pemkot Madiun Berencana Menjadikan Jl. Thamrin Satu Arah

    Menurut lelaki itu, baju perempuan yang ia kenakan dapat mengelabui anaknya dan membuat anaknya merasa dia digendong oleh ibunya. Peristiwa tersebut akhirnya menjadi asal mula munculnya semua pemain ludruk adalah laki-laki. Tarian yang dimainkan dalam kesenian ini adalah dengan cara gedrug-gedrug, sehingga dinamakan ludruk.

    Dalam pementasannya, ludruk biasa dimulai dengan Tarian Remo khas Jatim serta diselingi dengan pementasan seorang tokoh yang memerankan Pak Sakera, seorang jagoan asal Madura. Dialog dan monolog dalam ludruk bersifat menghibur dan membuat penontonnya tertawa dengan bahasa khas Surabaya. Bahasa lugas yang digunakan pada ludruk membuatnya mudah dimengerti semua orang.

    Tangkap Pencuri Ponsel, Dua Siswa Madiun Ini Diganjar Penghargaan dari Polisi

    Di tengah budaya asing yang banyak menginfiltrasi, ludruk semakin sepi peminat. Meski demikian, masih ada orang-orang yang berupaya melestarikannya dalam bentuk teater tradisional. Jika dulu ludruk berfungsi sebagai penyalur kritik sosial, sekarang kesenian ini hanya sebuah pertunjukan yang bersifat menghibur dan membuat penonton tertawa.



    Editor : Kaled Hasby Ashshidiqy

    Get the amazing news right in your inbox

    Berita Terpopuler

    0 Komentar

    Belum ada komentar, jadilah yang pertama untuk menanggapi berita ini.

    Komentar Ditutup.