Sukarelawan Penjaga Perlintasan KA, Potret Pahlawan di Jalanan

Warga Desa Klagenserut, Kecamatan Jiwan, Madiun, berinisiatif untuk menjadi sukarelawan penjaga perlintasan kereta api tanpa palang pintu di desa mereka.

Sukarelawan Penjaga Perlintasan KA, Potret Pahlawan di Jalanan Sukarelawan penjaga perlintasan sebidang KA Klagenserut, Kecamatan Jiwan, Kabupaten Madiun, saat bertugas, Senin (9/11/2020). (Abdul Jalil/Madiunpos.com)

    Madiunpos.com, MADIUN -- Dua pria mengenakan rompi warna hijau muda sedang berjaga di perlintasan sebidang kereta api Klagenserut, Kecamatan Jiwan, Kabupaten Madiun, Senin (9/11/2020). Dengan bendera semafor, kedua pria paruh baya ini mengatur laju kendaraan yang akan melewati perlintasan sebidang KA.

    Adalah Lamidi dan Juremi, dua pria yang menjaga perlintasan sebidang KA di Desa Klagenserut yang tidak memiliki palang pintu. Karena tidak berpalang pintu, perlintasan ini membahayakan bagi pengguna jalan yang melewati perlintasan.

    Di tengah terik matahari, kedua pria ini silih berganti menjaga perlintasan tersebut. Mereka menggunakan topi dan caping serta pakaian lengan panjang dan sarung tangan. Badan mereka sengaja ditutup supaya terlindung dari sengatan matahari.

    Upaya Desa Bringinan Ponorogo Memberdayakan Pekerja Migran (Bagian 1)

    Saat ada kendaraan dari utara dan selatan secara berbarengan. Petugas sukarelawan ini akan memberikan aba-aba supaya kendaraan yang datang dari arah berlawanan untuk memperlambat lajunya.

    “Pekerjaan ini [petugas penjaga perlintasan sebidang tanpa palang pintu] banyak dianggap sepele oleh orang. Tetapi, justru bisa menyelamatkan nyawa banyak orang,” kata Lamidi, 52, salah satu petugas penjaga perlintasan KA Klagenserut saat berbincang dengan Madiunpos.com di pos sederhana yang ada di pinggir perlintasan, Senin siang.

    Dia mengatakan pos jaga perlintasan sebidang KA Klagenserut ini didirikan secara swadaya pada awal 2020. Beberapa warga iuran hingga terkumpul Rp300.000. Uang itu digunakan untuk membeli kayu, bambu, dan paku. Hingga akhirnya terwujudlah pos jaga semi permanen di pinggir perlintasan.

    Upaya Desa Bringinan Ponorogo Memberdayakan Pekerja Migran (Bagian 2)

    Pos jaga ini bertujuan sebagai tempat berlindung dan istirahat bagi para sukarelawan yang sedang bertugas.

    Lamidi bersama warga lainnya berinisiatif membuka pos jaga ini karena kepedulian terhadap keselamatan pengendara di perlintasan sebidang itu. Sebelumnya, kecelakaan antara kendaraan dengan kereta api yang melintas kerap terjadi di perlintasan itu.

    “Tahun kemarin ada tiga kali kecelakaan yang terjadi di sini. Yang terakhir itu ada seorang pelajar meninggal setelah sepeda motornya ditabrak kereta api. Ya di perlintasan ini,” ujarnya.

    Upaya Desa Bringinan Ponorogo Memberdayakan Pekerja Migran (Bagian 3)

    Atas kecemasan itu, ia bersama empat warga lainnya secara bergantian menjaga perlintasan sebidang tersebut. Perlintasan itu memiliki dua jalur ganda, sehingga intensitas perjalanan kereta api semakin banyak. Terlebih sampai kini belum ada palang pintu di perlintasan.

    Sejak dijaga oleh sukarelawan, lanjutnya, di perlintasan sebidang Klagenserut tidak pernah ada lagi peristiwa kecelakaan antara kendaraan dan kereta api.

    “Sejauh tidak ada kecelakaan yang terjadi sini. Semoga tidak ada. Kami setiap waktu melakukan penjagaan,” kata dia.

    Upaya Desa Bringinan Ponorogo Memberdayakan Pekerja Migran (Bagian 4)

    Setiap hari perlintasan sebidang ini dijaga bergantian oleh lima sukarelawan. Karena sukarelawan, aktivitas menjaga perlintasan ini tidak dibayar oleh siapa pun. Namun, saat melakukan penjagaan ada saja pengendara yang memberikan uang kecil kepada mereka.

    Para sukarelawan ini berkomitmen untuk tidak menarik uang dari setiap pengendara yang melewati perlintasan sebidang ini. Justru, jika ada sukarelawan yang melakukan pemaksaan akan diminta untuk tidak lagi bertugas.

    “Kalau ada yang ngasih, diterima. Berapa pun nilainya. Tetapi para sukarelawan tidak boleh meminta uang kepada pengendara yang lewat perlintasan ini,” jelasnya.

    Upaya Desa Bringinan Ponorogo Memberdayakan Pekerja Migran (Bagian 5/Habis)

    Uang yang didapatkan dari para pengendara menjadi hak sukarelawan tersebut. Itu menjadi pendapatannya pada saat bertugas. Uang yang diterimanya pun naik turun, tergantung banyak sedikitnya yang memberi.

    Rata-rata setiap petugas berjaga dalam satu kali sif bisa mendapatkan uang antara Rp30.000 hingga Rp50.000. “Tetapi itu ya tidak tentu. Sukarewalan yang jaga setiap hari juga harus menyediakan uang Rp5.000 untuk kas pos. Uang kas ini digunakan untuk keperluan pos dan untuk kebutuhan mendesak,” terang dia.

    Sukarelawan lainnya, Pardiono, 40, mengatakan tugasnya sebagai sukarelawan penjaga perlintasan tanpa palang pintu ini memang kerap dianggap remeh. Namun, baginya tugas itu memiliki banyak manfaat.

    Pasien Positif Covid-19 di Madiun Bertambah 3 Orang, Total Ada 174

    Dia menceritakan pernah menyelamatkan nyawa pengendara sepeda motor yang hendak nyelonong saat ada kereta api yang sedang melaju. Di perlintasan tersebut ada dua rel. Kala itu, ada dua kereta api yang lewat di dua rel dari arah yang berbeda antara timur dan barat.

    Seperti biasa, Pardiono menghadang seluruh kendaraan yang akan melintas di perlintasan sebidang tersebut. Satu kereta api pun sudah lewat. Tetapi masih ada satu kereta api dari arah berlawanan yang bergantian lewat perlintasan itu.

    Tiba-tiba ada pengendara sepeda motor yang menyerobot ingin melewati perlintasan. Secara cekatan, ia pun menghentikan sepeda motor itu hingga kereta api lewat.

    “Itu sepeda motornya dari antrean belakang. Tahunya hanya ada satu kereta api. Setelah melintas, pengendara itu buru-buru melewati perlintasan tanpa melihat kondisi,” ujar dia.

    8 Bulan Belajar Daring, Ratusan Siswa di Madiun Kini Ikuti Pembelajaran Tatap Muka

    Sukarelawan di pos jaga perlintasan ini juga kerap membantu kendaraan mobil boks atau truk yang tidak kuat saat berada di tanjakan perlintasan.

    “Kami sudah menyiapkan batu-batu besar untuk mengganjal ban kalau ada yang tidak kuat menanjak. Itu sudah sering terjadi,” katanya.

    Waduh, Satu Keluarga di Ponorogo Positif Covid-19 Sepulangnya dari Jember

    Para sukarelawan ini hanya berharap supaya para pengendara ini bisa mematuhi rambu-rambu lalu lintas yang telah terpasang sebelum melewati perlintasan sebidang. Saat melewati perlintasan juga harus menengok kanan dan kiri untuk memastikan tidak ada kereta api yang akan melintas.



    Editor : Abdul Jalil

    Get the amazing news right in your inbox

    Berita Terpopuler

    0 Komentar

    Belum ada komentar, jadilah yang pertama untuk menanggapi berita ini.

    Komentar Ditutup.